Teliti Teh Hijau Berkatekin Tinggi, Dosen Undip Raih Penghargaan Kemendikbudristek

Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto kembali menorehkan prestasi Kekayaan Intelektual (KI) dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi. Acara Apresiasi Kemendikbudristek diikuti oleh seluruh perguran tinggi di bawah Diksi, dengan tema Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi di Sahid Jaya Hotel & Convention Yogyakarta belum lama ini.

Ditjen Diksi Kiki Yuliati memberikan pengarahan bahwa program anugerah penghargaan atas dedikasi dan kontribusi capaian kinerja dosen terkait implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Direktur APTV Beny Bandanadjaja, menambahkan untuk memotivasi dan mendorong perguruan tinggi vokasi dengan meningkatkan kualitas pendidikan. diantaranya capaian Kekayaan Intelektual yang merupakan luaran penelitian dan pengabdian masyarakat.

Endy menyampaikan penelitian hilirisasi yang bermitra dengan industri teh hijau PPTK Gambung dan PT. Rumpun Sari Medini didanai oleh RISPRO LPDP dengan kajian “Pengembangan Mini Plant Super Teh Hijau Kompetitif melalui Proses Inaktivasi dengan menggunakan Mechanically Dispersed-Rotary Steamer“. Inovasi penelitian ini adalah peningkatan kadar katekin teh hijau yang sangat atraktif, sehingga khasiat sejati teh hijau akan sangat nyata dalam taklukkan penyakit mematikan.

Penelitian dengan TKT (Tingkat Kesiapan Teknologi) 7–9 ini menghasilkan luaran paten, TTG steamer-pendingin industri, dokumen bisnis plan, SOP, market study, dan feasibility study (FS). Paten granted no IDS000007201 berjudul “Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder” dan no P00202002255 dengan invensi “Alat Mechanically Dispersed-Rotary Steamer Terintegrasi Pendingin untuk Proses Inaktivasi Enzimatis” yang diimplementasikan di industri Teh Hijau PPTK Gambung terang Pemilik 22 Paten granted ini.

“Penelitian yang dilatarbelakangi oleh keprihatinannya terhadap pasar teh dunia yang dibayangi gejala kelebihan pasokan dan biaya produksi cenderung meningkat, mengharuskan para produsen teh untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah. Bahkan masalah lingkungan telah ikut mendorong berkembangnya segmen pasar baru bagi produk teh yaitu konsumen yang menghendaki produk ramah lingkungan dan menyehatkan. Padahal teh merupakan minuman paling populer setelah air, dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang di seluruh dunia. Aspek kesehatan teh juga disorot tajam beberapa tahun terakhir ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan atau minuman substitusi sebagai imbangan diet kaya lemak dan kolesterol,” jelas Endy.

Endy yang telah publikasi 65 paper internasional bereputasi terindeks Scopus menerangkan bahwa teh hijau dengan kandungan polifenol seperti: catechin, epicatechin, epigallo catechin, epicatechin gallate, epigallo catehchin gallat dan asam gallat, dinyatakan memiliki aktivitas anti kanker, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, memperpanjang masa menopouse, mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas dan penyakit degeneratif lainnya. Namun demikian, pengolahan teh hijau di Indonesia pada umumnya memiliki kadar katekin ± 10,81% berat kering. Kadar katekin teh hijau ini relatif rendah, karena sebagian mengalami oksidasi katekin, degradasi termal, epimerisasi katekin dan pada prinsipnya dilakukan melalui tahapan: panning, penggulungan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan.

Meskipun demikian, tahapan yang paling menentukan kualitas teh hijau adalah proses inaktivasi enzimatis dalam sitoplasma daun teh. “Selama ini metode inaktivasi enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase untuk produksi teh hijau di Indonesia adalah panning (penggarangan) dengan kebutuhan energi cukup besar, yaitu 6.097 kJl/kg teh atau setara dengan kebutuhan BBM 0,12 liter IDO/kg teh kering. Kelemahan mendasar metode panning yakni: penetrasi panas tidak mampu menginaktifkan enzim secara keseluruhan, katekin terdegradasi termal, dan dihasilkannya warna teh kehitaman akibat degradasi klorofil menjadi feofitin,” kata Endy.

Endy menjelaskan, hasil penelitian hilirisasi bersama Tim Dr.Eng Vita Paramita, S.T., M.M., M.Eng; Prof. Dr. Eflita Yohana; Dr. Indah Hartati; Dr. Dadan Rohdiana; dan Didik Ariwibowo, S.T., M.T. melalui teknologi inaktivasi enzimatis menggunakan proses mechanically dispersed-rotary steamer dapat mereduksi konsumsi energi dan meningkatkan produktivitas hingga mencapai Rp.1.620/kg teh hijau. Hasil riset komersial juga mampu meningkatkan kadar katekin dari ± 10,81% (Panning) meningkat menjadi ± 17,81% berat kering. Kadar katekin yang tinggi ini sejatinya sangat berkhasiat dalam menggempur berbagai penyakit mematikan.

Semoga kedepannya seluruh industri teh hijau akan menerapkan teknologi Steaming yang sudah Well Proven, sehingga produktivitas dan kualitas (katekin) meningkat serta lebih menyehatkan. “Tim berharap hasil riset komersial bisa bermanfaat untuk industri teh hijau, industri farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh dan masyarakat yang mengkonsumsi teh hijau sehat sebagai functional food yang populer pemakaiannya saat ini,” pungkas Endy.

Share this :

Category

Arsip

Related News