Untuk mengatasi stunting, hendaknya perlu melibatkan berbagai sektor tidak bisa melihat dari sektor kesehatan saja. Hal ini diungkapkan oleh Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Dr. Budiyono dalam Workshop Penyamaan Persepsi Perguruan Tinggi pada Program Pencegahan dan Penanggulangan Stunting, Rabu (19/6) di Gedung ICT Undip Tembalang. workshop ini merupakan kerjasama antara Undip dan Direktorat Gizi Masyarakat Ditjen Kesmas Kemenkes RI.
Dr. Budiyono mengungkapkan bahwa FKM undip sendiri sudah melakukan beberapa hal dalam mengatasi stunting seperti penelitian, pendampingan ibu hamil hingga melahirkan, saat ini sedang melakukan pendampingan di kabupaten demak sebelumnya dilakukan di kabupaten brebes. artinya masalah gizi, masalah stunting ini kita sudah bekerjasama dengan daerah dari perencanaannya hingga implementasi juga evaluasinya juga termasuk pendampingan capacity building kepada petugas kesehatan terkait dengan gizi, pola makan dan juga faktor lingkungan terkait dengan stunting. Hal ini seperti terungkap dalam penelitian kami mengenai bahaya pestisida terhadap stunting ternyata cukup berpengaruh.
“Selain dari segi kesehatan dari segi budaya juga mempengaruhi, seperti misalnya Ibu hamil biasanya memiliki pantangan-pantangan untuk tidak makan makanan tertentu. nah, bisa jadi malah menyebabkan kekurangan nutrisi bagi bayi yang dikandung. Selain itu ada tren saat ini bahwa remaja putri untuk menjaga body image dengan menjaga pola makan tertentu, supaya kurus. nah apabila tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang harus dikonsumsi, nantinya ketika memasuki usia perkawinan bahkan hamil dan melahirkan itu kekurangan gizi, maka akan berimbas pada janin, sehingga ukurannya kecil, panjangnya kurang dan beratnya dibawah 2,5kg. belum lagi setelah lahir asupannya kurang. Artinya apa sustainable pangan itu perlu, artinya kita butuh dari sektor pangan. siapa yang mengcreate itu ya diperencanaan, regulasi. Dari segi politik, politik anggaran, anggaran APBD daerah pada stunting dan gizi ada berapa persen. kontribusi kesehatan hanya sekitar 20 % artinya masih ada 80% dari sektor lain yang perlu mendukung. Sektor Pekerjaan Umum misalnya diberlukan fasilitas sanitasi kebersihan dan semacamnya, dari segi ekonomi misalkan bagaimana meningkatkan taraf hidup, meningkatkan daya beli.” ujarnya.
“penanganan stunting dari sektor kesehatan saja tidak cukup, sehingga kita perlu melibatkan banyak sektor, di Internal kita sendiri di Undip sedang mengatasi persoalan stunting ini dari berbagai disiplin ilmu. di desa itu kan ada dana desa, harus masuk penanganan stunting, kita bisa mendampingi pembuatan perdes nya, politik anggaran ditingkat desa apalagi di tingkat kabupaten kota sangat perlu makanya politik kesehatan itu penting. untuk itu dalam workshop yang bekerjasama dengan kemenkes RI ini kami mengundang dari berbagai fakultas untuk bisa menyamakan persepsi, sehingga ketika kita melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat mengenai stunting dapat saling melengkapi” tandas dekan FKM Undip.
Rektor Undip Prof. Yos Johan Utama mengatakan bahwa stunting merupakan masalah bangsa sehinga segala sektor perlu turun tangan untuk terlibat didalamnya, Undip sendiri sudah melibatkan seluruh fakultas yang ada untuk memberikan yang terbaik dalam mengatasi permasalahan bangsa.
“Undip sendiri sudah mengalokasikan 43 Milyar dana penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti, sehinga dapat menghasilkan solusi terbaik dalam mengatasi stunting” ujarnya. (RINTU/HUMAS)