Meningkatnya jumlah santri di pondok pesantren berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah limbah yang di hasilkan, Selain itu, pondok pesantren juga sering kedatangan tamu dari keluarga santri yang menjenguk serta tamu dari luar pondok yang ikut belajar mengaji maupun mengikuti rangkaian acara di pesantren. Kondisi ini tentu berdampak, munculnya banyak sampah yang harus di tangani. Dalam menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan di lokasi pondok pesantren, LPPM Universitas Diponegoro melalui Skim pendanaan Ipteks bagi Desa Binaan Undip (IBDU) membantu mesin pencacah plastik di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Syaikh Sa’id bin Armia, Giren Talang, Kabupaten Tegal. Mesin pencacah yang dikirimkan ini mampu mencacah plastik sebanyak 75-100 kg/jam sampah plastik dan digerakkan dengan diesel 8 PK.
Dalam sambutannya saat menyerahkan mesin, Dr Badrus Zaman ST, MT selaku ketua tim PKM IBDU juga menyatakan bahwa mesin pencacah plastik ini diharapkan memberikan efek terhadap kemandirian pondok pesantren. Sehingga dalam mendesain konsep IBDU di pondok pesantren ini juga melibatkan dosen dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan Fakultas Sains dan Matematika. Keberadaan mereka di harapkan mampu memberikan warna dalam semangat kewirausahaan dan pengembangan teknologi pengolahan sampah plastik.
Pengelola Pondok Pesantren Ustadz Muhamad Nurul Yaqin sangat senang dengan hadirnya mesin ini. Selain membantu kebersihan pondok, santri juga di kenalkan dengan teknologi mesin. Selain itu, keberadaan mesin ini juga mampu meningkatkan nilai ekonomis dari limbah plastik yang ada. Bahkan tidak tertutup kemungkinan pondok sekitar dan masyarakat bisa melakukan kegiatan “Shodaqoh Plastik”. Kegiatan Shodaqoh Plastik ini akan membantu kebersihan lingkungan di sekitar pondok termasuk berbagai jamaah dari pondok pesantren lain. (idr.20)