Universitas Diponegoro kembali menggelar presentasi makalah ilmiah tiga calon guru besar Undip yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Universitas Diponegoro, Jumat (23/6). Ketiga calon guru besar tersebut adalah Dr. Ir. Bambang Yulianto, DEA. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan), Dr. Parsaoran Siahaan, M.S. (Fakultas Sains dan Matematika), dan Dr. Hartuti Purnaweni, MPA (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Dalam makalahnya yang berjudul “Mitigasi Pencemaran Logam Berat dengan Lahan Basah (Mangrove) dalam Upaya Konservasi Wilayah Pesisir dan Laut”, Dr. Bambang menjelaskan hasil kajian kondisi kualitas perairan pantai dan laut di pantai utara Jawa Tengah menunjukkan telah mengalami pencemaran oleh berbagai jenis limbah, seperti logam berat, mikroplastik, pestisida, bahan organik, dan mikroorganisme. Media yang mengalami pencemaran mulai dari air (sungai, pantai dan laut), sedimen, hingga biota laut. Bahan-bahan pencemar yang memasuki lingkungan pesisir dan laut, khususnya logam berat mampu memberikan dampak negatif terhadap biota laut, baik udang, kekerangan, ikan, cumi-cumi, dan lain-lain. Biota laut yang menjadi komoditi pangan (seafood product) yang terkontaminasi oleh pencemar akan memicu resiko kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Untuk itu perlu melakukan perlindungan keamanan pangan (food safety) dari produk laut yang dipasarkan.
“Konsep lahan basah buatan atau Artificial Wetland telah diimplementasikan dalam upaya mengatasi pencemaran tambak di Delta Sidoarjo oleh lumpur Lapindo Brantas. Konsep lahan basah buatan melalui penanaman vegetasi mangrove dan rumput laut Gracilaria sp untuk menyerap pencemar logam berat, pengaturan sirkulasi air untuk mengendapkan sedimen, penambahan oksigen dengan kincir air untuk menurunkan BOD,” jelasnya.
Sementara karya imiah Dr. Parsaoran membahas mengenai “Pemodelan Molekul Sistem Berinteraksi Berukuran Kecil, Sedang, dan Besar untuk Memahami Fenomena Alam”. Ia menyampaikan perkembangan teknologi nanomaterial dengan sifat pintar sangat memerlukan pemahaman kuantitatif (tidak cukup dengan kualitatif) hingga tingkat molekul, sehingga memerlukan metode yang dapat membantu perancangan molekul. Sifat pintar material adalah fungsi distribusi elektron dalam molekul yang dapat diatur (tuning), dan hal itu hanya dapat dilakukan dengan metode pemodelan molekul kuantum. Pemodelan molekul adalah cabang ilmu sekaligus metode dapat juga diartikan dengan kimia komputasi dan kimia teori.
“Tahapan pengembangan dalam pemodelan molekul tergantung pada ukuran sistem dan tingkat kesulitan teori yang digunakan untuk menghasilkan model sistem tersebut. Tingkat akurasi model tergantung pada tingkat kompleksitas sistem dan teori, sementara metode komputasi sangat menentukan kecepatan perhitungan. Pemodelan kestabilan kompleks dilanjutkan dengan studi dinamika molekul untuk menunjukkan kestabilan kompleks sebagai fungsi waktu. Energi binding kompleks sangat bervariasi yang menunjukkan terbentuknya banyak konformasi kompleks. Variasi energi binding menjadi dasar yang digunakan untuk menjelaskan release ligan dari reseptor,” ungkapnya.
Dr. Hartuti dengan makalah ilmiahnya “Tata Kelola Lingkungan sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan” menuturkan berbagai jenis perubahan lingkungan cenderung disebabkan oleh manusia yang menyebabkan destabilisasi sistem bumi atau kerusakan lingkungan. Degradasi lingkungan terjadi makin cepat, sehingga isu kerusakan lingkungan telah menjadi salah satu isu internasional yang paling menarik dalam beberapa dekade terakhir. Peningkatan jumlah populasi dan kebutuhan manusia, serta perubahan gaya hidup manusia yang tidak sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, merupakan faktor penentu utama terjadinya berbagai fenomena perubahan iklim, polusi (pencemaran tanah, air, dan udara), kekurangan pangan, kerusakan ekosistem dan habitat keanekaragaman hayati. Kasus-kasus penimbul kerusakan lingkungan misalnya pengelolaan sampah yang buruk dan penambangan yang makin marak.
“Penerapan Tata Kelola Lingkungan yang baik sangat dianjurkan untuk melakukan Manajemen Publik. Penerapan Tata Kelola Lingkungan yang baik diyakini dapat mendorong perwujudan tata kelola yang menuju pembangunan berkelanjutan. Negara dalam perwujudan publiknya dapat memperkuat posisi keberlanjutan pembangunannya, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, serta mensejahterakan masyarakat yang wajib dilayaninya secara efektif, adil, responsif dan kokoh,” kata Hartuti. (LW-Humas)