Keikutsertaan FK UNDIP dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-XXIX Persatuan Dokter Bedah Anak Indonesia Korwil DIY-Jawa Tengah

Persatuan Dokter Bedah Anak Indonesia (PERBANI) Korwil DIY-Jawa Tengah baru saja menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-XXIX pada tanggal 25 Juni 2022 sampai dengan 02 Juli 2022 bertempat di Patra Hotel & Convention Semarang. Pada PIT PERBANI ke-XXIX kali ini memiliki tema “Post Pandemic Era: Pediatric Surgery – Challenges and Future Direction” dan memiliki beberapa kegiatan antara lain yaitu workshop, simposium, rapat organisasi, family tour, gala dinner, dan pelantikan dokter spesialis bedah anak baru.

Pada acara simposium (30/06) PIT PERBANI ke-XXIX, turut dihadiri oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (MKEK PB IDI), Ketua IDI Wilayah Jawa Tengah, Ketua Pengurus Pusat PERBANI, Ketua Kolegium PERBANI, Direktur Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) yang diwakili oleh Direktur Umum dan Operasional RSND, Ketua Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip), dan para peserta simposium PIT PERBANI ke-XXIX.

Dalam laporannya, Ketua Panitia PIT PERBANI ke-XXIX dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B., Sp.BA(K)., menjelaskan bahwa PIT PERBANI ke-XXIX merupakan salah satu wadah dokter spesialis bedah anak dalam menentukan masa depan organisasi untuk menghadapi berbagai tantangan organisasi dalam era JKN, distribusi pelayanan, dan pendidikan dokter spesialis bedah anak Indonesia, serta pandemi Covid-19.

“Pada PIT kali ini diadakan untuk mengikat tali persaudaraan, mendapatkan informasi terkini mengenai perkembangan terkini pelayanan bedah anak, pengalaman para pakar, teknik dan perkembangan teknologi di bidang bedah anak hingga menghasilkan persepsi yang sama dalam penanganan kasus Bedah Anak, juga diadakan pameran produk-produk farmasi dan peralatan kesehatan mutakhir sebagai pendukung pengobatan kasus Bedah anak.” jelas dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B., Sp.BA(K)., pada simposium (30/06) PIT PERBANI ke-XXIX.

“Kegiatan PIT PERBANI ke-XXIX yang sudah terselenggara sejak tanggal 25 Juni 2022 lalu. Kami mulai dengan workshop Basic Surgical Skills dengan jumlah peserta 103 orang. Di hari yang sama kami juga menggelar workshop Perioperatif Bedah Anak dengan peserta 30 orang. Pada Minggu (26/06), kami menyelenggarakan webinar kerja sama PERBANI Jawa Tengah dengan PGHNAI Jawa Tengah. Kemudian pada Selasa (28/06) kami telah menggelar workshop Basic Endoscopy Course dengan peserta sebanyak 20 orang, dilanjutkan workshop Laparoscopy Course pada Rabu (29/06) dengan peserta sebanyak 19 orang.” ungkap dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B., Sp.BA(K)., yang juga menjabat sebagai dosen FK Undip dan Kepala Kelompok Staf Medik Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND).

Pelaksanaan simposium PIT PERBANI ke-XXIX kali ini tercatat dengan peserta terbanyak yang terdaftar dengan jumlah 249 orang. Selain itu, PIT PERBANI ke-XXIX merupakan hasil kolaborasi dari beberapa organisasi profesi, antara lain yaitu Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) dan Perhimpunan Gastroenterologi Hepatologi dan Nutrisi Anak Indonesia (PGHNAI) Jawa Tengah. “Saya sungguh bangga sekali peserta simposium yang terdaftar sebanyak 249 orang. Saya kira ini sejarah di PERBANI dengan peserta paling banyak. Selain itu, kegiatan PIT di Semarang ini, kami berkolaborasi dengan beberapa organisasi profesi baik di lingkungan IDI maupun di luar lingkungan IDI.” jelasnya.

Acara kemudian dibuka oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar, SKM, M.Sc, M.Si. Dalam sambutannya, Dyah Suminar menjelaskan bahwa tingkat kematian bayi dan anak telah menjadi prioritas utama di Indonesia dan siap bersinergi untuk mengatasinya. “Jadi terima kasih perannya bapak dan ibu semua dalam membantu menekan kematian bayi dan anak. Kematian bayi dan anak menjadi prioritas di Indonesia maupun di Jawa Tengah.” ungkapnya.

Selain itu, Ia menambahkan bahwa para dokter harus menyampaikan informasi dengan jelas kepada pasien. “Masih ada diantara kita yang tidak memberikan informasi yang jelas kepada pasien. Ini tentu menjadi PR kita bersama. Mungkin Rumah Sakit itu berstandar baik dari profesi dokternya, tapi ketika dokter menjelaskan kepada pasien kemudian pasien belum mengerti akan terjadi komplain. Maka pesan kami bahwa profesi ini harus dijaga dengan cara melayani minimal dengan menginformasikan secara jelas supaya pasien itu paham dan dengan menandatangani inform consent itu artinya sudah diberikan informasi secara jelas.” ucap Dyah Suminar.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat PERBANI Dr. dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B., Sp.BA(K)., MARS., mengatakan 10 sampai 15 persen angka kematian bayi dan anak disebabkan oleh kelainan-kelainan bedah anak yang tidak tertolong. Namun sampai dengan saat ini jumlah dokter anak di Indonesia masih jauh dari kebutuhan yang ideal. “Dokter bedah anak itu masih dibutuhkan minimal 800 orang lagi menurut standar dunia dan di Indonesia baru 163 orang.” ungkapnya.

dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B., Sp.BA(K) menambahkan pendidikan dokter spesialis bedah anak yang hanya ada di Kota Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya tidak akan cukup mencetak dokter bedah anak. Dengan kondisi tersebut, jumlah dokter bedah anak tidak mencukupi untuk rumah sakit di level kabupaten dan kota.

“Makanya dokter bedah anak itu sangat dibutuhkan dan kita harus bisa meyakinkan Pemerintah Pusat bahwa kontribusi bedah anak dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak sangat signifikan.” jelasnya.

Dalam PIT PERBANI ke-XXIX kali ini juga membahas bagaimana pelayanan bedah anak agar bisa diselenggarakan secara komprehensif. Menurut dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B., Sp.BA(K)., peserta pada PIT PERBANI sebelumnya tidak hanya dari dokter bedah umum dan dokter bedah anak saja, namun dari dokter umum dan perawat.

“Bedah anak itu bukan hanya dilaksanakan oleh seorang dokter bedah anak dan perawatan pasca operasinya memakan waktu lama. Untuk itu supaya pelayanan ini menjadi komprehensif, oleh karenanya sebelumnya yakni di tahun 80an di Padang itu pesertanya tidak hanya dokter bedah umum, juga dari dokter umum dan perawat, agar pelayanan untuk bedah anak ini dimulai dari tindakan sampai pasca operasinya itu bisa berlangsung dengan baik.” jelasnya.

Share this :

Category

Arsip

Related News