Semarang-Baru saja Universitas Diponegoro melakukan diskusi dan tanya jawab dengan media membahas lonjakan kasus Covid. Acara diskusi dan tanya jawab digelar pada Sabtu(3 Juli 2021) via zoom meeting. Hadir sebagai narasumber yakni pakar epidemiologi Undip Prof. Dr.dr. Suharyo Hadisaputro,SP. PD-KPTI dan tim Covid 19 Fakultas Kedokteran Undip.
Mengawali diskusi, Prof Suharyo menerangkan ada 3 hal yang menyebabkan terjadinya lonjakan covid akhir-akhir ini,yakni:
- Masyarakat tidak sepenuhnya melakukan kegiatan untuk memenuhi protokol kesehatan, sehingga penularan virus semakin cepat
- Varian baru (delta) terjadi akhir-akhir ini dimana sudah terkonfirmasi 382 kasus strain delta yang diduga cara penyebaran juga lebih massif dibandingkan strain lama alfa, beta dan gama
- Vaksinasi coverage masih belum memadai, sehingga kekebalan komuniti belum bisa diharapkan.
Lebih lanjut Prof Suharyo menjelaskan saat ini masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya protokol kesehatan. Masyarakat mengabaikan kegiatan-kegiatan yang dapat memicu penularan yang disebut TITIK LENGAH Masyarakat, diantaranya:
- Makan bersama, walaupun sebelumnya memakai masker kalau makan pasti dibuka dan kemudian berbincang tanpa memperdulikan siapa yang diajak bicara OTG atau tidak.
- Acara pemakaman, yang banyak dihadiri keluarga, akibat simpati, rasa iba, dan lainnya sering juga dengan tidak menyadari menyentuh tangan, wajah dan lainnya.
- Rapat luring yang sering dilakukan, juga dapat memicu penularan mengingat bahwa virus tak hanya disebarkan oleh droplet tetapi juga udara bebas bisa juga mengandung virus, terlebih yang tidak memakai masker
- Olah raga bersama, semula jaga jarak 1-2 meter, tetapi setelah selesai dilanjut dengan kumpul-kumpul, foto selfi, bincang-bincang lupa memakai masker
- Foto bersama semula pakai masker, supaya wajah kelihatan, bergaya, senyum ketawa harus lepas masker, ini juga merupakan titik lengah
- Kunjungan rumah ke tempat saudara, waktu Idul Fitri kemarin sudah merupakan budaya saling kunjung
- Transportasi umum, sudah sering abai,tidak memakai masker saat berada di transportasi umum.
- Kunjungan ke mal, swalayan, restoran, yang banyak risiko terhadap penularan
- Acara pernikahan yang berkumpul banyak orang, tanpa kita ketahui apakah yang hadir terkonfirmasi atau tidak, OTG atau tidak
- Kunjungan ke pasar tradisional, banyak pengunjung atau penjual abai menggunakan masker walaupun pembeli sudah memakai masker.
Lebih lanjut Prof Suharyo memaparkan beberapa jenis varian dari virus Corona. Setidaknya ada 10 jenis varian dari virus Corona,yaitu:
- Alfa (Varian Inggris, B.1.1.7)
- Beta (Varian Afrika B1.351)
- Gamma (VarianBrasil P.1)
- Dela (Varian India B1.617.2)
- Epsilon (Varian Amerika B.1.427/B.1.429)
- Zeta (Varian Brazil P.2.)
- Theta (Varian Filipina P.3)
- Eta (varian banyak negara B.1.t.525)
- Lota (varian Amerika B.1.526)
- Kappa (varian India B.1.617.1)
“Saat ini yang dikhawatirkan adalah Varian Delta, yang mungkin penyebaran tinggi, menyebabkan penyakit lebih ganas dan mungkin mempengaruhi efektivitas vaksinasi”,ungkap Prof Haryo. Untuk itu ia berpesan dan mengajak masyarakat untuk bersama mengurangi lonjakan angka covid,diantaranya:
- Disiplin prokes, (kurangi TITIK LENGAH)
- Perluas testing dan tracing serta vaksinasi ditingkatkan.
Dalam mengurangi laju angka covid,keterlibatan masyarakat sangat diperlukan disamping kepedulian pemerintah karena kesadaran masyarakat yang tinggi membantu memutus rantai penyebaran covid ini. (Utami-Humas)