Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar presentasi makalah ilmiah 2 (dua) calon Guru Besar UNDIP yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Universitas Diponegoro, Senin (11/11) bertempat di Ruang Sidang Senat Akademik lantai 3 Gedung SA MWA kampus UNDIP Tembalang.
Kedua calon Guru Besar UNDIP tersebut adalah Dr. Ir. Nur Taufiq Syamsudin Putra Jaya, M.App.Sc., yang berasal dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP; dan Dr. Dra. Nur Endah Wahyuningsih, M.S., yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.
Dalam presentasi makalah ilmiah Dr. Nur Taufiq Spj yang berjudul “Konservasi Sidat Jawa (Anguilla Bicolor Bicolor): Fenomena Ekologi, Phylogeny, Reproduksi dan Migrasi-nya”, ia menyampaikan bahwa semakin terancamnya populasi Sidat dunia yang telah sampai pada status “endangered”, maka konservasi Sidat Jawa diharapkan menjadi strategi Indonesia untuk pelestarian biodiversitas sumber daya protein dunia. Hal ini dikarenakan “taste” dari Sidat Jawa (Anguilla Bicolor Bicolor) mendekati rasa dari spesies A. Anguilla, A. Rostrata, dan A. Japonica yang sesuai dengan selera masyarakat Eropa, Amerika, Jepang, dan China.
Peta jalan konservasi Sidat Jawa tidak hanya memperhatikan penyelamatan populasi, namun bisa menjadikan komoditas penting sebagai nutrisi yang eksklusif. Sehingga perlu ditetapkan rekomendasi program baik untuk pemerintah pusat dan daerah. Dalam pelaksanaan rekomendasi ini juga perlu dilakukan kerja sama antara lembaga pemerintah dengan lembaga internasional/dunia seperti Inland Fisheries of FAO Indonesia, Marine Stewardship Council-Indonesia, World Wide Fund for Nature WWF-Indonesia, dan United States Agency for International Development (USAID).
“Kerja sama tersebut bertujuan agar perhatian dunia terhadap spesies penting menjadi tanggung jawab bersama. Aktifitas bersama konservasi ini sekaligus untuk memberikan memori pada lembaga-lembaga dunia, bahwa Indonesia siap untuk menjadi pemasok “exclusive eel” dunia,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Nur Endah Wahyuningsih menyampaikan makalah ilmiah yang berjudul “Inovasi dan Masa Depan Pengendalian Demam Berdarah Dengue: Intervensi Genetik untuk Memulihkan Ekosistem Nyamuk”. Ia menjelaskan bahwa pengendalian Deman Berdarah Dengue (DBD) dilakukan dengan upaya terjadinya Homeostasis antara Agent, Host dan Environment, dan dengan kerja sama lintas sektor.
Dalam ranah Agent, resistensi nyamuk dapat diatasi dengan Natural Genetic Engineering yang menawarkan solusi berbasis bioteknologi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, perlu mendorong penggunaan alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan seperti insektisida alami atau metode pengendalian biologis. Hal tersebut untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Dalam metode pengendalian biologis dapat dilakukan dengan intervensi penguatan Wolbachia melalui perlakuan natural insecticide.
Dengan adanya kondisi geografis dan iklim yang dapat mempengaruhi keberadaan populasi nyamuk, menjadi hal yang penting bagi masyarakat agar tetap menjaga daya tahan tubuh yang tinggi untuk mengurangi risiko infeksi virus dengue. Perbaikan pola makan, pola istirahat, dan pola hidup agar bahagia dan tidak stres harus dilakukan agar memiliki imun respon yang tinggi.
“Selanjutnya dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, organisasi non pemerintah, dan sektor swasta, kita dapat menciptakan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan pengendalian vektor penyakit. Kolaborasi ini tidak hanya akan mempercepat pengembangan teknologi baru dan program edukasi masyarakat, tetapi juga akan memperkuat sistem pengawasan dan regulasi yang ada,” ujar Dr. Nur Endah.