Universitas Diponegoro

Peringati Hari Ibu, Dewan Profesor UNDIP Mengupas Peran Perempuan dalam Pemajuan Kebudayaan

Dewan Profesor Senat Akademik Universitas Diponegoro (UNDIP) menyelenggarakan kegiatan Webinar “UNDIP’s Professor Talk” Curah Pikir Dewan Profesor Senat Akademik Universitas Diponegoro pada Senin, 23 Desember 2024 pukul 13.00 WIB secara daring melalui platform Zoom meeting dan disiarkan secara langsung melalui Official Youtube UNDIPTV dengan tema “Peranan Perempuan dalam Pemajuan Kebudayaan”.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Profesor Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA. Dalam sambutannya, Prof Purwanto menjelaskan bahwa topik webinar ini dipilih dalam rangka memperingati Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. “Hal ini merupakan momentum penting untuk mengakui, menghargai peran serta dan kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya memajukan dan menjaga kebudayaan seperti menjaga tradisi, baik tradisi di dalam rumah dan di masyarakat, kemudian tradisi bertutur kata, kreativitas yaitu bahasa-bahasa daerah yang juga dilestarikan perempuan sampai saat ini dan diteruskan kepada anak anaknya,” ungkap Prof Purwanto.

Selain itu, peran perempuan juga cukup banyak di antaranya dalam mengembangkan perekonomian. Banyak UKM dan UMKM ditopang oleh perempuan, seperti usaha batik dan usaha kerajian-kerajian yang tersebar merata di Indonesia. “Perempuan juga menciptakan karya-karya yang kreatif dalam mendukung industri maupun usaha kecil dan menegah,” tambahnya.

Menurut Prof Purwanto, peran perempuan juga ada pada pelestarian lingkungan. Dalam 10 Program Pokok PKK, terdapat poin mengenai kelestarian lingkungan hidup. Hal ini juga mendukung dalam upaya menuju Net Zero Emission yang komitmennya akan dicapai Indonesia pada tahun 2060. Peran perempuan juga ada dalam pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang menjadi guru dan dosen. Selain itu, ada juga perempuan yang menduduki posisi jabatan yang strategis di beberapa lembaga.

“Ilmu dan pengetahuan yang disampaikan dalam diskusi ini semoga dapat memberikan manfaat bagi kita, serta menjadi pendorong dan penggerak bagi perempuan untuk lebih aktif lagi memberikan manfaat bagi kemajuan bangsa dan keluarga,” kata Prof Purwanto.

Sementara itu, Ketua Komisi C Prof. Dr. Abdul Rohman, S.E., M.Si., menjelaskan bahwa webinar tentang “Peranan Perempuan dalam Pemajuan Kebudayaan”, dimaksudkan dan diarahkan untuk mendiskusikan peran sentral perempuan sebagai agen kebudayaan, kemudian bagaimana perempuan berperan dan berkontribusi besar dalam menciptakan, mempertahankan, melestarikan budaya lokal dan bagaimana perempuan dapat menjadi perantara utama dalam mentransfer pengetahuan budaya termasuk adat istiadat, bahasa, musik, tarian, dan cerita-cerita rakyat yang dikenal selama ini.

Webinar yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Mohammad Zen Rahfiludin, S.KM., M.Kes., ini mengundang 3 (tiga) narasumber, yaitu Prof. Dr. Drs. Wahyu Setia Budi, M.S., F.Med., Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika UNDIP; Prof. Dr.Ing. Wiwandari Handayani, S.T., M.T., MPS., Guru Besar Fakultas Teknik UNDIP; dan Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D., Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pada paparan materi pertama tentang “Perempuan dalam Budaya Keselamatan dan Pemanfaatan Radiasi”, Prof Wahyu Setia Budi menjelaskan budaya keselamatan radiasi merupakan hal yang penting untuk diterapkan. “Kita harus mematuhi aturan dengan langkah mengurangi resiko dan mencegah sanksi, hal ini akan menaikkan reputasi institusi. Kemudian kita harus melindungi kesehatan pekerja dan lingkungan dari dampak negatif radiasi dan perlindungan kesehatan lingkungan, hal ini akan meningkatkan reputasi kepercayaan publik. Serta kita harus membentuk budaya pengawasan agar semua peralatan berfungsi dengan baik sehingga akan menjaga keberlanjutan operasional di institusi yang memanfaatkan teknologi radiasi,” kata Prof Wahyu Setia Budi.

Budaya keselamatan radiasi tidak hanya tanggung jawab institusi, namun juga melibatkan berbagai pihak, seperti tenaga kesehatan/pekerja radiasi (Dokter, Fisikawan Medik, Radiografer), pasien laki-laki/perempuan, pendamping pasien, dan masyarakat. Melalui partisipasi semua pihak, budaya keselamatan radiasi dapat ditingkatkan dan risiko paparan radiasi dapat diminimalkan tanpa mengurangi manfaat dari teknologi ini.

Pada narasumber kedua, Prof Wiwandari Handayani menyampaikan materi tentang “Perempuan sebagai Agen Inovasi dan Pendidik Kebudayaan”. Ia menjelaskan bahwa peran perempuan sebagai agen dalam pemajuan budaya dan inovasi perlu lebih dioptimalkan. Namun ada kendala yang perlu dihadapi, seperti kurangnya kapasitas perempuan dan masih adanya persepsi yang mengatakan bahwa perempuan tidak setara dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan baik di lingkup keluarga maupun masyarakat.

“Hal tersebut mengakibatkan keluarga belum berhasil menjadi ujung tombak dalam mendorong berbagai kegiatan pembangunan dan pengelolaan lingkungan,” ujar Prof Wiwandari.

Selanjutnya pada narasumber ketiga, Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D., menyampaikan materi tentang “Peranan Perempuan dalam Pemajuan Kebudayaan: Sebuah Perspektif Multidimensional”. Prof Ova menjelaskan bahwa pendidikan merupakan fondasi awal yang harus ada untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan.

Menurut Prof Ova, institusi pendidikan perlu menyediakan lingkungan pembelajaran yang aman, kondusif, dan inklusif (infrastruktur, kompetensi, sistem layanan) melalui kampus sehat (health promoting university). “Apabila negeri ini ingin membangun bangsa yang hebat, beradab, dan berbudaya, mulailah dengan membangun kesejahteraan (fisik, mental, sosial) perempuan di dalamnya,” jelas Prof Ova.

Akhir sesi webinar ditutup dengan diskusi bersama dimana peserta webinar mengajukan berbagai pertanyaan mengenai peranan perempuan dalam pemajuan kebudayaan. Melalui diskusi ini dapat disimpulkan bahwa perempuan menjadi agen inovasi dan perubahan yang penting dalam pengelolaan lingkungan, perempuan juga berperan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya, dan perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam budaya seni, serta pemerintah perlu meningkatkan kualitas hidup untuk perempuan. (Dhany/Marta/Wulan-Humas)

Share this :
Exit mobile version