UNDIP, Semarang (29/03) – Di tengah tantangan global terkait penggunaan antibiotik untuk ternak, Prof. Sugiharto, Guru Besar Fisiologi Ternak Universitas Diponegoro (UNDIP) yang masuk dalam daftar 2% ilmuwan paling berpengaruh dunia versi Universitas Stanford, memperkenalkan terobosan inovatif melalui teknologi enkapsulasi.
Teknologi ini tidak hanya melindungi komponen aktif dalam bahan herbal, tetapi juga dapat meningkatkan efektivitas ekstrak bahan herbal sebagai alternatif antibiotik untuk ternak yang telah dilarang penggunaannya oleh Pemerintah Indonesia dan mayoritas negara di dunia.
Sejak awal karier akademiknya, Prof. Sugiharto sudah mendalami bidang fisiologi, imunologi dan mikrobiologi pada ternak. Salah satu inovasinya adalah teknologi enkapsulasi untuk aditif pakan ternak, yang bertujuan meningkatkan efektivitas aditif pakan dalam memperbaiki kondisi fisiologis, kesehatan dan produktivitas ternak tanpa penggunaan antibiotik.
Teknologi enkapsulasi bertujuan melindungi bahan aktif dalam ekstrak herbal agar tidak rusak selama penyimpanan dan saat melewati saluran pencernaan ternak. Dengan adanya enkapsulasi, efektivitas aditif pakan meningkat, sehingga ternak dapat tumbuh sehat tanpa menggunakan antibiotik sintetik.
Penelitiannya juga berfokus pada perbaikan sistem imun dan keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan ternak. Dengan intervensi nutrisi melalui aditif pakan, ternak dapat tumbuh optimal dan tetap sehat tanpa harus bergantung pada antibiotik sintetis.
Prof. Sugiharto menjelaskan bahwa sebelumnya peternak banyak mengandalkan antibiotik sebagai growth promoter. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan dan regulasi ketat terkait resistensi antibiotik, penggunaan antibiotik dalam pakan telah secara resmi dilarang. Oleh karena itu, diperlukan alternatif yang aman dan efektif, seperti aditif berbasis herbal yang dienkapsulasi.
Penelitian Prof. Sugiharto telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan farmasi ternak dan hasilnya telah diaplikasikan dalam industri. Produk berbasis enkapsulasi ini telah digunakan oleh beberapa perusahaan besar dan diharapkan dapat dimanfaatkan lebih luas di masyarakat. Teknologi ini bukan hanya menguntungkan peternak, tetapi juga memberikan jaminan keamanan bagi konsumen yang mengonsumsi produk ternak.
Ternak dan Pertanian modern untuk kedaulatan pangan
Selain fokus pada penelitian ternak, Prof. Sugiharto juga menekankan pentingnya kedaulatan pangan. Ia lebih memilih istilah “kedaulatan pangan” dibanding “ketahanan pangan”, karena yang terpenting adalah memastikan bahwa kebutuhan pangan masyarakat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan pakan dan faktor produksi lainnya. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor, katanya.
Menurut Prof. Sugiharto, kunci utama untuk menekan impor dan meningkatkan daya saing produk peternakan dan pertanian Indonesia adalah melalui inovasi teknologi. Dengan menerapkan teknologi modern, produk dalam negeri dapat bersaing dari segi kualitas dan harga dengan produk impor. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk lokal juga perlu ditingkatkan melalui edukasi tentang keamanan dan kualitas pangan.
Prof Sugihato juga menyampaikan tentang pentingnya konsep urban farming yang dianggapnya bisa menjadi menjadi salah solusi ketahanan pangan. Dengan teknologi modern seperti Internet of Things (IoT) dan sistem pertanian berbasis greenhouse, lahan sempit dapat dimanfaatkan secara optimal. Di FPP UNDIP, berbagai inovasi telah diterapkan, termasuk kandang ayam dengan sistem otomatis yang dapat mengatur kondisi mikroklimat secara mandiri.
Salah satu tantangan besar di sektor pertanian dan peternakan adalah regenerasi petani dan peternak. Saat ini, mayoritas petani berusia di atas 50 tahun, sementara minat generasi muda untuk terjun ke bidang ini sangat rendah. Menurut Prof. Sugiharto, perlu ada perubahan paradigma bahwa menjadi petani atau peternak juga merupakan pekerjaan yang menjanjikan. Justru, dengan pemanfaatan teknologi, sektor ini dapat menjadi profesi yang modern dan menguntungkan.
Di FPP UNDIP, mahasiswa didorong untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan melalui berbagai program yang telah disiapkan oleh Fakultas bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan mitra. Kegiatan kewirausahaan oleh mahasiswa tersebut diwadahi dalam Student Entrepreneur Center (SEC). Secara umum, kegiatan kewirausahaan di FPP bertujuan memberikan pengalaman langsung dalam bisnis peternakan dan pertanian dari hulu hingga hilir kepada mahasiswa. Dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta, harapan untuk menjadikan Indonesia lebih mandiri dalam bidang peternakan dan pertanian semakin terbuka lebar. (Dhany, ed. NH)