Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-68 UNDIP, Prof. Joga Dharma Tekankan Sinergi Kampus dan Industri untuk Kemandirian Bidang Pertahanan

UNDIP, Semarang (18/10) – Universitas Diponegoro memperingati puncak rangkaian Dies Natalis ke-68 pada Jumat, 17 Oktober 2025, di Gedung Serbaguna Muladi Dome, Kampus UNDIP Tembalang. Mengusung tema “Inovasi untuk Bangsa: When Innovation Meets Impact,” perayaan ini menjadi momentum reflektif yang meneguhkan semangat UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat dalam menghadirkan inovasi yang memberi makna dan berdampak bagi bangsa. Melalui semangat tersebut, UNDIP menegaskan komitmennya untuk mendukung program Diktisaintek Berdampak serta berkontribusi aktif dalam mewujudkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Joga Dharma Setiawan, B.Sc., M.Sc., Ph.D., Guru Besar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT LEN Industri (Persero), menyampaikan Orasi Ilmiah bertajuk “Kolaborasi Inovasi untuk Keunggulan Kompetitif Industri Pertahanan Indonesia.” Paparannya menginspirasi civitas academica UNDIP untuk terus menautkan riset dan inovasi dengan dampak nyata bagi bangsa bahwa ilmu pengetahuan sejatinya menjadi kekuatan untuk memperkuat kemandirian, daya saing, dan kedaulatan Indonesia.

Pada sambutannya, Prof. Joga menyampaikan apresiasi kepada Rektor UNDIP, Prof. Suharnomo, atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan sejak dirinya ditugaskan memimpin PT LEN Industri. Ia menilai, kepemimpinan yang kolaboratif dan berorientasi pada dampak adalah fondasi penting bagi perguruan tinggi dalam melahirkan inovasi yang relevan bagi kemajuan bangsa. “Saya berterima kasih kepada Prof. Suharnomo atas dukungannya yang luar biasa. Semangat inovasi UNDIP adalah contoh nyata bagaimana kampus dapat menjadi motor penggerak kemajuan bangsa,” ucapnya.

Dalam orasinya, Prof. Joga memaparkan peran strategis PT LEN Industri (Persero) yang kini menjadi induk dari Defend ID (Defence Industry Indonesia), sebuah holding BUMN yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2022. Holding ini menaungi lima entitas utama yaitu PT LEN Industri, PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia yang bersama-sama menjadi pilar penguatan industri pertahanan nasional. Dengan visi menjadi industri pertahanan yang maju, kuat, mandiri, dan berdaya saing global. Defend ID bertekad membawa Indonesia naik ke jajaran 50 besar perusahaan pertahanan dunia pada tahun 2027, setelah saat ini menempati peringkat ke-74.

Mengutip pandangan Presiden Republik Indonesia, Prof. Joga mengingatkan bahwa dalam dinamika geopolitik modern, kekuatan kerap menjadi penentu kebenaran dalam hubungan internasional saat ini. Karena itu, bangsa yang berdaulat harus memiliki industri pertahanan yang kuat dan mandiri. “Melalui Defend ID, Indonesia berupaya membangun kedaulatan dan kemandirian industri pertahanan yang berdaya saing global,” tegasnya.

Dalam konteks tersebut, Prof. Joga menggarisbawahi pentingnya membangun ekosistem riset dan inovasi yang sinergis antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Ia menilai, universitas seperti UNDIP memiliki peran sentral dalam memperkuat riset strategis di bidang pertahanan dan teknologi cerdas. Kolaborasi antara PT LEN Industri dan UNDIP menjadi salah satu bukti nyata, melalui kerja sama riset di bidang Artificial Intelligence (AI), command & control system, remote sensing, sistem satelit pertahanan, hingga teknologi robotik. Dukungan para peneliti UNDIP seperti Prof. Anin dan Dr. Helmi sebagai advisor dalam pengolahan citra satelit beresolusi tinggi turut memperkuat kemandirian sistem pertahanan berbasis data dan teknologi dalam negeri. Sementara itu, Dr. Eng. Adi Wibowo, S.Si., M.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Sains dan Matematika UNDIP, berkolaborasi dalam pengembangan kecerdasan buatan untuk sistem pertahanan dan pengawasan nasional.

