UNDIP, Semarang, (21/7) – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB UNDIP) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “2 Abad Perang Diponegoro: Inspirasi Semangat Juang Universitas Diponegoro Menatap Masa Depan”. Kegiatan ini menjadi bagian dari refleksi sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dan relevansinya dalam membentuk karakter kebangsaan generasi masa kini.
Acara yang digelar secara hybrid di Ruang Sidang Besar FIB UNDIP dan disiarkan melalui platform daring dengan Zoom Meeting yang memungkinkan partisipasi dari mahasiswa, dosen, dan publik secara nasional.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber berkompeten. Di antaranya, Drs. Supriyo Priyanto, M.A., peneliti sejarah Pangeran Diponegoro yang memaparkan dimensi spiritual, sosial, dan militer sang pahlawan nasional dalam menghadapi kolonialisme. Sementara itu, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., Guru Besar FIB UNDIP, membedah nilai-nilai perjuangan Diponegoro seperti keberanian moral, kepemimpinan etis, dan keteguhan prinsip yang dapat dijadikan pijakan dalam menghadapi tantangan global.
Dalam acara ini Aslama Nanda Rizal, S.Sej., M.Hum., selaku penanggung jawab acara memberikan sambutan sekaligus pengantar materi, MC oleh Atika Kurnia Putri, M.Hum., dan dimoderatori oleh Izmy Khumairoh, S.Ant., M.A.
Seminar ini juga dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNDIP. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya menghidupkan kembali semangat juang Diponegoro di tengah krisis keteladanan dan disorientasi nilai dalam masyarakat kontemporer.
“UNDIP sebagai institusi yang menyandang nama besar Pangeran Diponegoro memiliki tanggung jawab moral untuk merawat ingatan kolektif bangsa dan membangun kepemimpinan masa depan yang berkarakter,” tegasnya.
Sebagai penutup, Drs. Supriyo Priyanto, M.A., menyatakan bahwa peringatan dua abad jatuhnya Tegalrejo harus dimaknai sebagai momen kebangkitan UNDIP, yang menyandang nama besar Diponegoro, dalam menatap masa depan dengan spirit perjuangan, kemandirian, dan tanggung jawab sebagai generasi penerus. Beliau menegaskan bahwa Diponegoro bukan hanya tokoh sejarah, tetapi juga simbol perlawanan yang menyatukan nilai keislaman, kejawaan, dan nasionalisme.
Sementara itu, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., menyampaikan bahwa semangat kejuangan Pangeran Diponegoro, yang berakar pada keteguhan prinsip, keberanian moral, dan keberpihakan pada rakyat, tetap relevan dalam menjawab tantangan zaman. Menurutnya, membawa Diponegoro dari Tanah Jawa ke panggung sejarah nasional berarti menghidupkan kembali semangat perlawanan yang etis, visioner, dan transformatif sebagai inspirasi bagi generasi kini dan mendatang dalam membangun Indonesia yang berdaulat, berkarakter, dan bermartabat.
Melalui kegiatan ini, FIB UNDIP berkomitmen mengangkat kembali spirit perjuangan Diponegoro sebagai inspirasi transformatif bagi pembangunan karakter bangsa yang bermartabat, beretika, dan berdampak. Seminar ini juga menjadi momentum memperingati dua abad jatuhnya Tegalrejo (20 Juli 1825) yang menandai dimulainya Perang Jawa sebagai salah satu tonggak sejarah paling penting dalam perlawanan terhadap kolonialisme. (Komunikasi Publik/UNDIP/Humas FIB)