Fakultas Teknik Universitas Diponegoro berkesempatan sebagai tuan rumah penyelenggaraan sholat Tarawih Keliling (Tarling) Ramadhan 1445 H bagi Civitas Academica dan keluarga besar UNDIP (19/3). Kegiatan sholat tarawih bersama, dengan mengundang penceramah Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Tengah, Dr. Fakhruddin Aziz, Lc, M.A berlangsung di Hall Engineering Lantai 5 Gedung Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. (Gedung Dekanat FT).
Prof. Dr. Jamari, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik saat sesi sambutan selepas sholat witir berpesan “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”.
Sementara Wakil Rektor Sumber Daya UNDIP, Prof. Dr.rer.nat. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T. sebagai shohibul bait menyampaikan apreasiasinya atas kehadiran para tamu undangan jamaah sholat tarawih. “Tak lupa mengucapkan rasa terimakasih untuk tenaga kependidikan FT UNDIP yang telah mempersiapkan acara tarling sehingga berjalan dengan baik dan semoga bisa menjadi pahala bagi semua”, ucap Prof Heru.
Dalam ceramahnya bertema “Kemajuan Teknologi Di Era Keemasan Islam”, Dr. Fakhruddin Aziz, Lc, MA menuturkan bahwa bagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala sesungguhnya sudah memberikan narasi yang luar biasa di dalam Al qur’an tentang perkembangan teknologi.
Pada ayat pertama yang diturunkan oleh Allah “Iqra, bacalah, belajarlah, berinovasilah, lakukan riset tetapi tidak boleh berhenti sampai disitu. Bismirabbikalladzi kholaq, untuk itu hasil bacaanmu, hasil inovasimu dan hasil penelitianmu harus dengan menyebut nama Tuhanmu. Sehingga pada ayat ini didapatkan legitimasi takut kepada Allah dengan tunduk dan patuh atas perintah Allah. Artinya takut kepada Tuhan menjadi pondasi ilmu pengetahuan bagi anak-anak kita”, terangnya.
Adab itu diatas segalanya termasuk etika dan moralitas kita dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketika melihat mahasiswa sudah pintar, banyak referensi, banyak teori, kalau keilmuan itu tak kunjung membuat semakin takut kepada Allah bahwa takut kepada Allah itu awal dari ilmu pengetahuan. Dan inilah rahasia kemajuan teknologi dimasa keemasan.
Masa kepemimpinan Umar Bin Khatab menjadi momentum awal bagaimana revolusi pemikiran itu terjadi didalam dunia Islam. Mulai dari terbentuknya kabinet hingga akhirnya di masa-masa keemasan baik bani Umayyah maupun bani Abbasiyah, ada begitu banyak inovasi-inovasi yang ternyata kuncinya takut kepada Allah menjadi pondasi keimanan dan pondasi spiritualitas membuat para ilmuwan muslim bisa mencapai pada capaian-capaian yang luar biasa.
“Hal ini terlihat adanya ilmuwan muslim seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Khawarizmi dan salah satunya Al Jazari merupakan ilmuwan yang menemukan robot pertama di dunia dimana pada awal membuat robot membaca sholawat kepada Rasulullah dan setiap malamnya melakukan tahajud. Ibnu Sina ketika meracik bahan dan menemukan obat selalu melantunkan kalimat tasbih – Subhanallah bahkan ketika memadukan satu bahan ke bahan yang lain termasuk melakukan eksperimen selalu sholat istikharah. Bukan sekedar kehebatannya saja dalam menciptakan teknologi tetapi menjadikan keimanan kepada Allah dan penguatan spiritualitas itu menjadi pondasi dari segalanya,” lanjutnya.
Pada masa keemasan itu, tokoh-tokoh seperti ahli geologi, ahli robot, ahli bidang kedokteran dan lain sebagainya sesungguhnya kesamaan mereka satu bahwa pondasi spritualitas menghasilkan inspirasi-inspirasi dalam bimbingan Allah sehingga ilmunya tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat.
Yang menjadikan persoalan saat ini adanya krisis spiritualitas didalam setiap capaian-capaian yang didapatkan oleh para ilmuwan. Kunci kenapa pada masa keemasan banyak bermunculan tokoh – tokoh ilmuwan dikarenakan pertama, mereka menjadikan Allah sebagai orientasi. Kedua, capaian – capaian dari ilmuwan di dunia itu dikenang sepanjang zaman karena mereka menyedekahkan semua dengan mencari keridhoan Allah sehingga mendatangkan keberkahan dan rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Secara garis besar, mari kita teladani capaian tokoh ilmuwan di seluruh dunia yang pernah kita baca baik sekelas Al Jazari, Al Kindi, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Farabi, Al Jabr dan lain sebagainya bahwa bertemunya disatu titik yakni spiritualitas menjadi landasan inovasi – inovasi yang mereka lakukan. Kalau jargon Unity of Sciences, Wahdatul Ulum, kesatuan ilmu antara yang di humaniora kemudian di sainstek bisa gabung bukankah ini kekuatan Iqra bismirabbikalladzi kholaq“. “Sehingga inovasi yang kita lakukan menjadi satu tambahan motivasi dengan menghadirkan Allah dalam setiap inovasi, insyaallah bisa memberikan nilai di dalam hidup kita”, pungkas Dr. Fakhruddin. (DHW/Humas)