Dr. Ir. Suyatno, M.Kes., Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNDIP, mengkaji model pelatihan antropometri berjenjang untuk meningkatkan presisi – akurasi pegukuran antropometri balita di posyandu.
Menurut Dr. Suyatno, tingkat presisi – akurasi pengukuran status gizi balita di Posyandu yang dilakukan kader masih belum baik, meskipun kegiatan pelatihan/ refreshing kader telah rutin dilakukan.
“Adanya penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan presisi – akurasi pengukuran antropometri balita di Posyandu,” kata Suyatno.
Dr. Suyatno menjelaskan bahwa ia melakukan dua tahap dalam penelitian ini, yaitu tahap pengembangan model dan tahap uji coba model dilapangan. “Dalam tahap – tahap pengembangan modelnya dirinya menggunakan studi kuantitatif dan kualitatif untuk menganalisa kebutuhan penelitian, mengembangkan produk, validasi internal dan revisi produk/ model sampai menghasilkan satu model pelatihan,” paparnya.
“Kemudian pada tahap uji coba model pelatihan dilapangan menggunakan desain pretest posttest control group design dengan kelompok kontrol adalah kader penerima model pelatihan konvensional. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model dilakukan uji statistic General Linear model dengan p < 0,05,” imbuh Suyatno.
Hasil penelitian Dr. Suyatno dari tahap pengembangan model menghasilkan model pelatihan antropometri berjenjang yang dilengkapi dengan modul dan video pelatihan antropometri. “Dari hasil uji coba di lapangan menunjukkan kelompok kader penerima model baru memiliki perubahan skor pengetahuan, sikap, praktik, self effacy dan tingkat presisi – akurasi pengukuran antropometri balita lebih baik dibandingkan dengan kader penerima pelatihan konvensional,” ungkapnya.
Dr. Suyatno menemukan hasil uji multivariat diketahui penerapan model pelatihan berjenjang berpengaruh signifikan dalam meningkatkan presisidan akurai pengukuran antropometri balita yang dilakukan oleh kader Posyandu (p <0,05).
“Melalui penelitian ini ditemukan model penelitian pelatihan berjenjang dapat meningkatkan perilaku mengukur, self efficacy dan presisi-akurasi pengukuran antropometri balita oleh kader posyandu,” kata Suyatno.
“Pelatihan penyegaran (Refreshing) kader posyandu diharapkan dapat mengadopsi model pelatihan berjenjang agar dapat menjangkau lebih banyak kader dan meningkatkan kemampuan mengukur antropometri menjadi lebih baik,” pungkasnya. (Nabil; DHW – Humas)