Menteri Transmigrasi Kunjungi Lokasi Tim Ekspedisi Patriot UNDIP

UNDIP, Way Kanan – Way Tuba (11/11). Menteri Transmigrasi, Iftitah Sulaimana, melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan, untuk bertemu langsung dengan Tim Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tengah melaksanakan riset dan pemberdayaan masyarakat di kawasan transmigrasi. Kunjungan tersebut menjadi momentum penting yang menandai dukungan penuh pemerintah terhadap kolaborasi akademik dan partisipasi masyarakat dalam memperkuat pembangunan kawasan transmigrasi.

Dalam kesempatan itu, Menteri menegaskan bahwa paradigma pembangunan transmigrasi saat ini telah bergeser. “Transmigrasi sekarang bukan hanya tentang perpindahan penduduk, tetapi pemerataan sumber daya manusia. Kita tidak lagi sekadar memindahkan orang, tetapi membangun kapasitas dan daya saing masyarakat di seluruh pelosok negeri,” ujarnya di hadapan tim ekspedisi, perangkat kecamatan, dan perwakilan perangkat daerah.

Lebih lanjut, Menteri Iftitah mengatakan bahwa pembangunan kawasan tidak akan berhasil jika hanya menunggu perintah dari atas. “Sekarang bukan jamannya kita diperintah, tapi jamannya inisiatif. Masyarakat, akademisi, dan pemerintah daerah harus bergerak bersama untuk menciptakan perubahan dari bawah,” tegasnya.

Dalam forum yang juga dihadiri oleh Dinas Transmigrasi Kabupaten Way Kanan, Menteri Iftitah mengapresiasi langkah Tim Ekspedisi Patriot UNDIP yang berfokus pada penelitian komoditas unggulan kawasan transmigrasi. Menurutnya, hasil riset semacam ini dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan yang lebih kontekstual dan tepat sasaran, sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat transmigran dengan penekanan khusus pada potensi pengembangan karet dan kelapa sawit sebagai motor penggerak ekonomi lokal.

Nani Kitti Sihaloho, ketua tim Ekspedisi Patriot UNDIP, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ruang belajar dalam memahami realitas sosial-ekonomi masyarakat transmigran secara langsung.

“Way Tuba dan sekitarnya memiliki lahan yang sangat potensial untuk pengembangan karet dan sawit. Keduanya bukan hanya menjadi sumber penghidupan utama masyarakat, tetapi juga bisa membentuk klaster ekonomi baru jika dikelola secara terintegrasi,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa potensi tersebut dapat dikembangkan melalui pendekatan rantai nilai (value chain) mulai dari penguatan kelembagaan petani, peningkatan kapasitas produksi, hingga pembentukan unit pengolahan hasil di tingkat lokal.

“Karet dan sawit bisa menjadi penggerak ekonomi jika tidak hanya dijual mentah. Dengan adanya pelatihan, akses pasar, dan dukungan kelembagaan, masyarakat bisa mengembangkan usaha turunan seperti bahan olahan lateks, minyak sawit murni, atau produk turunannya. Ini yang kami dorong dalam hasil riset ekspedisi,” lanjut Nani.

Kegiatan Ekspedisi Patriot di Way Tuba mencerminkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat hadir di tengah masyarakat bukan sebagai instruksi, melainkan sebagai ruang dialog dan kolaborasi. Dari ladang hingga ruang diskusi, tim berupaya menggabungkan data dengan kearifan lokal, membangun pemahaman bahwa pembangunan sejati lahir dari masyarakat yang berdaya dan berinisiatif.

Kunjungan Menteri Iftitah menjadi penegasan bahwa semangat transmigrasi masa kini bukan lagi sebatas perpindahan penduduk, tetapi pemerataan pengetahuan, inisiatif, dan kemandirian. Melalui sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, kawasan Way Tuba diharapkan mampu tumbuh menjadi contoh pembangunan transmigrasi berbasis komoditas unggulan yang mandiri, produktif, dan berkelanjutan. (Komunikasi Publik/UNDIP/Tim Ekspedisi Patriot Way Tuba)

Share this :