Di era modern saat ini, menguasai bahasa Inggris sudah menjadi suatu kebutuhan dan hampir semua jenis pekerjaan juga mencantumkan keahlian berbahasa Inggris sebagai salah satu kriteria. Meskipun pada kenyataannya, masih saja ada yang merasa tidak percaya diri berbicara bahasa Inggris secara aktif. Ketika diajak berkomunikasi dengan bahasa Inggris tak jarang menjawab dengan grogi bahkan tidak paham dengan apa yang ditanyakan. Belajar Bahasa Inggris bagi sebagian besar pelajar di Indonesia masih cukup sulit, sehingga membuat mereka bosan dan menjadi malas.
“Bagi sebagian orang belajar Bahasa Inggris memang dirasa cukup sulit, meski banyak juga yang cepat belajar dan mampu menguasainya dengan baik. Yang paling utama dalam belajar bahasa asing adalah kemauan. Tanpa kemauan, belajar bahasa asing pada akhirnya hanya menjadi beban sehingga tidak memberikan dampak positif bagi proses pembelajarannya” tutur Arido Laksono, S.S , M.Hum, Dosen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Menurut Arido, langkah-langkah pendekatan yang sesuai dengan karakter siswa harus lebih diutamakan, seperti dengan mengetahui bagaimana tingkat kemampuan berbahasa Inggris siswa, karena dalam satu kelas tentu sangat beragam tingkat kemampuan mereka. Setelah tahu, selanjutnya menggunakan media pembelajaran yang biasanya diminati oleh siswa, yaitu pemutaran film. Film dokumenter sering ia gunakan dalam rangka meningkatkan semangat siswa dan kemauan siswa untuk berproses lebih baik. Pendekatan personal dengan “joke” dan pertanyaan langsung ke masing-masing siswa sangat ampuh untuk mengatasi masalah kekurang tertarikan siswa dalam belajar.
“Dan ternyata, dengan system online di masa pandemi ini, saat interaksi dengan model chatting di MsTeams, respon mahasiswa lebih tinggi dibandingkan dengan model voice meeting di MsTeams. Kemungkinan karena masalah kuota atau paket data sehingga mereka lebih aktif di chatting, dengan demikian saya juga harus menyesuaikan dengan karakter peserta ini. Saya paling sering memutar film tentang perbedaan budaya, supaya mahasiswa termotivasi untuk bisa eksplorasi sendiri. Pada prinsipnya, buatlah orang suka berbahasa asing tapi tidak dipaksa. Disinilah seninya mengajar bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris” lanjutnya.
“Mempelajari karya sastra, apapun dan dari mana pun, memberikan inspirasi tentang apa yang bisa kita lakukan dalam mengambil suatu langkah. Karya sastra merefleksikan berbagai persoalan dan nilai-nilai yang ada di masyarakat, baik pada masa lalu, sekarang bahkan proyeksi ke masa depan. Di Sastra Inggris FIB UNDIP, kita tidak hanya belajar skill bahasa Inggris, namun juga budaya serta ilmu linguistic. Membuka wawasan dan pikiran mahasiswa agar mampu bersaing di tingkat global adalah keharusan. Sastra Inggris FIB UNDIP mempersiapkan kemampuan public speaking, academic writing, translation/interpretation yang dibalut dengan pengetahuan budaya dan sastra. Pengetahuan budaya dan sastra akan mengisi relung-relung jiwa para agent of change ini sehingga mereka akan semakin dewasa dalam berpikir dan bijaksana dalam bertindak, serta kreatif dalam menentukan langkah” terangnya.
Sebagai Dosen pengampu mata kuliah Pengetahuan Budaya Inggris Amerika, ia menuturkan bahwa mata kuliah tersebut membuka cakrawala mahasiswa agar mengerti budaya bangsa lain. Mahasiswa tentu memiliki mimpi untuk melanjutkan studi atau bekerja pada bidang-bidang yang nantinya akan bersinggungan dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Mata kuliah itu akan memberikan wawasan tentang budaya Inggris dan Amerika serta nilai dan norma sosial yang melingkupinya. Dengan mempelajari budaya Inggris Amerika, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan bersikap terhadap perbedaan nilai yang ada sehingga mahasiswa mampu menjadi bagian dari masyarakat global, dengan tidak meninggalkan identitas dirinya sebagai bangsa Indonesia.
“Bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, saat ini sudah menjadi satu keharusan untuk dapat ikut ambil peran dalam persaingan. Kemampuan berbicara, mendengarkan dan menulis mahasiswa Sastra Inggris seharusnya lebih baik agar bisa menjadi nilai lebih. Dengan demikian, yang harus ditingkatkan adalah pemahaman budaya dan kepribadian” ungkapnya.
“Saya selalu menggunakan gaya Bahasa, kalau kata mahasiswa sarcastic .dalam pertemuan di kelas, baik sebelum era pandemic maupun saat pandemic seperti ini. Saya mencoba menumbuhkan kepercayaan diri mereka agar tidak minder dan mampu menunjukkan personal skill mereka. Dengan pancingan-pancingan joke maupun problem-problem social di tengah-tengah materi kuliah, hal ini mampu memancing mereka untuk bereaksi. Saya tidak pernah bosan untuk mendorong mahasiswa tampil melihat dunia yang begitu luas dan banyak ragam ini. Setiap orang adalah pribadi yang unik, maka keunikan ini yang menjadi modal dasar masing-masing individu untuk berkembang. Bahasa dan Sastra Inggris ibaratnya adalah bumbu yang makin menguatkan rasa unik dari pribadi-pribadi hebat itu” kata dosen yang tengah menyelesaikan studi program doktornya di Undip.
“UNDIP Hebat, kemajuan UNDIP saat ini sungguh luar biasa. Sinergi tiap elemen tentu harus selalu ditingkatkan. Satu hal yang belum ada adalah kantin Universitas, saya rasa semua yang pernah studi di luar negeri pasti tahu bahwa university canteen mutlak ada. Kantin yang nyaman, bersih dan teduh pasti akan mendukung terbangunnya obrolan-obrolan produktif tentu saja jangan lupa coffee shop-nya. World Class University perlu Kantin yang representatif supaya jika ada visiting lecturers or professors kita tidak bingung mau ajak makan dimana atau ngopi dimana. Semoga segera ada kantin yang keren di UNDIP tercinta” pungkasnya. (Linda Humas)