M. Cholid Djunaidi Guru Besar Kimia Analitik FSM UNDIP: Eugenol Minyak Cengkeh Potensial untuk Pemisahan Kimia Selektif

SEMARANG — Muhammad Cholid Djunaidi dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia Analitik di Departemen Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (UNDIP), pada Senin (31/5/2021). Pidato pengukuhan yang disampaikan pada sidang terbuka Senat Akademik mengambil judul “Potensi Eugenol Sebagai Bahan Baku Pemisahan Kimia Secara Selektif” yang sudah diujicobakan untuk bidang kesehatan, bidang lingkungan, dan desalinasi air laut.

“Saya tertarik mendalami penelitian mengenai pemisahan kimia, karena untuk melakukan pemisahan kimia sangat mahal, untuk industri-industri tertentu bahkan biaya pemisahan kimia bisa mengambil porsi sampai 50% sendiri. Ini menginspirasi saya untuk dapat menghasilkan metode dan senyawa yang selektif dan murah, prosedurnya bisa dipangkas lebih sederhana tidak harus panjang” demikian disampaikan dosen yang lulus S1 dari Universitas Diponegoro pada tahun 1994.

Dosen kelahiran Jepara 2 Juli 1970 ini menyebutkan di bidang kesehatan pemisahan kimia dengan eugenol menggunakan metode imprinted potensial menjadi membran hemodialisa yang kompatible oleh tubuh. Yang menarik, eugenol yang berasal dari minyak cengkeh ini efektif memisahkan urea dan kreatin tanpa mengganggu keberadaan vitamin B12 dalam darah dalam proses hemodialisa.

“Memang penelitian ini masih berada di hulu, tapi potensial dikembangkan. Kami terus mengembangkan untuk bidang kesehatan karena memberi manfaat yang lebih besar,” kata Prof Cholid yang mengampu mata kuliah Kimia Analitik, Spesiasi Kimia, Kimia Lingkungan, Analisa Bahan Industri, Pemisahan Kimia, Kemometri, Instrumentasi kimia, serta Pemisahan dan Elusidasi Anorganik.

Untuk bidang lingkungan, eugenol diyakini efektif untuk membantu proses pemisahan emas dari sumber sekunder. Metode adsorpsi dan transpor membran selektif baik berbasis PVA maupun Polisulfon dengan bahan dasar eugenol, layak digunakan untuk mengambil atau memisahkan ion logam mulia seperti ion emas (Au) dari matriksnya. Menipisnya sumber emas di pusat penambangan menuntut dipikirkannya sumber kedua (second source) untuk mendapatkan emas yang bisa diperoleh dari limbah dengan menggunakan cara pemisahan kimia yang selektif yang bisa dilakukan oleh seorang kimiawan analitik.

Kimia analitik adalah memeriksa bahan dengan memisahkannya menjadi komponen-komponennya, mengidentifikasi dan menentukan berapa jumlahnya masing-masing. Pemisahan kimia adalah salah satu kajian penting dari kimia analitik yang bertujuan untuk memisahkan komponen lain dari campuran dengan memanfaatkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika dan sifat kimia dari komponen dalam campuran tersebut. Apabila kita mampu memisahkan pengotor, maka limbah pun mampu menyediakan sumber utama yang berharga, termasuk emas.

Untuk desalinasi, eugenol digunakan sebagai membran dalam filterisasi karena turunan eugenol bisa mengambil garam, memisahkan garam sehingga menjadikan air bisa menjadi lebih payau atau tawar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

Penelitian-penelitian terkait eugenol juga dilakukan bersama beberapa peneliti unggul lainnya dari universitas dalam dan luar negeri, seperti Prof. Dr. Mathias Ulbricht dari Universitas Unidue Duesberg Essen Jerman, Prof Dr. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., PhD. dari Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri ITB,  Dr. Miratul Khasanah, M.Si dari Lab. Kimia Anorganik Departemen Kimia Universitas Airlangga dan Yanuardi Raharjo, Ssi, MSc., PhD dari lab Kimia Analitik Departemen Kimia Universitas Airlangga.

Profesor yang terbilang masih muda ini dalam  wawancara khusus sebelum pengukuhannya juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada istrinya, seorang dokter anak yang telah banyak mendukung penelitian-penelitiannya lewat berbagai cara termasuk pada saat dana penelitian belum cair sementara penelitian harus jalan.

Semenjak lulus dan berkarir sebagai tenaga pengajar di almamaternya, ayah empat anak dan suami dari dr. Zuhriah Hidajati, Msi, SpA ini mengaku bersyukur bisa berkontribusi pada pengembangan Departemen Kimia FSM Undip. Cholid mengaku bangga dan bersyukur bisa dikukuhkan sebagai guru besar bersama dua senior yang juga dosen waktu menempuh studi sarjana. Pada periode ini, untuk pertama kalinya Departemen Kimia FSM Undip memiliki guru besar tiga sekaligus, yakni Prof. Dr. Dra. Meiny Suzery, M.S.; Prof. Dr. Dra. Dwi Hudiyanti, M.Sc.; dan Prof. Dr. Muhammad Cholid Djunaidi,S.Si, M.Si.

Cholid yang menyelesaikan S2-nya dari Institut Teknologi Bandung bidang kimia analitik dan S3-nya dari Universitas Gadjah Mada bidang yang sama pada 2016, mengaku harus berjuang keras saat awal-awal melakukan riset. Kini, setelah Undip memiliki laboratorium yang memadai, riset lebih mudah dilakukan. Sebagai guru besar bidang ilmu kimia analitik, tugas yang diembannya lebih besar dalam dunia akademik. “Semoga laboratorium bisa dikembangkan lagi agar lebih banyak mahasiswa yang bisa melakukan riset secara intensif,”harap Cholid Djunaidi. (tim humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News