Prof. Joga juga memaparkan inisiatif strategis melalui pembangunan Defend ID Innovation Park, sebuah pusat riset kolaboratif yang tengah dikembangkan di kawasan Bandung–Jakarta. Fasilitas ini dirancang menjadi wadah bagi peneliti, akademisi, dan praktisi industri untuk berkolaborasi dalam riset, hilirisasi teknologi, serta inovasi produk pertahanan yang kompetitif. “Kami membuka peluang luas bagi dosen dan mahasiswa UNDIP untuk berpartisipasi dalam riset dan program magang di Defend ID. Inilah saatnya kampus dan industri melangkah bersama menuju kemandirian teknologi nasional,” ujarnya.

Dalam upaya memperkuat daya saing, Defend ID juga menerapkan pendekatan Model-Based System Engineering (MBSE) dan performance governance framework guna mengintegrasikan sistem data, riset, keuangan, hingga transfer teknologi. Pendekatan ini menjadi bagian penting dari transformasi menuju era pertahanan 5.0, di mana kekuatan militer tidak hanya bertumpu pada senjata konvensional, tetapi juga pada kecanggihan sistem elektronik, kecerdasan buatan, dan penguasaan teknologi digital. Prof. Joga menegaskan, kolaborasi lintas disiplin dan adopsi inovasi mutakhir merupakan keharusan agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga produsen teknologi pertahanan yang berdaulat.

Selain penguatan inovasi, Prof. Joga juga menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia unggul dan adaptif. Melalui program magang industri dan fresh graduate apprenticeship yang difasilitasi Kementerian Ketenagakerjaan, Defend ID menyiapkan ruang bagi generasi muda untuk berkontribusi langsung dalam pengembangan sektor pertahanan nasional. “Kami ingin menghasilkan lebih banyak engineer dan peneliti muda Indonesia yang tangguh dan visioner, termasuk dari UNDIP,” ungkapnya.

Orasi ilmiah Prof. Joga tidak hanya menampilkan peta jalan industri pertahanan Indonesia, tetapi juga menggarisbawahi nilai kemanusiaan dan keberlanjutan di dalamnya. Upaya membangun industri pertahanan yang kuat dan mandiri sejalan dengan SDG 9 (Industry, Innovation and Infrastructure), SDG 4 (Quality Education), serta SDG 17 (Partnerships for the Goals) yakni menciptakan inovasi yang berdampak, memperkuat pendidikan berbasis riset, dan mendorong kemitraan global demi kemajuan teknologi nasional. Dengan demikian, kolaborasi antara UNDIP dan Defend ID menjadi contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai kemanusiaan dapat berpadu untuk membangun kemandirian bangsa.

Menutup orasinya, Prof. Joga menyampaikan harapan agar UNDIP terus menjadi pionir dalam penguatan riset dan inovasi nasional. “Kekuatan sebuah bangsa bukan hanya diukur dari besarnya alutsista, tetapi dari kemampuan anak bangsanya dalam menciptakan solusi. Mari kita jadikan inovasi sebagai kekuatan moral, intelektual, dan strategis untuk kemajuan Indonesia,” pungkasnya.

Melalui orasi ilmiah ini, UNDIP kembali menegaskan peran sentralnya sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya mencetak lulusan unggul, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam pembangunan bangsa. Semangat “Inovasi untuk Bangsa” yang diusung pada Dies Natalis ke-68 ini menjadi simbol tekad bahwa inovasi yang lahir dari kampus akan selalu bermakna — inovation meets impact, demi Indonesia yang bermartabat, berdaya saing, dan berkelanjutan. (Komunikasi Publik/ UNDIP/ DHW)

Share this :