Semarang (21/9) – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi tuan rumah Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI) 2022 dan Seminar Nasional bertema “Society 5.0 dan Ketahanan Bencana untuk Pembangunan Pesisir Berkelanjutan” yang diselenggarakan pada 20-21 September 2022 di Gedung Prof. Soedarto Kampus Undip Tembalang. Kegiatan dihadiri oleh perwakilan pimpinan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dari berbagai universitas di Indonesia, forum ini menjadi wadah diskusi para pakar perikanan dan ilmu kelautan dalam mengentaskan permasalahan lingkungan di Indonesia yang merupakan negara maritim besar di dunia. Seminar nasional ini menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono sebagai keynote speaker. Hadir pula Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Kemdikbud Ristek RI, M. Faiz Syuaib; Rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama; peserta dan tamu undangan.
Dekan FPIK Undip, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini,M.Sc.,Ph.D. secara resmi membuka acara FP2TPKI 2022 dan Seminar Nasional. Prof Tri mengungkapkan terima kasih atas kontribusi peserta yang luar biasa, terbukti dengan terkumpulnya 64 artikel nasional dan 110 artikel internasional. “Di sini hadir pakar ilmu kelautan dan perikanan dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia, nantinya seluruh anggota bisa diskusi mengenai permasalahan bersama. Indonesia sebagai poros maritim global punya sumber daya laut yang banyak yang bisa dioptimalisasi untuk pembangunan bangsa,” tuturnya.
Dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor Undip, Prof. Dr. Yos Johan Utama,SH.,M.Hum. menyampaikan bahwa laut menjadi sandaran dan kekuatan NKRI. Prof Yos mengutarakan bahwa butuh adanya kerjasama antara pemerintah dan institusi pendidikan, untuk mengedukasi masyarakat bahwa di dalam industri perikanan dan kelautan terdapat banyak peluang kerja, bukan hanya nelayan, tetapi juga di berbagai sektor yang bergerak untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perairan di Indonesia. Dalam upaya mendukung program tersebut, Undip memberikan fasilitas biaya pendidikan gratis bagi anak nelayan yang tidak mampu, dan pada tahun ini terdapat 40 mahasiswa FPIK Undip yang mendapat beasiswa. “Kita harus mengambil peran strategis sesuai kewenangan kita untuk mengembalikan kejayaan maritim,” ucap Prof. Yos.
Merujuk tema acara ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebutkan bahwa permasalahan yang kerap muncul di coastal area yaitu land subsidence, di mana penanganannya masih berproses hingga saat ini dengan menggandeng pakar dari dalam dan luar negeri. Kini saatnya fokus kita bergeser dari land-based oriented menuju ocean-based oriented. Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pantai di pesisir Jawa Tengah itu panjang, dengan potensi perikanan tangkap mencapai 340.082 ton, dan terdapat 106.466 nelayan. Karena itu, dalam membantu kelayakan dan peningkatan taraf hidup nelayan Indonesia perlu waktu sehingga butuh kerjasama dari berbagai pihak yang ahli dalam mitigasi bencana, menyelesaikan permasalahan lingkungan dan juga persoalan teknis.
Seirama dengan kebijakan Rektor Undip, Ganjar Pranowo mengatakan, “Saya mendukung investasi keluarga nelayan yang digerakkan oleh Undip, karena nantinya mahasiswa itu yang menjadi jalan untuk mengentaskan kemiskinan di keluarganya.”
“Terkait isu hari ini mengenai pengelolaan coastal area dan mitigasi bencana, di area selatan Jawa Tengah hanya terdapat sedikit industri. Daerah tersebut harus terhitung dalam rencana pembangunan, kita buat modeling mana daerah yang tahan terkena bencana mana yang tidak. Di area utara Jawa Tengah, pengelolaan budidaya sumberdaya perairan perlu ditingkatkan, serta perlu perbaikan karena kerusakan yang disebabkan oleh land subsidence,” jelas Ganjar Pranowo tentang permasalahan perairan khususnya di area Jawa Tengah.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono menjadi keynote speaker yang menyampaikan materinya berjudul “Implementasi Ekonomi Biru Untuk Indonesia 2045”. Menteri Trenggono menyebutkan bahwa kelautan merepresentasikan ekologi, di mana ekologi sebagai panglima, dan perikanan sebagai ekonomi. Kebutuhan protein meningkat 70% yang merupakan tantangan di tahun 2050, dan tentunya berdampak pada sektor perikanan dan kelautan karena sumberdaya perairan merupakan sumber utama protein pangan dan kesehatan.
Menteri Trenggono melalui forum ini mengajak perwakilan dari fakultas perikanan dan kelautan di Indonesia untuk mengedepankan peluang pasar ekonomi. “Perguruan tinggi di Indonesia banyak mencetak manusia-manusia ahli di sektor perikanan dan kelautan, saya harap juga diberi ruang agar bekerjasama mencapai tujuan,” tuturnya.
Lima implementasi Ekonomi Biru yang ditawarkan oleh Menteri Trenggono yaitu Perluasan Wilayah Konservasi Laut, Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota dan Zona Penangkapan, Pengembangan Budidaya Laut, Pesisir dan Pedalaman, Pengelolaan Berkelanjutan Pesisir dan Pulau Kecil, serta Pengelolaan Sampah Laut. Menteri Kelautan dan Perikanan RI juga menyebutkan bahwa pemerintah RI tengah menggiatkan budidaya udang, lobster, kepiting, dan rumput laut yang merupakan komoditi champion di Indonesia.
Kemudian Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Kemdikbud Ristek RI, M. Faiz Syuaib menjelaskan materi tentang “Transformasi Proses Bisnis & Tata Kelola Kinerja DRTPM (Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat)”. Faiz menyebutkan bahwa riset adalah cerminan diri karena riset merupakan hasil eksplorasi. “Untuk mendapatkan sesuatu dengan kualitas tertinggi, maka sudah seharusnya prosesnya pun harus dengan kualifikasi tertinggi,” kata Faiz.
Dalam upaya penguatan kualitas, relevansi, dan pemanfaatan jurnal ilmiah dan HKI, Faiz menjelaskan bahwa karya ilmiah merupakan Bank of Knowledge and Sciences, sehingga harus mampu berperan sebagai penyimpan, pelindung, serta pengelola aset iptek anak bangsa. Pemanfaatan hasil riset kepada masyarakat dapat dilakukan melalui kerjasama komersialisasi DUDI ataupun kerjasama diseminasi kepada masyarakat luas sesuai konteks daerahnya.
Dalam kesempatan ini, dilaksanakan juga pembagian paket Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) yang merupakan program unggulan nasional oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Diharapkan pembagian paket Gemarikan dalam forum ini dapat menjadi penggerak untuk meningkatkan konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia. Paket Gemarikan secara simbolis diserahkan oleh Menteri Trenggono kepada perwakilan dekan yang mewakili wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur, yaitu Dekan Fakultas Pertanian (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten), Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan (Universitas Lampung Mangkurat, Kalimantan Selatan) dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Universitas Kristen Arta Wacana, NTT). Selanjutnya acara Seminar Nasional diselenggarakan dengan lima scientific session yang menjadi forum diskusi antar pakar perikanan dan kelautan yang hadir dalam acara FP2TPKI 2022. (Titis – Public Relations)