Potensi Teknologi Plasma Ozon Pengembangan Rumah Kemas Hortikultura di Kabupaten Magetan

UNDIP, Semarang (22/1) – Pj Bupati Kabupaten Magetan Nizhamul, pada hari Senin 22 Januari 2025 bertemu dengan Ilmuwan Teknologi Plasma Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Muhammad Nur DEA. Pertemuan yang membicarakan hal strategis untuk mendukung sumber makanan bergizi dan sehat. Pencanangan makan siang bergizi perlu didukung oleh produk hortikultura yang menjadi sumber gizi dan bebas pestisida.

Pertemuan di pendopo bersejarah di Kabupaten Magetan itu dihadiri oleh Ketua Bappeda, Kepala Dinas Pertanian, beberapa kepala bidang dari beberapa dinas antara lain, dinas koperasi, dinas perdagangan, dinas pertanian, dan dinas terkait lainnya. Pertemuan membicarakan pengembangan rumah kemas produk hortikultura di kabupaten Magetan yang terletak di kaki Gunung Lawu. Kabupaten ini memiliki potensi besar di sektor pertanian khususnya hortikultura. Kondisi geografisnya yang berada di dataran tinggi dengan suhu udara yang sejuk menjadikan daerah ini sangat cocok untuk budidaya tanaman hortikultura, seperti cabai, tomat, brokoli, wortel, dan berbagai jenis sayuran serta buah lainnya.

Namun, kendala utama yang sering dihadapi oleh para petani adalah kerusakan pascapanen, fluktuasi harga pasar, dan keterbatasan akses ke teknologi modern untuk menjaga kualitas hasil panen. Tak kala pentingnya adalah produk pertanian hortikultura tak bebas dari kontaminasi residu pestisida.

Untuk menjawab tantangan tersebut, gagasan pengembangan Rumah Kemas Hortikultura berbasis teknologi modern, seperti plasma ozon, dapat menjadi solusi inovatif. Rumah Kemas ini tidak hanya berfungsi untuk pengolahan pascapanen tetapi juga untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura, memperpanjang umur simpan, dan memperluas akses pasar, baik domestik maupun internasional.

Potensi Hortikultura di Magetan

Magetan memiliki lahan pertanian dengan ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut, ideal untuk tanaman hortikultura. Suhu udara berkisar antara 18-25°C, cocok untuk berbagai jenis tanaman hortikultura. Kandungan mineral vulkanik dari Gunung Lawu mendukung  pertanian hotikultura tersebut. Data yang tersedia di BPS antara tahun 2017-2020 terdapat produk horti yang dihasilkan rerata pertahun antara lain: bawang daun  sejumlah 10.701,25 ton , bawang merah sebanyak  2557 ton,  bawang  putih  sebesar 257,5 ton, cabai  merah kriting sebesar  2261 ton, cabai rawit sejumlah 637 ton, buncis sebanyak 2674,75 ton, wartel mencapai 23569,25 ton, tomat sebanyak 3050,25 ton dan  sawi 7757,25 ton.

Masalah dan Solusi Rumah Kemas Berbasis Teknologi Plasma Ozon

Masalah yang sering dihadapai adalah tingkat kerusakan pascapanen mencapai 20-30% akibat perlakuan yang tidak memadai selama penyimpanan dan distribusi. Harga jual produk sering kali anjlok saat panen raya karena terbatasnya akses pasar. Minimnya penggunaan teknologi modern dalam pengolahan pascapanen. Rumah Kemas Hortikultura ini dirancang sebagai fasilitas modern yang mengintegrasikan teknologi plasma ozon untuk pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan hasil panen. Fitur utama yang ditawarkan pembersihan dengan plasma ozon mengikuti suatu prosedur yang telah mendapat SNI (Muhammad Nur sebagai Koseptor). Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk teknologi ozonasi pada produk hortikultura bernomor SNI 8759:2019, dengan judul “Alat penyimpanan produk hortikultura pascapanen menggunakan teknologi ozon – Syarat mutu dan metode uji”.

Bagaimana penerapan penggunaan ozon dalam produk horti yang dapat dicuci? Produk dicuci menggunakan air berozon untuk menghilangkan residu pestisida, bakteri, dan jamur. Selanjutnya diikuti dengan  pengemasan untuk menjaga kesegaran produk lebih lama dan meningkatkan daya tarik konsumen. Produk yang telah dikemas dapat diedarkan langsung ke pasar tradisional dan pasar modern. Selain itu produk juga dapat disimpan di dalam ruang berpendingin berteknologi ozon dapat memperpanjang umur simpan hingga 2-3 kali lipat. Dengan mekanisme perlakukan pada sayuran ini dapat mengurangi kerusakan hasil panen hingga di bawah 10%.

Teknologi yang menguntungkan

Siapa yang diuntungkan dengan penerapan teknologi Plasma Ozon  yang dikembangkan oleh Center for Plasma Research UNDIP ini? Banyak pihak yang diuntungkan antara lain masyarakat mendapatkan produk yang lebih higienis dan berkualitas. Petani dapat menjual dalam jangka waktu yang lebih panjang disebabkan terjaganya kesegaran  produk dalam waktu lebih lama. Tak kalah penting, pemerintah daerah akan mendapatkan bonus peningkatan pendapatan asli daerah  (PAD) melalui perluasan pasar dan meningkatnya permintaan produk yang berasal dari daerah tersebut. Teknologi penyelamat pasca panen ini juga dapat mendukung program ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi lokal.

Teknologi Baru dan Penguatan Petani

Teknologi plasma ozon untuk produk hortikultura adalah pengembangan hasil riset. Ini teknologi baru. Petani perlu mendapatkan pemahaman pentingnya teknologi plasma ozon dan cara memanfaatkan fasilitas rumah kemas. Fasilitas Rumah Kemas direcanakan dikembangkan melalui kebersamaan antara dukungan pemerintah daerah, kelompok tani, dan akademisi. Rumah kemas melalui dinas terkait akan menggandeng universitas, seperti Universitas Diponegoro, yang telah berpengalaman dalam teknologi plasma ozon dan mendampingi beberapa rumah kemas hortikultura di berbagai daerah. Melalui rumah kemas hortikultura harga jual lebih tinggi dan akses pasar yang lebih luas, petani akan mendapatkan pendapatan yang lebih stabil. Teknologi ini mengurangi kerugian akibat kerusakan hasil panen. Rumah kemas juga akan membuka peluang kerja baru di bidang pengolahan, pengemasan, dan pemasaran produk hortikultura.

Pengembangan Rumah Kemas Hortikultura di Kabupaten Magetan di kaki Gunung Lawu merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi hortikultura daerah tersebut. Dengan dukungan teknologi plasma ozon, program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup petani, memperluas akses pasar, dan menjadikan Magetan sebagai salah satu pusat hortikultura unggulan di Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan petani menjadi kunci keberhasilan implementasi gagasan ini.

Share this :

Category

Arsip

Related News