Universitas Diponegoro kembali mengukuhkan Guru Besar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada Rabu, 13 Desember 2023 di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Tembalang dalam acara Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Universitas Diponegoro. Dalam upacara pengukuhan ini, terdapat tiga guru besar yang dikukuhkan yaitu Prof. drg. Zahroh Shaluhiyah, M.P.H., Ph.D. sebagai Guru Besar Ilmu Promosi Kesehatan Kajian Edukasi Kesehatan Masyarakat; Prof. Dr. dr. Sri Achadi Nugraheni, M.Kes. sebagai Guru Besar Ilmu Promosi dan Perilaku Gizi Kesehatan; dan Prof. Fuad, S.ET., M.Si., Ph.D. sebagai Guru Besar Ilmu Akuntansi Keuangan.
Prof. drg. Zahroh Shaluhiyah, M.P.H., Ph.D. dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Strategi Edukasi Kesehatan untuk Mencapai ‘Three Zeros’ dalam Pencegahan Penularan HIV dan IDS pada Ibu dan Anak” menjelaskan bahwa terdapat kasus baru perkembangan HIV dan AIDS pada kelompok ibu rumah tangga sebesar 5.100 kasus. Lebih dari 90% kasus HIV pada anak, karena mendapatkan infeksi dari ibu. Upaya pencegahan penularan HIV pada ibu dan anak (PPIA) merupakan bagian dari pengendalian HIV dan AIDS, serta Infeksi Menular Seksual (IMS) yang terintegrasi melalui Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Program dilaksanakan secara komprehensif yang meliputi empat pilar (4 prong) yaitu program pencegahan HIV remaja, wanita HIV positif, ibu hamil positif HIV dan ibu HIV positif yang melahirkan bayi HIV positif. Strategi edukasi kesehatan menjadi sangat penting untuk mencegah penularan HIV melalui pencapaian “Three Zeros” yaitu zero stigma, zero penularan dan zero kematian. Strategi pemberdayaan perempuan dan keluarga yang melibatkan suami dan stakeholders melalui kegiatan advokasi, edukasi, dan komunikasi perubahan perilaku yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sasaran menjadi kunci keberhasilan pencegahan penularan HIV dan AIDS. Penggunaan media sosial, media aplikasi, video dan teknologi informasi terkini yang tepat, intensif dan konsisten dapat memandirikan masyarakat khususnya perempuan.
Sementara itu Prof. Dr. dr. Sri Achadi Nugraheni, M.Kes. dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Pengembangan Pos Satelit Erda (RT–Dasawisma) dalam Upaya Deteksi Dini dan Pencegahan Stunting” menjelaskan bahwa stunting menduduki angka tertinggi di permasalahan Gizi di Indonesia dari hasil SSGI 2022 masih di angka 21,6% (target 2024 adalah 14%). Salah satu cara intervensi gizi sensitif dalam penanganan stunting adalah dengan memberikan edukasi atau pemberdayaan masyarakat terkait deteksi dini dan pencegahan stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), melalui hilirisasi Pos Satelit Erda (RT-Dawis) / Poslit Erda. Poslit Erda adalah ‘semacam posyandu sederhana’ yang ada di rumah salah satu warga RT (Rukun Tetangga) atau Dawis (Dasa Wisma) yang sifatnya menetap. Poslit Erda dapat menjadi salah satu hilirisasi untuk mendekatkan fungsi Posyandu konvensional (existing). Poslit minimal memiliki empat alat antropometri: (1) Timbangan Berat badan Digital (2) Infantometer (3) Microtoice; dan (4) pita LILA (Lingkar Lengan Atas). Poslit juga perlu memasang 5 poster sebagai sarana pembelajaran bersama, yaitu (1). Cara mengukur BB (Berat Badan), (2). Cara mengukur PB (Panjang Badan) dan TB (Tinggi Badan), (3). Cara mengukur LILA, (4). KMS (Kartu Menuju Sehat) Balita Laki-laki dan (5). KMS Balita perempuan. Pengembangan kegiatan Poslit sangat tergantung dari inovasi dan inisiatif warga. Perlu merubah paradigma dari ‘Provider Learning Center’ (Nakes/ Tenaga Kesehatan yang menjadi pusat pembelajaran) menjadi ‘Community Learning Center’ (masyarakatlah yang justru menjadi pusat pembelajaran untuk ‘dipintarkan’). Poslit dapat dijadikan ONE STOP SERVICE, yaitu tempat melakukan banyak hal dan kegiatan di satu tempat.
Pada kesempatannya, Prof. Fuad, S.ET., M.Si., Ph.D. dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Model yang Berkelanjutan: Meningkatkan Kualitas Informasi Akuntansi di Tengah Perubahan” menjelaskan bahwa kualitas informasi akuntansi telah menjadi pondasi utama bagi keberlanjutan dan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam dunia bisnis dan keuangan. Informasi akuntansi diharapkan dapat memberikan data yang relevan dan dapat dipercaya mengenai posisi dan kinerja keuangan suatu entitas, sehingga dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat. Tanpa kualitas informasi akuntansi yang baik, kepercayaan investor akan tergerus, pasar saham menjadi tidak likuid, keadilan dan efisiensi pasar bahkan tidak tercapai karena adanya asimetri informasi. Beberapa temuan menunjukkan adanya penurunan kualitas dan relevansi informasi akuntansi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Hal tersebut meliputi tingginya kompeksitas bisnis yang ditunjukkan dengan adanya transaksi keuangan yang semakin rumit, struktur perusahaan yang semakin kompleks dan instrumen keuangan yang beragam, penyusunan informasi akuntansi yang akurat dan bermakna menjadi lebih sulit. Disamping itu, manipulasi dan praktik akuntansi yang tidak etis dapat menghasilkan laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, yang dapat merusak kepercayaan para pemangku kepentingan dan mengurangi integritas informasi akuntansi. Penurunan kualitas informasi akuntansi juga dapat didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maupun rendahnya harmonisasi dan komparabilitas laporan keungan antar negara, dan juga rendahnya tata kelola maupun sistem pengendalian internal organisasi. Pendekatan terintergrasi pada berbagai level diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Tata kelola yang lebih baik, adopsi teknologi dan sistem informasi yang lebih canggih, peningkatan harmonisasi dan transparansi informasi, kolaborasi industri dan akademisi yang lebih baik merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk kembali meningkatkan relevansi informasi akuntansi tersebut. (Sudanta – Humas)