Selasa (27/07) pukul 09.00 WIB telah digelar Konferensi Forum Rektor Indonesia, Konvensi Kampus XXVII dan Temu Tahunan XXIII. Kegiatan tahunan ini digelar secara daring melalui live streaming Youtube Universitas Gadjah Mada dan platform Zoom Meeting. Forum ini diselenggarakan oleh Forum Rektor Indonesia bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan IPB University.
Konferensi Forum Rektor Indonesia, Konvensi Kampus XXVII dan Temu Tahunan XXIII ini mengangkat tema MBKM dan Kolaborasi Strategis dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan Tinggi yang Inovatif, Produktif, Adaptif, dan Kompetitif di Dunia Global.
Rektor Universitas Diponegoro Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum., selaku Ketua Dewan Penasehat Forum Rektor Indonesia, mengukuhkan Ketua Forum Rektor Indonesia terpilih periode 2021-2022, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU ASEAN Eng., yang merupakan Rektor Universitas Gadjah Mada dan Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia periode 2021-2022 Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si., yang menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Malang.
“Sesuai Konvensi kita pola-pola dalam penetepan itu dilakukan dengan musyawarah mufakat. Dari hasil kesepakatan yang telah disampaikan bahwa untuk ketua FRI masa bakti 2021-2022 ditetapkan adalah Prof Panut Mulyono dari UGM dan wakilnya Prof Maskuri dari Unisma”, ungkap Prof Yos.
Dalam kesempatan itu, Prof Yos juga menyampaikan Ketua Forum Rektor Indonesia terpilih (elected) periode 2022-2023 yakni Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., serta Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia terpilih (elected) periode 2022-2023 yaitu Rektor Universitas Negeri Gorontalo Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT.
Sebelumnya, Konferensi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan perubahan lanskap sosial budaya, ekonomi, politik, mengalami perubahan besar akibat revolusi industri 4.0. Teknologi cloud computing, internet of things, artificial intelligence, big-data analytics, advanced robotics, hingga virtual reality telah membawa perubahan di semua bidang. Serta pandemi Covid-19 yang telah menambah disrupsi tersebut.
“Kita harus akui bahwa teknologi telah menjadi master disrupsi. Perdagangan telah bergeser menjadi e-commerce. Dunia perbankan telah terdisrupsi oleh hadirnya fintech dan berbagai macam e-payment. Dunia kedokteran dan farmasi semakin terdisrupsi oleh healthtech. Profesional hukum juga mulai diguncang oleh recthtech. Dan dunia pendidikan telah terdisrupsi besar-besaran oleh edutech,” tutur Jokowi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi perlu memperkuat posisi mereka sebagai edutech institutions. Selain itu, dunia perguruan tinggi sangat membutuhkan kolaborasi dengan para praktisi dan pelaku industri. Dan juga sebaliknya, para pelaku industri juga sangat membutuhkan talenta dan inovasi teknologi dari perguruan tinggi.
Turut hadir sebagai pembicara yakni Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang menyampaikan tentang Knowledge Based Investment Mendorong Literasi Investasi dan Keterlibatan Dunia Pendidikan dalam Mendorong Investasi Berkualitas yang Bermuara pada Kesejahteraan, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko yang menjelaskan mengenai Strategi Nasional dalam Bidang Riset dan Inovasi dalam Mewujudkan Daya Saing Bangsa dan Kesejahteraan Masyarakat, dan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim yang memaparkan mengenai Strategi Implementasi MBKM Riset dan Inovasi dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi Indonesia yang Inovatif Produktif dan Kompetitif di Dunia Global, serta Menteri BUMN Erick Thohir yang menguraikan tentang Kolaborasi Pendidikan Tinggi dan Industri dalam Memperkuat Riset dan Inovasi Bermutu Untuk Mewujudkan Kedaulatan Teknologi. Bertindak sebagai moderator diskusi yakni Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE., MBA., selaku Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) periode 2020-2021 yang merupakan Rektor Universitas Teknokrat Indonesia.
Ketua Forum Rektor Indonesia periode 2020-2021, Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi., menyampaikan perguruan tinggi harus bisa beradaptasi dengan cepat sehingga bisa berkontribusi maksimal dalam menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat. Selama masa pandemi Covid-19, Forum Rektor Indonesia memandang lima hal penting yang perlu dilaksanakan pemerintah agar program MBKM berjalan secara optimal, yakni:
Pertama, kebijakan MBKM harus diikuti dengan otonomi kampus yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo bahwa kemerdekaan harus dimulai dari imajinasi dan keberanian melakukan hal-hal baru di luar kelaziman.
Kedua, perlunya regulasi dan deregulasi yang komprehensif di bidang pendidikan. Hal ini juga perlu dilakukan untuk bidang lainnya seperti bidang ekonomi dan investasi.
Ketiga, penguatan pendidikan karakter dan kebudayaan. Keduanya merupakan kunci di dunia perguruan tinggi sehingga sinergis dengan gerakan nasional Revolusi Mental.
Keempat, hubungan antara perguruan tinggi dengan industri perlu dijembatani oleh pemerintah. Perlu adanya dorongan yang kuat dan sistematis bagi terjadinya kerja sama dunia pendidikan dan industri melalui penelitian yang berdampak pada eksekusi hilirisasi.
Kelima, pemerintah perlu meningkatkan alokasi sumber daya finansial untuk pembiayaan pendidikan. Utamanya adalah untuk beasiswa pendidikan bagi jenjang S3 dalam negeri.
Konferensi Forum Rektor Indonesia ini sebagai wadah komunikasi serta pertukaran ide, gagasan, dan strategi antar pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia yang mampu memberikan alternatif solusi dan saran strategis kepada pemerintah dan masyarakat terkait solusi dan inovasi bagi pembangunan Indonesia. (Dhany-Humas)