Universitas Diponegoro (UNDIP) terus memperkuat langkah menuju panggung global dengan menjajaki peluang kerja sama di kawasan Timur Tengah. Prof. Dr. KH. Abdul Wahid Maktub, mantan Duta Besar RI untuk Qatar, hadir di UNDIP sebagai tokoh kunci dalam membuka pintu kolaborasi strategis di bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Prof. Dr. KH. Abdul Wahid Maktub hadir dalam workshop yang diadakan oleh Direktorat Riset, Inovasi, dan Kerja Sama Universitas Diponegoro bertema “Peluang Kerja Sama di Timur Tengah” pada Senin, 16 Desember 2024. Acara ini berlangsung di Ruang Sidang Rektor lantai 2, Gedung Widya Puraya, Kampus UNDIP Tembalang, dan bertujuan untuk memperkuat posisi UNDIP sebagai perguruan tinggi yang aktif berpartisipasi di kancah internasional serta memperluas akses bagi dosen dan mahasiswa untuk terlibat dalam program-program internasional, khususnya di kawasan Timur Tengah yang masih jarang dijamah.
Kegiatan workshop yang dimoderatori oleh Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik ini, menghadirkan Prof. Dr. KH. Abdul Wahid Maktub sebagai pembicara utama. Beliau adalah seorang President University Lecturer sekaligus tokoh berpengalaman di bidang hubungan internasional, pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Doha, Qatar pada 2003-2007.
Acara diawali dengan pemutaran video tentang kiprah UNDIP dalam memerangi berbagai permasalahan di masyarakat Jawa Tengah yang disusul dengan sambutan Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. Ia menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran tamu istimewa, Prof. Dr. KH. Abdul Wahid Maktub, yang akrab disapa Gus Wahid. Prof. Suharnomo menegaskan pentingnya memperkuat jejaring dengan institusi di Timur Tengah, yang memiliki potensi besar sebagai mitra strategis dalam pendidikan tinggi.
“Untuk kerja sama, peluang yang telah terjalin dengan baik di antaranya ada di Eropa dengan lebih dari 20 universitas, lalu Australia, Cina, Taiwan, dan Kanada. Sementara di Timur Tengah, UNDIP masih belum menjalin kolaborasi. Semoga ke depannya, ada peluang kerja sama yang dapat terwujud di kawasan ini,” tutur Rektor UNDIP.
Dalam pemaparannya, Prof. Abdul Wahid menjelaskan bahwa mewujudkan visi sebagai World-Class University harus dibarengi dengan dimensi spiritual, intelektual, dan kepercayaan diri. “Internasionalisasi adalah masa depan pendidikan yang membutuhkan sinergi antara komunikasi dan kolaborasi yang baik, didukung oleh spiritual, intelektual, kultural, dan struktural. Dengan demikian, tujuan untuk mencapai pendidikan global dapat bertahan (survive) dan berkelanjutan (sustainable),” jelas Prof. Abdul Wahid.
Beliau juga menambahkan bahwa UNDIP memiliki modal kuat untuk menjadi universitas berkelas dunia. “Seperti yang disampaikan Bapak Rektor, UNDIP telah memikirkan akar permasalahan masyarakat, seperti stunting, banjir, kekeringan, dan masalah sosial lainnya. Dengan karakter ini, UNDIP akan mampu melahirkan intelektual-intelektual yang unggul di bidangnya,” tambah Prof. Abdul Wahid.
Dengan langkah strategis ini, UNDIP menegaskan komitmennya untuk terus memperluas jejaring global dan membuka peluang kolaborasi dengan mitra-mitra potensial di Timur Tengah. Melalui sinergi di bidang akademik, riset, inovasi, serta nilai spiritual dan kultural, UNDIP optimis dapat mewujudkan visinya sebagai World-Class University. Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya membawa kemajuan bagi institusi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat luas, sesuai dengan tagline “UNDIP Bermartabat dan Bermanfaat.” (DHW; ed. NH)