Bahas tentang Pengembangan Ekonomi Sirkular Melalui Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Ir. Mochamad Arief Budihardjo, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D., IPM Resmi Dikukuhan Menjadi Gubes UNDIP

Dalam pidato ilmiahnya, Prof. Ir. Mochamad Arief Budihardjo, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D., IPM yang resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Undip pada Jumat (30/9) bertempat di gedung Prof Soedarto,SH kampus Undip Tembalang, menyampaikan salah satu tantangan dari pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ekonomi yang disertai dengan peningkatan konsumsi energi, kebutuhan penduduk, serta standar hidup yang tinggi, yang juga diikuti dengan peningkatan timbulan sampah. Permasalahan sampah di negara berkembang seperti Indonesia menjadi sangat kompleks karena tingginya laju pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan belum optimalnya pola pengelolaan sampah, rendahnya kemampuan ekonomi dan peran serta masyarakat.

“Pengelolaan sampah konvensional dengan pola kumpul-angkut-buang membutuhkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang luas untuk dapat menampung semua sampah yang dihasilkan. Sehingga, diperlukan pengelolaan sampah yang tidak hanya fokus pada pemanfaatan sumber daya kembali di lokasi penimbunan atau pembuangan akhir namun juga penekanan pada pengelolaan material yang bertanggungjawab dimulai dari sumbernya” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menuturkan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah berpotensi dapat mengurangi jumlah sampah yang dikelola di TPA, dan meningkatkan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap sampah yang dihasilkan. Internalisasi prinsip-prinsip ekonomi sirkular pada pengelolaan sampah juga dapat dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan 10 prinsip ekonomi sirkular sejalan dengan prinsip pengelolaan sampah yang berkelanjutan yang meliputi: memulihkan (recover), mendaur ulang (recycling), menggunakan untuk tujuan lain (repurpose), membuat ulang (remanufacture), membarui (refurbish), memperbaiki (repair), menggunakan kembali dengan fungsi yang sama (re-use), mengurangi (reduce), memikirkan kembali (rethink), dan menolak (refuse).

“Pengelolaan sampah dengan melibatkan masyarakat ini dapat diperkuat dengan implementasi model Quadruple helix pengelolaan sampah. Quadruple helix pengelolaan sampah adalah konsep kolaboratif yang jaringannya menghubungkan, mengkoordinasikan dan mengharmonisasikan peran pemerintah, akademisi, industry atau bisnis dan masyarakat menjadi salah satu kekuatan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Sehingga, sampah tidak lagi dipandang sebagai barang sisa yang tidak bermanfaat, namun sebagai sumber daya yang masih memiliki nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini menjadi dasar terbentuknya suatu tatanan pengelolaan sampah berbasis masyarakat berkelanjutan menuju ekonomi sirkular yang berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)” pungkas Arief. (Lin-Humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News