, ,

Dosen Vokasi UNDIP Kembangkan Inovasi Roasting Kopi Hemat Energi

Diketahui kopi sebagai minuman penyegar yang banyak dikonsumsi dan populer di penjuru dunia. Tren penikmat kopi terus meningkat seiring kebutuhan, kepuasan hingga gaya hidup. Berbagai inovasi kerap dilakukan sebagai langkah penggerak dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri kopi. Terobosan terbaru hadir dari tim Sekolah Vokasi UNDIP sekaligus inovator post milenial yang diketuai oleh Drs. Sutrisno, M.T. dengan mengembangkan roasting kopi hemat energi.

Tim yang tergabung dari beberapa dosen Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik (RPM) dan dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi UNDIP ternyata telah didanai melalui Program “Dana Padanan” 2024-2025 Diksi yakni kegiatan hilirisasi dengan Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 9. Tim yang beranggotakan diantaranya Hermawan Dwi Ariyanto, S.T., M.Sc., Ph.D; Dr. Riana Sitawati, CA, CPA, CMA, CSRA; Didik Ariwibowo, S.T., M.T  dan Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T, dibantu oleh mahasiswa MBKM dengan menggandeng mitra industri CV Anugrah Agung Semarang.

Sutrisno menyebutkan bahwa merujuk HKI No EC00202049897 dengan invensi “Manual Prosedur Penyangraian Kopi Robusta” memiliki potensi untuk produksi alat rosting kopi, komersialisasi dan peluang pasar yang sangat prospektif. Namun inovasi rosting kopi yang telah diterapkan di industri kopi, peruntukannya masih terbatas pada KUB kopi Gunung Kelir Ungaran. Padahal dari segi teknologi, invensi roasting kopi yang dihasilkan mampu mereduksi energi hingga mencapai 20% dibandingkan rosting kopi komersial yang ada dipasaran. “Meski demikian, terkait invensi rosting kopi ini masih menyisakan adanya masalah, yaitu pada peningkatan kualitas hasil sangrai yang disebabkan adanya reaksi Maillard. Untuk itu, pemanfaatan alat rosting hemat energi, efisien dan berkualitas berupa Voca-roaster menjadi produk komersial industri diperlukan pengembangan teknologi agitasi dan geometri roasting,” jelas Sutrisno. “Selama ini pemanas roaster konvensional yang ada dipasaran menggunakan LPG burner berkapasitas 450 gr/jam. Hal ini menyebabkan konsumsi energi termal untuk dark roast sangat tinggi hingga mencapai 10,5 MJ/kg kopi atau setara dengan 3 kWhtermal/kg kopi atau sebesar Rp.1.500,-/kg kopi,” imbuhnya. “Oleh karenanya melalui hilirisasi Voca-roaster diprediksi mampu meningkatkan efisiensi proses roasting skala komersial dengan mereduksi konsumsi energi termal mencapai 0,5 kWhtermal/kg kopi. Voca-roaster merupakan roasting dengan panas lidah api bercampur dengan udara resirkulasi di dalam ruang bakar yang disuplaikan ke drum, sehingga penurunan temperatur lidah api relatif rendah,” kata Sutrisno. “Dinding drum didesain terdiri dari dua bagian yaitu drum bagian bawah dan drum bagian atas. Permukaan drum bagian bawah berhubungan langsung dengan ruang bakar, sedangkan permukaan drum bagian atas diisolasi menggunakan isolator panas,” terangnya.

Lebih lanjut Sutrisno, pemilik lebih dari 20 paten dan HKI memaparkan bahwa panas dari bagian bawah drum merambat melalui dinding drum dan masuk kedalam ruang dalam drum dan memanaskan ruang dalam drum. Panas permukaan dalam drum dan ruang panas di dalam drum akan memberikan modus perpindahan kalor konduksi dan konveksi alami. Panas ini akan diserap oleh biji kopi yang ada di dalam drum. Penerimaan panas biji kopi agar terdistribusi merata, maka pengaduk khusus didesain di dalam ruangan drum, sehingga konsumsi energi termal untuk Voca-roaster ditargetkan sebesar 2,5 kWhtermal/kg kopi.

“Terlepas dari penghematan energi roasting, pengembangan Voca-roaster juga mampu mengurangi terjadinya reaksi Maillard yang menyebabkan kualitas biji kopi menurun. Hal ini disebabkan ketika biji kopi mulai berubah kecoklatan pada proses yellowing, terjadi pencampuran antara gas karbon dioksida (CO2) dan air yang berdifusi secara simultan di dalam biji kopi,” paparnya.

Sutrisno juga menambahkan ketika tekanan difusi kedua senyawa ini tinggi, biji kopi akan mulai terbuka dan pada saat inilah biji-biji kopi akan terpecah atau cracking. Fenomena ini bisa dikenali melalui suara yang renyah, seperti suara kacang yang pecah. Teknologi agitasi dan geometri roasting, meningkatkan cita rasa yang khas dari biji kopi akan mulai berkembang dan terbentuk. Pasca fase pecah pertama akan terjadi karamelisasi yang dapat membentuk cita rasa seperti molasses dan cita rasa karamel.

Sutrisno mengungkapkan bahwa manfaat dan dampak sosial ekonomi yang dihasilkan dari produk inovasi ini diantaranya dapat mendorong terlaksananya program kemadirian bangsa dan kedaulatan pangan, terutama produksi mesin roasting hemat energi, efisien dan berkualitas; penguasaan teknologi agitasi dan geometri roasting menjadi daya tarik investasi yang menjanjikan bagi kalangan penyedia peralatan industri kopi untuk melakukan komersialisasi mesin Voca roasting; inovasi produksi massal mesin Voca roaster akan membuka lapangan kerja baru dan mendongkrak produksi kopi nasional yang berkualitas.

Manfaat lainnya yakni peningkatan daya saing dengan pemanfaatan bahan baku dan pabrikasi lokal yang menghasilkan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 100%; tersedianya teknologi yang handal dan efisien untuk produksi mesin  Voca roaster sehingga pemberdayaan pekebun kopi akan berkembang dalam bidang budidaya tanaman kopi, dan pelaksanaan kegiatan ini membentuk jaringan kerjasama antar peneliti, praktisi dan industri dari berbagai bidang kepakaran dan kompetensi dengan dukungan sumber daya yang dimiliki,” pungkas Sutrisno. (Endy-SV & DHW-Humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News