SEMARANG – Rangkaian pengukuhan 21 guru besar di Rektor Universias Diponegoro (UNDIP) yang dimulai 25 Mei 2021, yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat akhirnya bisa diselesaikan dengan baik. Pada pidato yang disampaikan pada Sesi ke-7 rangkaian Pengukuhan guru besar, Rektor Undip Prof. Dr. Yos Johan Utama SH, M.Hum menyatakan bahwa guru besar merupakan aset penting yang harus dijaga.
Keberadaan profesor atau guru besar bukan hanya penting untuk lembaga pendidikan tinggi, tapi juga penting untuk bangsa dan negara serta umat manusia karena perannya menyumbangkan ilmunya. “Karena itu kami selalu berhati-hati dan menjaga betul keselamatan dan kesehatan para guru besar,” kata Prof Yos Johan Utama, saat menutup rangkaian pengukuhan 21 guru besar dalam Sidang Terbuka Senat Akademik di Gedung Prof Soedarto SH Tembalang Kota Semarang, Kamis (10/6/2021).
Hal itu pula yang menjadi pertimbangan dan menjadikan Undip sangat hati-hati dalam memutuskan apakah akan mengelar PTM (Perkuliahan Tatap Muka) secara penuh, secara daring atau secara hibrid (gabungan daring dan luring) yang akan dimulai bulan Juli 2021 nanti. Kembali melonjaknya Covid-19 yang menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.
Disela-sela sambutanya, Prof Yos juga menyampaikan berita bahwa banyak korban teman-teman dari Universitas Syiah Kuala (USK atau Unsyiah), Aceh terdapat 250 dosen terkena Covid-19 dan delapan (8) orang meninggal dunia dimana satu diantaranya adalah guru besar. “Mungkin ketika perkulihan di kampus kita bisa menerapkan protokol kehatan, namun sebaliknya ketika sudah berada di kos-kosan ataupun rumah makan seolah tidak ada Covid-19. Sehingga ini menjadi pertimbangan dan kami tidak mau kehilangan teman-teman kami,” urainya.
Mengutip Umar Bin Khotob RA, Prof Yos mengatakan orang yang berilmu lebih utama dari pada orang yang selalu berpuasa, shalat dan berjihad. Karena apabila orang berilmu mati, maka akan ada kekosongan dalam Islam yang tidak dapat ditutup selain penggantinya yaitu orang berilmu juga. “Dalam pengukuhan guru besar kami memberikan plakat atau piagam. Hal ini sebagai titipan, kami minta agar istri maupun suami dan keluaga ikut menjaga karena guru besar merupakan aset yang luar biasa.”
Prof Yos juga mengingatkan kembali, jabatan guru besar merupakan jenjang kepangkatan tertinggi dalam dunia akademik. Namun dia menekankan sekali lagi makna sebenarnya dari guru besar bukanlah dari gelarnya namun apa yang bisa diperbuat atau karya-karya yang baik untuk kemaslahatan umat manusia dan alam semesta.
Orang yang memiliki ilmu, kata guru besar hukum tata usaha negara ini, wujud sikapnya bisa dibagi menjadi tiga tahapan. Pada awalnya orang berilmu itu biasanya sombong, pada tahap kedua akan menjadi rendah hati, dan yang ketiga yang menjadi puncaknya orang berilmu merasa dirinya tidak ada apa-apanya. Karena itu, dia berpesan kepada para guru besar untuk tidak hanya menuntut pencapaian keilmuan, tapi juga kematangan jiwa. “Jam terbang yang tinggi, kematangan dan integritas baik sebagai pendidik maupun manusia penting untuk dijaga”.
“Sudah sepatutnya guru besar harus semakin menep dan mantep serta memupuk jiwa kepedulian kepada umat manusia dan alam semesta. Berani mengatakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah dilandasi kejujuran dan integritas,” tegas Prof Yos.
Dia juga mengingatkan bahwa pencapaian seseorang tidaklah murni dari upayanya sendiri. Ada orang lain dan lingkungan yang ikut mendukung pencapaiannya. “Tak ada ridha Allah tanpa ridha orang tua,” tukasnya.
Sebelum acara ditutup, Ketua Senat Akademik Undip Prof.Ir.Edy Rianto,M.Sc. Ph.D menyampaikan, terima kasih kepada para panitia yang telah bekerja sangat keras menyiapkan acara ini dari awal hingga akhir dalam upacara pengukuhan 21 guru besar di Undip.
“Saya juga ucapkan terima kasih kepada hadirin, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Dengan mengucap syukur alhamdulillah, acara pengukuhan tiga guru besar dengan nama Prof. Drs. Sapto Purnomo Putro,M.Si.,Ph.D (FSM), Prof. Dr.dr. Dwi Pudjonarko,M.Kes.,Sp.S (FK) dan Prof. Dr. Drs. Mochammad Chabachib,M.Si.,Akt.(FEB) secara resmi kami tutup,” pungkas Prof Edi. (tim humas)