Meski Ayahnya buruh, dr. Annisa lulus dari FK UNDIP dengan IPK 3.96

UNDIP, Semarang (8/2) – Perjalanan dr. Annisa Himmatul. A dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) sangat inspiratif. Dengan latar belakang keluarga sederhana, Annisa membuktikan bahwa kerja keras, dukungan dari lingkungan akademik yang baik dapat mengantarkan mahasiswa seperti dirinya mencapai impian. Rabu 5 Februari 2025, akhirnya ia mencapai impiannya lulus dan mengikuti wisuda UNDIP ke-177 di Muladi Dome dengan IPK nyaris sempurna, 3.96.

Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Annisa tumbuh dalam keluarga yang sangat sederhana namun menghargai pendidikan. Ayahnya bekerja sebagai buruh di sebuah toko meuble dan ibunya yang menjadi penjahit.

Sejak kecil dia memang ingin menjadi dokter. Namun, melihat kondisi ekonomi keluarganya ia sempat mengubur impiannya. Menginjak kelas 10, dia termotivasi kembali untuk menjadi dokter ketika salah satu kakak kelasnya berhasil mendapatkan beasiswa kedokteran, dari situ ia yakin bisa meraih mimpinya menjadi dokter.

Ia bersyukur, akhirnya ia diterima di FK UNDIP dan selama berkuliah ia mendapatkan beasiswa Bidikmisi, sekarang Kartu Indonesia Pintar (KIP), hingga ia tidak perlu membayar uang kuliah dan bahkan mendapat bantuan biaya hidup. Namun demikian, bukan berarti dia bisa hidup dengan berlebihan. Untuk menghemat biaya, Annisa harus berjalan kaki dari tempat tinggalnya saat itu yaitu di Rusunawa Undip ke kampus, sebelum akhirnya perkuliahan berjalan secara daring karena era covid-19.

Di UNDIP, Annisa sangat bersyukur karena merasakan lingkungan akademik yang inklusif dan suportif. Ia merasa didukung tidak hanya oleh teman-temannya tetapi juga oleh para dosen yang selalu memberikan motivasi.

“Alhamdulillah, saya bersyukur bisa kenal dengan banyak teman yang selalu mendukung saya, baik secara emosional maupun dalam hal lain. Tidak ada perbedaan meskipun latar belakang ekonomi saya sangat berbeda dengan teman-temannya. Dosen-dosen juga sangat mendukung, mengajar kami dengan sepenuh hati, dan memotivasi kami untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, baik S2 maupun spesialis,” katanya.

Selain itu, Annisa juga mengakui peran penting dari berbagai elemen dalam proses pembelajarannya. “Tanpa mereka saya tidak akan bisa sampai di titik ini. Ia bertemimakasih pada ‘guru-guru’ (cadaver/ jenazah yang diawetkan untuk belajar materi kedokteran) dan pasien-pasien yang sudah memperbolehkannya untuk belajar saat koas. Tanpa mereka, saya dan teman-teman tidak akan bisa menjadi dokter,” ungkapnya dengan penuh rasa terima kasih.

Saat ditanya mengenai kunci suksesnya dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran UNDIP, Annisa menekankan pentingnya mengenali kemampuan diri sendiri dan menerapkan strategi belajar yang efektif. “Harus tahu kemampuan diri sendiri, belajar lebih ekstra sesuai dengan materi, dan pastinya banyak berdoa,” ujarnya.

Dr. Annisa sendiri memang anak yang tekun dan berprestasi sejak SMA serta aktif mengikuti berbagai kegiatan akademik maupun non akademik. Setelah menyelesaikan studinya, Annisa kini tengah menunggu penempatan internship dari Kementerian Kesehatan. Program ini merupakan tahap penting bagi lulusan kedokteran sebelum mereka dapat berpraktik secara profesional. “Setelah internship, rencananya saya ingin bekerja sembari mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang S2,” tambahnya.

Kisah Annisa menjadi bukti nyata bahwa FK UNDIP tidak hanya memberikan pendidikan berkualitas tetapi juga mendukung mahasiswa dalam berbagai aspek, mulai dari beasiswa, lingkungan akademik yang inklusif, hingga fasilitas pembelajaran yang mumpuni. UNDIP terus berkomitmen mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki jiwa kepedulian dan profesionalisme tinggi dalam dunia medis. (NH)

Share this :

Category

Arsip

Related News