UNDIP – Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro bersama tim peneliti mengadakan kegiatan stakeholder Forum sebagai tindak lanjut penelitian KONEKSI Research Project bertajuk “Forced Labour and Climate Change: Keeping a Focus on Woman and Children” bertempat di Ruang Workshop Lantai 3 UPT Laboratorium Terpadu, Kampus UNDIP Tembalang pada Jumat (6/9).
Kegiatan penelitian ini merupakan kolaborasi antara Universitas Diponegoro, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Griffith University, Australia serta melibatkan NGO lokal IKUPI dan PATTIRO. Penelitian ini mengkaji respons kebijakan dan dunia usaha di Indonesia terhadap buruh / kerja paksa dan dampaknya terhadap perempuan dan anak – anak yang rentan, terutama kelompok yang terkena bencana alam yang diperburuk oleh fenomena perubahan iklim.
Pada Stakeholder Forum turut hadir diantaranya Dr. Laely Nurhidayah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Dr. Amy Young dan Dr. Feby Dwirahmadi dari Griffith University – Australia; Much. Muchlis Ariston, S.T. Anggota Dewan Bidang Sarana Prasarana dan Pembangunan DPRD Provinsi Jawa Tengah; Pemerintah Provinsi Jawa Tengah; Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kota Pekalongan; Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Demak.
Prof. Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS selaku Ketua Departemen PWK FT UNDIP dalam sambutan sekaligus membuka acara mewakili Dekan Fakultas Teknik menyampaikan apresiasi kepada seluruh tim yang telah bekerjasama selama kurang lebih 1 (satu) tahun ini, semoga menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat kedepannya untuk wilayah masing – masing. “Di beberapa lokasi sudah banyak riset yang telah dilakukan. Bagi akademisi, riset tidak hanya laporan dan kebutuhan publikasi saja tetapi bagi masyarakat dan pemerintahan diharapkan ada action (tindakan nyata) yang nantinya dapat menjadi satuan rekomendasi atau suatu kebijakan yang dapat diterapkan secara konkrit terlebih berfokus pada perempuan dan anak – anak,” ucap Prof. Wiwandari.
Adapun Prof. Jennifer Boddy dari Griffith University, Australia dalam paparan studinya menyebutkan proyek riset ini sangatlah penting karena akan mempengaruhi pada efek perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut dan genangan pasang surut secara signifikan berdampak pada masyarakat di berbagai domain. Ini termasuk perubahan mata pencaharian, migrasi lingkungan, keuangan rumah tangga, kesehatan, dan pendidikan. “Proyek yang menyoroti sifat saling berhubungan dari setiap tantangan dan dampak kumulatif pada perempuan dan anak-anak yang tinggal di komunitas pesisir. Penelitian ini mengatasi kesenjangan dalam respons internasional terhadap naiknya permukaan laut di komunitas pesisir dan eksploitasi buruh perempuan dan anak-anak. Temuan penelitian ini akan memiliki signifikansi bagi respons baik di Indonesia maupun secara internasional,” ungkap Prof Jenni.
“Penelitian yang diusulkan sesuai dengan tujuan KONEKSI untuk mendorong adaptasi dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Terutama sesuai dengan tema ketahanan perubahan iklim yakni memantapkan masa depan komunitas. Guna membantu komunitas dalam memantapkan masa depan, pemahaman yang baik perlu dikembangkan tentang dampak gender dari perubahan iklim saat ini. Dimana sejalan dengan tujuan proyek, khususnya untuk memahami pengalaman perempuan dan anak-anak di komunitas pesisir yang terkena dampak perubahan iklim. Penelitian yang telah melibatkan sebanyak 4 kota diantaranya 6 kelurahan/ desa di Jakarta, Pekalongan, Semarang dan Demak,” paparnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan hasil penelitian di Semarang dan Demak oleh Landung Esariti, S.T., MPS dan paparan hasil penelitian di Pekalongan oleh Dr. Laely Nurhidayah. Sesi terakhir yakni berupa diskusi dan verifikasi hasil penelitian bersama peserta yang hadir baik dari Semarang, Demak, dan Pekalongan.
Lebih lanjut Landung menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mencakup kebijakan dan respons bisnis Indonesia terhadap eksploitasi buruh dan dampaknya pada perempuan dan anak-anak yang rentan, terutama mereka yang terkena dampak bencana alam yang diperparah oleh perubahan iklim. “Studi ini akan secara khusus berfokus pada risiko naiknya permukaan laut bagi desa-desa pesisir, risiko migrasi paksa yang muncul akibat hilangnya lahan, dan persimpangannya dengan eksploitasi buruh,” terang Landung.
Sementara mekanisme evaluasi terpadu pada proyek ini akan memberikan rekomendasi yang jelas terkait kebijakan, legislasi, dan mekanisme dukungan masyarakat, dan tim proyek berkomitmen dengan memastikan bahwa rekomendasi ini tersedia untuk semua tingkat pemerintah melalui lokakarya umpan balik kolaboratif dan laporan. “Penelitian yang dirancang untuk meningkatkan kebijakan dan legislasi untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut inklusif dan berkelanjutan yang diharapkan akan menghasilkan solusi inovatif untuk kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan melalui penggunaan pendekatan interseksional dan diskusi kelompok terbuka dengan para pemangku kepentingan utama,” tukas Landung. (DHW – Humas)