Treatment menurut kamus Merriam-Webstar adalah tindakan atau cara merawat pasien atau kondisi medis atau pembedahan: manajemen dan perawatan untuk mencegah, menyembuhkan, memperbaiki, atau memperlambat perkembangan kondisi medis. Sedangkan definisi menurut UU Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp. FM(K) dalam Webinar RSND UNDIP “Obesity Update: Comprehensive Treatment” yang dimoderatori oleh dr. Aryu Candra, M.Kes (Epid), Minggu (19/6).
“Treatment bukan hanya berbicara pengobatan, tetapi upaya menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam melakukan treatment pada pasien obesitas, dokter harus selalu berlandaskan pada Evidence Based Medicine atau EBM yang telah terbukti kebenarannya. Treatment yang dilakukan terhadap pasien adalah sepenuhnya untuk kepentingan pasien, bukan kepentingan pribadi dokter” lanjutnya.
dr. Sigid mengatakan seorang pasien melihat dokter itu sebagai seseorang yang bisa dipercaya dan pasien ini menyerahkan tubuhnya kepada dokter. Dokter pun berkewajiban untuk menjaga trust dari pasien. “Menurut Stephen Covey, seorang penulis, Trust is the glue of life, kepercayaan adalah perekat kehidupan. Ini adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi efektif dan prinsip dasar yang memegang semua hubungan” ujarnya.
Sementara dalam materi yang dibahas oleh dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si, Sp.GK, ia menerangkan obesitas adalah penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya kondisi inflamasi sistemik yang disebabkan oleh adipokin yang disekresi oleh jaringan adiposa. Subjek obese mengalami peningkatan leptin adipokin pro inflamasi dalam serum, dan leptin merupakan pengatur utama nafsu makan. Mengenai obesitas-infertilitas pria, dr. Etisa menyampaikan obesitas terbukti berkontribusi terhadap infertilitas pada pria karena menyebabkan menurunnya kualitas sperma, abnormalitas bentuk sperma dan terjadi disfungsi ereksi. (Linda Humas)