Prestasi cemerlang kembali ditorehkan oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi UNDIP dengan perolehan juara 1 pada kompetisi OliVIa (Olimpiade Vokasi Indonesia) IX 2024 di UNHAS Hotel & Convention tanggal 18 – 19 Juli 2024. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia dengan tuan rumah Universitas Hasanuddin, Makassar berupa lomba RAS (Recirculating Aquaculture System).
Ajang bergengsi diikuti oleh tim inovator post milenial mahasiswa TRKI SV UNDIP yang tergabung dalam tim Grafena Iridium diantaranya Tiurma Fransiska Simanullang sebagai ketua bersama kedua rekannya yakni Jeni Laura Tesalonika dan Putri Sekar Kinanti. Mereka telah mengembangkan digitalisasi budidaya ikan dengan smartphone.
Mohamad Endy Yulianto, S.T., M.T selaku Ketua Prodi TRKI SV UNDIP menyampaikan rasa syukur dan bangganya dengan capaian prestasi tim Grafena Iridium yang telah berhasil menyabet gelar juara 1 tingkat Nasional. Endy yang sekaligus terlibat sebagai dosen pembimbing mengaku turut andil dalam memandu serta berperan penting dalam pemberian dukungan yang berkelanjutan bagi tim Grafena Iridium. Sehingga dengan diskusi secara intensif dapat membantu dalam pengembangan dan penyempurnaan inovasi dari desain RAS.
Adapun Dr. Ir Agustina Abdullah S.Pt., M.Si., IPM, ASEAN Eng selaku Ketua Panitia OliVIa IX 2024 menyebutkan pada ajang OliVIa IX 2024 mengusung 6 jenis lomba dengan 23 mata lomba, melibatkan 70 perguruan tinggi dan 1.068 tim yang terdiri dari 3.204 siswa di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 407 siswa dari 144 tim berasal dari 32 perguruan tinggi yang berhasil lolos ke babak final.
Dengan mengusung tema “Inspiring the Future through Empowering Innovative Human Resources and Digital-Based Entrepreneurship,” OliVIa IX 2024 mengetengahkan isu tentang inovasi teknologi dan kewirausahaan. Rangkaian kompetisi ini sudah dimulai sejak bulan Maret dimana seleksi tahap 1 dilaksanakan pada bulan Juni 2024 hingga di akhir Juni terpilihlah 5 tim terbaik di mata lomba RAS. Dilanjutkan dengan pelaksanaan Grand Final serta Awarding yang menjadi penutup rangkaian acara OliVIa IX 2024.
Tiur mengungkapkan bahwa inovasinya diberi nama Polimonia. Inovasi ini merupakan pengembangan dari membran PVDF dan CNTs sebagai filter air kolam ikan. Lengkap dengan sensor amonia yang terdigitalisasi oleh smartphone dan menggunakan panel surya sebagai cadangan energi alternatif, menjadikan inovasi sistem resirkulasi akuakultur yang menjanjikan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
“Parameter kualitas air yang sangat penting dan menjadi aspek dalam ekosistem akuakultur, yakni adanya kadar amonia. Amonia yang terakumulasi dalam sistem akuatik harus dihilangkan karena jika menumpuk dapat menyebabkan ikan banyak yang mati. Hadirnya digitalisasi sensor amonia akan memudahkan peternak ikan untuk memonitor kualitas air sehat,” ucap Tiur.
Lebih lanjut Jeni menjelaskan bahwa salah satu keunggulan yang membedakan pada proyek ini yakni menggunakan desain kolam konvensional dengan tata letak dan sirkulasi air yang inovatif serta adanya penggunaan panel surya sebagai energi alternatif untuk memberdayakan pompa, nano aerator, filter UV dan sensor yang dikoneksikan dengan Smartphone.
“Dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan akan mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional untuk mewujudkan misi pemerintah Indonesia dalam rangka Indonesia Nol Emisi Karbon di tahun 2060. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Menko (Menteri Koordinator) Bidang Kemaritiman dan Investasi 2022 dalam acara G20 di Bali,” terang Jeni.
Putri memaparkan desain kolam perikanan yang dikembangkan pada skala pengecilan 1:100, mengintegrasikan sensor amonia dengan bukaan valve. “Inputnya apabila kadar amonia lebih kecil dari 0,2 ppm maka valve menuju membran polimonia akan dibesarkan. Namun, jika kadar amonia melebihi 0,7 ppm maka sensor akan mengirim sinyal ke valve untuk dikecilkan. Sehingga laju alirnya mengecil dan residence timenya lebih lama di dalam membran polimonia, maka kualitas ikan meningkat,” jelasnya.
“Kadar amonia dalam air yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan ikan, merusak jaringan bahkan kematian. Oleh karenanya digitalisasi inovasi teknologi Polimonia yang dikembangkan ini, kedepannya bisa diterapkan untuk budidaya ikan di masyarakat luas. Melalui teknologi dan kolaborasi inovatif ternyata dapat menghasilkan solusi yang membawa dampak positif di masa akan datang,” pungkas Putri. (Endy-SV; DHW-Humas)