UNDIP, Semarang (29/09) – Laut selalu memberi pelajaran berharga. Dari setiap ombak dan arus, lahirlah gagasan baru tentang bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam. Berangkat dari kesadaran itu, Universitas Diponegoro terus berkomitmen menghadirkan riset yang bukan hanya unggul di ranah akademik, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan dunia industri. Salah satunya melalui inovasi di bidang perikanan modern yang mengusung konsep ekonomi biru.
Melalui Center of Marine Ecology and Biomonitoring for Sustainable Aquaculture (Ce-MEBSA), UNDIP memadukan teknologi robotika, Internet of Things (IoT), hingga sistem dashbord pintar untuk menciptakan budidaya perikanan yang produktif sekaligus ramah lingkungan.
Kolaborasi lintas disiplin ini dipimpin oleh Prof. Drs. Sapto Purnomo Putro, M.Si., Ph.D. dari Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UNDIP, bersama tim peneliti yakni Dr. Muhammad Helmi, S.Si., M.Si.; Erwin Adriono, S.T., M.T., serta Drs. Imam Kadarisman, M.Si., yang berhasil merancang Smart Robotic IMTA Cage sebuah sistem keramba modern dengan tujuh modul utama robot cerdas terintegrasi. Dari sensor kualitas air, patroli keamanan, hingga pemberian pakan otomatis hemat energi berbasis energi terbarukan, semua dirancang untuk mendukung keberlanjutan.
Keunggulan riset ini diakui secara nasional. Smart Robotic IMTA Cage berhasil masuk dalam daftar 50 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2024, menyingkirkan ratusan proposal lain. Teknologi ini merupakan pengembangan dari keramba jaring apung bertingkat – Integrated Multi Trophic Aquaculture (KJABB-IMTA) yang sudah dipatenkan sebelumnya.
Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., menegaskan bahwa riset Ce-MEBSA merupakan bukti nyata UNDIP sebagai universitas riset berkelas dunia. “Inovasi harus berlanjut hingga tahap hilirisasi dan komersialisasi. Dengan dukungan industri dan pemangku kepentingan, hasil riset ini benar-benar bisa dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Sapto selaku Ketua Departemen Biologi FSM UNDIP sekaligus pakar biologi kelautan menyatakan bahwa keberhasilan inovasi ini tidak lepas dari sinergi berbagai pihak yang juga hadir dari semangat kolaborasi lintas bidang. “Riset lintas disiplin, kolaborasi dengan industri, serta dukungan pemerintah daerah menjadi kunci untuk mewujudkan budidaya perikanan modern yang produktif sekaligus ramah lingkungan,” jelasnya.
Inovasi ini juga diperkuat lewat kolaborasi dengan PT Rekayasa Agromarin Indonesia (RAI), Dinas Perikanan Jepara, serta mitra pemerintah dan swasta lainnya. Menurut Drs. Imam Kadarisman, M.Si., Komisaris Utama PT RAI, sinergi dengan UNDIP membuka peluang besar bagi pengembangan modern aquaculture yang siap diterapkan di lapangan.
Tidak hanya soal keramba pintar, tim peneliti UNDIP juga menghadirkan aplikasi “Dokter Ikan” berbasis Artificial Intelligence. Aplikasi ini memungkinkan pembudidaya ikan menganalisis spesies ikan dan mendiagnosis penyakit hanya dengan mengunggah foto, sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan nelayan sekaligus menekan kerugian petambak.
Selain itu, Ce-MEBSA meluncurkan Dashboard Pintar yang mengintegrasikan smart feeder, sensor kualitas air, hingga kendaraan bawah air (Remotely Operated Vehicle – ROV) untuk memantau kondisi laut secara real time. Dengan teknologi ini, budidaya perikanan menjadi lebih presisi, efisien, dan ramah lingkungan. Di dalamnya terdapat tujuh modul inovatif, mulai dari Smart Edu-Ecotourism, pembangkit listrik hibrida, Smart Market, Smart Security, IoT Monitoring/ sensor kualitas air dan cuaca hingga Geoportal Coastal Environment. Salah satu inovasi uniknya adalah Integrated Smart Class, ruang belajar terapung yang memfasilitasi mahasiswa, peneliti, dan masyarakat untuk belajar langsung dari ekosistem laut.
Uji coba di Kepulauan Seribu, Karimunjawa, dan Jepara menunjukkan hasil yang menjanjikan berupa pertumbuhan ikan meningkat, efisiensi pakan terjaga, kualitas air lebih stabil, bahkan limbah pakan dapat dimanfaatkan kembali untuk budidaya kerang dan rumput laut.
Melalui pendekatan ini, UNDIP tidak hanya melahirkan teknologi canggih, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang selaras dengan prinsip ekonomi biru yaitu menjaga kelestarian laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 14 (Life Below Water) dan nomor 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), UNDIP membuktikan bahwa riset dapat menjadi jembatan antara laboratorium dan masyarakat. Dengan semangat Diktisaintek Berdampak, UNDIP terus meneguhkan perannya sebagai kampus yang Bermartabat dan Bermanfaat, menghadirkan solusi dari sains untuk masa depan bangsa. (Komunikasi Publik/ UNDIP/ *DHW*)