“International Essay Competition UNS merupakan ajang perlombaan karya tulis akademik bagi mahasiswa yang bertema Living in a Good and Global Civilization, penyelenggaranya adalah Fakultas Ilmu Budaya UNS. Ada beberapa kriteria penilaian dari kompetisi ini yaitu kreativitas esai – yaitu kebaharuan dan inovasi dan topik, relevansi topik dan fokus analisis, data dan sumber informasi, analisis dan kesimpulan, kebahasaan, serta ketepatan format penulisan” terang Alifia Afflatus Zahra, mahasiswa Prodi S1 Sejarah Universitas Diponegoro yang menjadi juara I International Essay Competition 2021 yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret.
“Saya mengangkat tema teknologi, budaya, dan isu rasisme terhadap orang Asia yang menjamur di dunia global. Ada banyak stereotip yang mendegradasikan orang Asia. Pemikiran-pemikiran ini ternyata melatarbelakangi banyak action yang merugikan untuk orang Asia, baik di negaranya sendiri maupun komunitas yang menjadi imigran di Negara lain. Saya mendapat ide ini dari kasus penembakan di Atlanta yang mengorbankan sejumlah orang Asia awal tahun ini, dan ternyata kasus itu disebabkan salah satunya oleh pemikiran yang rasis” tuturnya.
Alifia mengatakan dari kasus itu, kemudian meneliti kasus-kasus lainnya sepanjang sejarah. Paper yang ia tulis memberikan solusi untuk isu rasisme dengan teknologi digital sebagai instrumennya. Berfokus pada Nusantara sebagai bagian dari komunitas orang Asia global, ia mengusung ide tentang program berbasis Virtual Reality yang bernama “Spectaculum Nusantara”, spectaculum dalam bahasa Latin artinya pameran. Program digital ini adalah museum digital yang memuat koleksi budaya dan sejarah Nusantara. Museum dan stakeholder di bidang ini dari seluruh dunia berkolaborasi untuk mengumpulkan, meneliti, dan menyajikan pengetahuan tentang local wisdom Nusantara dalam dunia Virtual Reality di mana pengguna dari seluruh dunia dapat menyelami rekonstruksi kekayaan sejarah Nusantara, peradabannya yang mengagumkan, dan ragam budayanya. Konsepnya adalah, program ini memungkinkan pengguna untuk bisa serasa hidup di masa lalu, atau berkeliling Indonesia.
“Saya juga mengutarakan ide tentang adanya game simulasi sejarah dan budaya praktis Nusantara sehingga pengguna serasa dilibatkan dalam dunia Nusantara. Tentu saja dengan VR headset, program ini memberikan pengalaman yang realistis, engaging, dan mampu menimbulkan rasa empati dan awareness terhadap kebudayaan Indonesia yang indah, dan sangat kontributif pada peradaban global, sehingga diharapkan meminimalisir rasisme terhadap orang Asia salah satunya orang Indonesia. Dengan teknologi ini, kita punya opsi untuk memperluas pengetahuan bahwa orang Indonesia dan Asia secara umum adalah bangsa yang kaya peradaban, berkontribusi pada budaya dan peradaban global, sehingga tidak bisa diremehkan seperti pada stigma yang muncul sejak kolonialisasi pada bangsa-bangsa Asia” lanjutnya.
“Ini adalah kompetisi pertama yang saya ikuti, namun sebelum menjadi mahasiswa Undip, saya sering mengikuti kompetisi, antara lain Akademi Remaja Kreatif Indonesia 2015 dan 2016 tingkat nasional, di mana saya mendapat penghargaan karya sastra dari Kemendikbud” ungkapnya.
Ia memiliki prinsip bahwa masa menjadi mahasiswa adalah masa di mana harus sudah dewasa, atau paling tidak mencari tahu, “apa yang ingin saya lakukan?”, “ingin seperti apa saya di masa depan?” tidak boleh lagi menyia-nyiakan kesempatan, apalagi kalau kita tahu itu bisa menjadi milestone menuju cita-cita ke depannya. Sehingga mahasiswa harus giat dalam memberdayakan diri mereka sendiri dan mengasah ilmu serta skill, hal ini bukan hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tapi pemuda yang skillful, tenacious, kreatif, dan cerdas, tentunya bisa bermanfaat untuk sesama – bisa untuk kampusnya hingga lingkungan masyarakat yang lebih luas.
“Kompetisi adalah salah satu dari banyak cara untuk mengasah diri dan menuju kesuksesan. Jadi, kalau ada kegiatan seperti kompetisi atau kegiatan intelektual yang bermanfaat apapun itu, apalagi yang sesuai dengan passion dan keilmuan masing-masing, kenapa tidak dicoba? Ini kesempatan yang sangat berharga, poin plus kalau berhasil di kesempatan ini. Kalau belum berhasil pun, ini bisa jadi pengalaman belajar yang penting untuk berkembang ke depannya” ujarnya.
Selain Alifia, Fitri Nur Lita Indriana (mahasiswa Prodi S1 Sejarah Undip) juga menjadi peringkat ke-5 kompetisi ini dengan judul esainya adalah Floklore as a Source of Natural Disaster Mitigation based on Local Wisdom. (Linda Humas)