Pustakawan UNDIP Cakap Literasi Digital

Pustakawan Universitas Diponegoro menjadi garda terdepan dalam memperkuat literasi di lingkungan UNDIP maupun masyarakat. Mereka tidak hanya bertugas menjaga dan mengatur koleksi buku, tetapi juga memiliki peran penting dalam mengembangkan minat baca, melaksanakan tugas pendampingan pencarian informasi, edukasi digital serta menjalankan program-program yang mendukung visi dan misi universitas.

Ana Faridatunniswah, S.Hum., Pustakawan Ahli Muda UPT Perpustakaan dan UNDIP Press saat diwawancara pada Jumat (14/2), menjelaskan tugas pustakawan tidak hanya sebagai penjaga perpustakaan tetapi semakin berkembang terutama pada kegiatan-kegiatan literasi digital. Pustakawan di era saat ini harus melek teknologi dan memanfaatkan teknologi untuk memberikan informasi dan literasi pada mahasiswa.

“Pustakawan berperan dalam mengidentifikasi, mengatur dan mengemas informasi untuk dapat diakses secara elektronik yang dapat berhubungan langsung dengan sumber informasi digital. Kami membantu para mahasiswa mengenalkan Reference Manager, E-book, E-Journal agar memudahkan mereka untuk mendapatkan sumber-sumber referensi yang diperlukan,” kata Ana.

“Bagi generasi muda yang ingin menjadi pustakawan, selain menguasai teknologi informasi tetap harus mempelajari dasar-dasar ilmu perpustakaan seperti bagaimana cara mengelola data, pengarsipan, dan pengklasifikasian. Selain itu memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik termasuk penguasaan bahasa Inggris, kemahiran berbahasa Inggris dapat meningkatkan profesionalisme pustakawan,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan oleh Romdha Nugrahani, S.Sos., Pustakawan Ahli Muda UPT Perpustakaan dan UNDIP Press. Ia mengatakan bahwa peran pustakawan semakin menantang di era digitalisasi ini karena berhadapan dengan transformasi teknologi yang pesat. Perjuangan pustakawan menghadapi teknologi meliputi berbagai aspek, mulai dari adaptasi perangkat lunak baru, integrasi e-book, hingga pemanfaatan basis data daring yang canggih.

“Perpustakaan UNDIP memiliki berbagai macam layanan di antaranya layanan AI, Grammarly, dan Turnitin. Selain itu ada Klinik Tugas Akhir, layanan ini memberikan pendampingan kepada kelompok pemustaka dalam memberikan bantuan berupa saran dan bimbingan dalam kegiatan riset,” ujarnya.

“Pustakawan adalah profesi yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi pustakawan tentunya harus terus belajar, apalagi dengan adanya perubahan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang begitu cepat menuntut kita untuk mampu mengikutinya. Tugas pustakawan juga memberikan edukasi, misalnya peran pustakawan diperlukan dalam membendung informasi hoax yang terjadi di lingkungannya. Bagi mahasiswa, melek literasi digital bukan lagi pilihan namun sebuah keharusan agar tidak termakan infomasi prank” pungkas Romdha.

Share this :

Category

Arsip

Related News