SEMARANG, 7 Oktober 2019 – Olimpiade Vokasi Indonesia kembali hadir ke-4 kalinya dengan tema “Establishing Creative Innovation, Empowering Vocational Higher Education” . Tema ini diusung oleh Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro sebagai tuan rumah rangkaian acara Forum Perguruan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI). Olimpiade Vokasi Indonesia (Olivia) 2019 merupakan kompetisi tahunan bagi mahasiswa/i vokasi di Indonesia dan merupakan salah satu rangkaian acara dari acara FPTVI.Mata lomba dalam Olivia 2019 meliputi lomba lomba karya tulis ilmiah, business plan, video blog, piranti cerdas, debat bahasa inggris, live cooking, dan yang terbaru yaitu lomba inovasi konstruksi serta inovasi energi baru dan terbarukan.
Olivia 2019 diikuti baik oleh universitas negeri atau universitas swasta sampai politeknik di seluruh Indonesia. Peserta yang mengikuti Olivia 2019 yaitu sebanyak 1176 peserta yang terbagi dalam 392 tim. Kamis (7/11), setelah melewati rangkaian seleksi, dihadirkan 17 perguruan tinggi luar dan dalam Pulau Jawa yang datang di tahap final. Selain itu, rangkaian expo dan bazar produk vokasi dari berbagai perguruan tinggi juga dihadirkan di Gedung Prof. Soedarto, S.H. Peserta expo tersebut di antaranya diikuti oleh Undip, UI, ITN Yogyakarta, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Haluoleo, STT Batang, IPB, dan Unair.
Olivia 2019 sebagai salah satu rangkaian acara yang diselenggarakan oleh FPTVI, menurut Johan Bhimo Sukoco sebagai Ketua Olivia, dilaksanakan untuk membranding vokasi itu sendiri pada masyarakat dan untuk meningkatkan percaya diri kalangan mahasiswa.
“Ini dapat menjadi promosi yang baik untuk vokasi itu sendiri dan dengan adanya acara ini dapat menjadi tempat yang informatif mengenalkan vokasi ke kalangan masyarakat. Untuk teman-teman mahasiswa juga diharapkan rasa percaya diri mereka bertambah. Tujuh belas universitas yang didatangkan di sini, kita mengakomodir sesuai hasil lomba. Mahasiswa vokasi diberikan aktivitas-aktivitas kompetitif, agar nantinya di dunia kerja nanti mereka makin percaya diri. Mereka bukan mahasiswa kelas dua, mereka juga sejajar dengan teman-teman sarjana,” pungkasnya.