Sunarsih Guru Besar Matematika Terapan FSM UNDIP: Permodelan Matematika Bantu Mudahkan Pengelolaan DAS dan IPAL

SEMARANG — Permodelan matematika dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk memudahkan proses pengambilan keputusan dan metode evaluasi dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan darat. Permodelan matematika sistem dinamik dapat dijadikan metode evaluasi sistem instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), permodelan juga memudahkan penentuan skala prioritas pemilihan DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk direboisasi yang mempertimbangkan multikriteria.

Demikian poin menarik dari orasi perdana Sunarsih pada pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Matematikan Terapan di Departemen Matematika Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (UNDIP), Senin (31/5/2021). Pengampu 12 mata kuliah seperti Permodelan Matematika, Sistem Dinamik, Model Ekologi, Perencanaan Jaringan, Model Real Problem Solving, Permodelan Resiko, Model Stokastik, dan Analisis Sistem Lingkungan ini menegaskan, implementasi pengambilan keputusan terkait prioritas reboisasi pada DAS serta prediksi konsentrat pencemar pada IPAL akan lebih mudah dilakukan jika memanfaatkan permodelan matematika.

“Permodelan matematika sistem dinamik mampu menunjukkan bahwa pada titik sampling tertentu dan jam sama  bisa diprediksi beberapa konsentrasi pencemar. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan modifikasi model dan menambah variabel serta parameter yang dapat mendukung sistem proses pengolahan air limbah di IPAL sejenis,” ujar perempuan kelahiran Kudus, 1 September 1958 di depan Sidang Terbuka Senat Akademik Undip yang digelar secara luring dan daring.

Menurut dia, pada permodelan transport pencemar dengan mekanisme adveksi-difusi pada suatu kolam fakultatif (IPAL), dapat juga dibentuk menjadi beberapa persamaan matematika dengan memperhatikan domain geometri kolam fakultatif tersebut yaitu . Domain geometri kolam fakultatif adalah sisi, bidang dan ruang kolam. “Ini menunjukkan peran permodelan matematika dapat membantu mengevaluasi proses kinerja IPAL, termasuk bagaimana kemampuan IPAL dapat mendegradasi bahan organik atau BOD,” urai Sunarsih yang sejak tahun 2014 sampai sekarang menjabat sebagai Ketua Laboratorium Matematika Terapan FSM Undip.

Sosok yang kini berhak menulis lengkapnya sebagai Prof. Dr. Dra. Sunarsih MSi ini mengatakan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, komunikasi, serta alat bantu memecahkan berbagai persoalan praktis melalui cabang-cabangnya antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika, kata Sunarsih, juga dapat digunakan untuk bekal bersosialisasi dalam masyarakat karena orang yang mempelajarinya mampu berpikir logis. Pembelajar matematika diyakini dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik dengan permodelan matematika.

Pemecahan permasalahan di dunia nyata biasa dimulai dengan identifikasi permasalahan yang meliputi identifikasi variabel dan membentuk hubungan antara variabel-variabel utama. Selanjutnya, variabel  dijabarkan menjadi sistem model dan mengkonstruksi kerangka dasar model yang meliputi membuat asumsi  model. Asumsi inilah yang secara esensial mencerminkan bagaimana berpikir, sehingga model dapat diselesaikan.

Agar asumsi mengarah pada situasi fisik yang kompleks menjadi permasalahan yang dapat diselesaikan, diperlukan formulasi persamaan untuk menyatakan hubungan variable-variabel. Baru kemudian diperoleh interpretasi hasil yang merupakan langkah yang menghubungkan formulasi matematika dengan permasalahan dunia nyata.

Untuk memahami esensi-esensi ide di balik permodelan matematika, diperlukan ilustrasi hasil-hasil penelitian dengan studi kasus tertentu. Dalam konteks pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada kolam stabilisasi, dipakai metode grafik, dasar optimalisasi, pendekatan dengan persamaan diferensial, teori kestabilan lokal, serta model diferensial parsial. Hasil kajian peneliti tentang pemodelan matematika dalam pengelolaan kualitas lingkungan pada pengelolaan DAS, diperoleh hasil prioritas reboisasi perlu diterapkan pada DAS di Kota Semarang Jawa Tengah.

Adapun kriteria pemilihan kawasan reboisasi pelestarian DAS mengacu pada pencegahan erosi tanah, penghematan biaya, ketersediaan lahan, daya dukung masyarakat, dan keterlibatan pemerintah. Mengacu kriteria-kriteria tersebut, dengan memakai permodelan matematika, terpilih DAS Garang sebagai DAS yang paling perlu diprioritaskan untuk direboisasi.

Istri dari Drs. H. Kasni dan ibu dari Muhammad Nur Ikhsan ini memulai karir sebagai dosen di almamaternya tahun 1986, tak lama setelah menyelesaikan studinya di Program Sarjana Matematika FMIPA Undip. Sembari mengajar, anggota Himpunan Matematika Indonesia ini sempat aktif di PPLH (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup) yang dipimpin Prof Sudharto P. Hadi MES Ph.D, dan ikut berbagai pelatihan dan seminar tentang Amdal.

Merasa tidak bisa menjadi loko tapi hanya menjadi gerbong dalam Program PPLH, Sunarsih memperdalam ilmu lingkungan melalui studi lanjut Program Magister Ilmu Lingkungan di Universitas Indonesia yang diselesaikannya tahun1997. Tetap sebagai pengajar di Departemen Matematika, dia melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu Lingkungan dan selesai tahun 2013. “Itu sebabnya banyak penelitian saya berkaitan dengan masalah lingkungan, meski dasarnya tetap ilmu matematika,” tuturnya.

Ditanya kesannya menjadi profesor di salah satu universitas terkemuka di Indonesia, dia hanya menjawab: “Ini amanah dari Allah. Kalau tidak dari Allah  saya tidak akan sampai pada jabatan akademik tertinggi ini”. Dia juga memuji program OPOC (One Professor One Candidate) sangat menolong, khususnya untuk mentoring dalam hal administratif.

Sunarsih berpendapat, sekarang ini matematika tidak lagi dianggap sebagai momok oleh para siswa sekolah. Buktinya, minat belajar matematika di perguruan tinggi terus meningkat. Apalagi bidang kerja lulusan program S1 Matematika tidak hanya di lembaga statistik saja, namun juga mulai masuk ke Bank Indonesia, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) serta lembaga bergengsi lainnya. “Kalau dulu mahasiswa matematika banyak yang kucel, sekarang cantik-cantik dan ganteng-ganteng,” tukasnya, setengah berkelakar. (tim humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News