UNDIP, Semarang (24/01) – Universitas Diponegoro melanjutkan rangkaian upacara pengukuhan 36 Guru Besar di Gedung Prof. Sudarto, S.H., Kampus UNDIP Tembalang. Pada hari ke-5 ini, dua Guru Besar dari Fakultas Teknik telah resmi dikukuhkan yaitu Prof. Dr. Ir. Dwi Basuki Wibowo, M.S., dan Prof. Ir. Sulistyo, M.T., Ph.D.
Pidato pengukuhan diawali oleh Prof. Dr. Ir. Dwi Basuki Wibowo, M.S. dengan kepakaran Vibration & Product Design yang mengusung tema “Peranan Spesialis Foot Orthotic dalam Membantu Dokter Mengatasi Masalah Nyeri pada Penderita Calcanea Spur dan Kelainan Tipe Telapak Kaki Flat Foot Menggunakan Sepatu Orthotic”. Prof. Basuki dalam pidato ilmiahnya, mengungkapkan pentingnya peran spesialis foot orthotic dalam membantu dokter ortopedi dan neurologi untuk menangani masalah nyeri pada penderita calcanea spur dan flat foot berlebihan. Pendekatan inovatif menggunakan sepatu orthotic diyakini dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien tanpa perlu intervensi obat yang terus-menerus.
Terdapat dua poin yang disampaikan Prof. Basuki yaitu nyeri akibat Calcanea Spur dan nyeri akibat flat foot berlebihan. Calcanea spur atau jalu pada plantar fascia menyebabkan rasa nyeri di bagian tumit, khususnya sisi medial telapak kaki. Operasi posterior dan inferior calcanea spur yang dulu menjadi pilihan utama kini mulai ditinggalkan karena risiko komplikasi pascaoperasi, seperti infeksi dan keterbatasan aktivitas.
Sebagai solusi alternatif, Prof. Dwi memaparkan penggunaan sepatu orthotic dengan bahan silicon rubber, peninggian hak sepatu hingga 4 cm untuk pria dan 6 cm untuk wanita, serta insole berbahan busa lunak. Flat foot, meskipun jarang dikeluhkan di Indonesia karena sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, dapat diidentifikasi melalui digital footprint scanner yang sudah dipatenkan. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri pada pergelangan kaki (ankle).
Penanganannya melibatkan desain sepatu orthotic dengan lengkungan pada area arch yang dibuat dari insole busa lunak untuk memberikan dukungan optimal pada telapak kaki. “Para dokter ortopedi dan syaraf, ayo kita mengatasi pasien supaya tetap bisa beraktivitas tanpa harus selalu diberi obat. Saya berharap ada sinergi dan kolaborasi antara kedokteran dan engineering terus berlanjut dan saling menjembatani.” ujar Prof. Basuki.
Di sisi lain, Prof. Ir. Sulistyo, M.T., Ph.D. dengan kepakaran Solid Oxide Fuel Cell dalam pidato ilmiahnya berjudul “Inovasi Metode Pembuatan Solid Oxide Fuel Cell dalam Sistem Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan Berbasis Gas Hidrogen” menjelaskan tentang fuel cell (sel bahan bakar) sebagai peralatan konversi energi elektrokimia yang mengubah bahan bakar menjadi listrik.
Prof. Sulistyo juga memaparkan bahwa penerapan FC telah dimanfaatkan pada unit transportasi seperti transportasi darat laut dan udara dengan menggunakan teknologi PEMFC dan SOFC. “Di Indonesia pengembangan teknologi fuel cell telah berlangsung dan telah dilakukan mulai pengembangan bahan baku material, karakteristik material, pembuatan sel serta pembuatan prototipe FC meskipun dalam skala laboratorium,” ungkapnya.
Di akhir orasi, Prof. Sulistyo menyampaikan harapannya di masa depan ada moda transportasi berpenggerak fuel cell dengan bahan bakar gas hidrogen yang ramah lingkungan.
Dalam sambutannya, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. menyampaikan bahwa dengan bertambahnya Guru Besar Universitas Diponegoro diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas kampus di mata global. Tentunya hal itu bukanlah sebagai tujuan akhir, di mana tujuan akhir yang hendak dicapai adalah kebermanfaatan bagi masyarakat.
“Namun demikian kita berharap bahwa itu bukan tujuan akhir, tujuan akhir adalah menjadikan semua memiliki ilmu, kampus, dan martabat sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,” tutup Prof. Suharnomo. (Yovita, Marta; ed. DHW)