UNDIP Tuan Rumah The 13th International Fisheries Symposium 2025: Forum Kelautan dan Perikanan Internasional Fasilitasi 16 Negara Asia-Pasifik

UNDIP, Semarang (7/10) – Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) berkolaborasi dengan ASEAN Fisheries Education Network (ASEAN FEN) dan Ikatan Sarjana Oseonologi Indonesia menyelenggarakan The 13th International Fisheries Symposium (IFS): ASEAN Fisheries and Marine Resources for Global Sustainability. Pada tahun ini UNDIP menjadi tuan rumah dan memfasilitasi acara simposium internasional bertempat di Muladi Dome Gedung Serba Guna UNDIP pada 6-9 Oktober 2025. Terdapat 276 ahli di bidang kelautan dan perikanan yang merupakan peserta dari 16 negara yang berpartisipasi dalam IFS 2025, dan pada Opening Ceremony di hari pertama (6/10) turut hadir para rektor dari Mindanao State University (Philipina), Laguna State Polytechnic University (Philipina), dan national Taiwan Ocean University (Taiwan).

Keynote speakers yang hadir pada talk show IFS 2025 hari pertama yaitu Prof. Matsuishi Takashi Fritz, Ph.D. (Hokkaido University, Jepang), Dr. Pavarot Noranarttragoon (Department of Fisheries, Thailand), dan Assoc. Prof. Dr. Noor Faizul Hadry Bin Nordin (International Islamic University, Malaysia) dipandu oleh moderator Dr. Tita Elfitasari, S.Pi., M.Sc. (Universitas Diponegoro, Indonesia).

Mewakili Wakil Rektor Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik untuk membuka acara, Dekan FPIK UNDIP Prof. Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D. mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta IFS 2025. Bersama dengan tenaga pengajar ahli di bidang ilmu kelautan dan perikanan se-Asia Pasifik, IFS 2025 menjadi forum untuk merefleksikan tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh masyarakat luas terlebih untuk mereka yang bermukim di dekat garis pantai. “Sebagai akademisi kita memiliki peran vital dan harus mempertahankan sumber daya untuk masa depan. Melalui riset unggul kita temukan solusi untuk pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan,” ucap Prof. Agus.

Prof. Ir. Mochammad Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. selaku Ketua ASEAN-FEN menyebutkan bahwa IFS 2025 ini merupakan katalis untuk peningkatan industri kelautan dan perikanan di ASEAN, serta membahas riset kategori:

  1. Ocean Health and Biodiversity Conservation
  2. Ocean Dynamics and Climate Change Impacts on Marine Resources
  3. Fisheries Resource Management
  4. Innovation and Sustainability in Capture Fisheries
  5. Aquaculture and Fisheries Technology
  6. Fisheries Product Technology: Value Addition, Innovation, and Safety in Fisheries Products

Ketua Panitia IFS 2025, Wiwiet Teguh Taufani, S.Pi., M.Si., Ph.D. mengatakan bahwa simposium internasional yang rutin diadakan per tahun ini adalah komitmen bersama untuk generasi di masa mendatang. Selain itu, IFS 2025 menjadi networking space bagi para ahli di bidang kelautan dan perikanan untuk bertukar ide dan pengalaman.

Di hari pertama IFS 2025 ini diumumkan 2 (dua) pemenang ASEAN-FEN Outstanding Young Fisheries Scientist Award 2025. Ketua juri, Prof. Dr. Emilia Encarnacion, S.Yap. (University of the Philipphines, Philipina) memberikan penghargaan kepada Asst. Prof. Dr. Abdul Aziz Jaziri (Universitas Brawijaya) dan Assoc. Prof. Dr. Iris Ann. G. Borlongan (University of the Philippines Visayas).

Acara dilanjutkan dengan sesi talk show dengan pembicara pertama Matsuishi Takashi Fritz, Ph.D. mempresentasikan tentang “From Growth to Sustainability: The Future of Capture Fisheries of Southeast Asia.” Sejak tahun 2018, konsumsi sumber daya perikanan meningkat pesat hingga sekarang, akan tetapi dalam praktiknya masih banyak terdapat kasus overfished dan underfished. “Kurang lebih 28% nelayan berasal dari Asia Tenggara, karena posisi geografisnya ada di dekat garis pantai. Maka dari itu, Asia Tenggara memiliki banyak keuntungan apabila memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan secara maksimal—dengan monitoring, export control, labor control, peningkatan SDM, dan juga memperhatikan biodiversitas laut lainnya,” jelas Matsuishi, Ph.D.

Selanjutnya Dr. Pavarot Noranarttragoon membahas tema “New Approaches to Assessing and Managing the Multispecies Fishery in Thai Waters of the Gulf of Thailand.” Ia menyebutkan pemanfaatan laut di Thailand meliputi sejumlah 40% perikanan budidaya (udang, kerang, ikan bersirip) dan 60% perikanan tangkap. Maka untuk menghindari ancaman over-eksploitasi, kerusakan habitat laut, sampah, dan perubahan iklim dalam praktiknya harus mengikuti aturan Maximum Sustainable Yield (MSY)—sebuah aturan pembatasan maksimal jumlah sumber daya laut yang dapat dipanen dan menyisakan jumlahnya agar populasinya dapat terus tumbuh dan berkembang.

Kemudian Assoc. Prof. Dr. Noor Faizul Hadry Bin Nordin berbicara tentang “The Empowerment of Community-Driven Stewardship for Sustainable ASEAN Marine Resources.” ‘Community-Driven Stewardship’ atau ‘Pengelolaan Berbasis Komunitas’ mencakup aspek partisipasi masyarakat lokal, integrasi IPTEK, pemberdayaan masyarakat, rasa kepemilikan (sense of ownership), dan keberlanjutan. “Negara di ASEAN memiliki identitas budaya yang kuat dan juga biodiversitas alam. Kekuatan kita terletak di tangan kita sendiri, masyarakat pesisir pantai, yang hidup dari laut dan tumbuh bersama laut,” pungkasnya.

IFS 2025 akan dilanjutkan pada hari kedua (8/10) dengan banyak keynote speakers dan juga Awarding Ceremony. Penyelenggaraan simposium internasional ini merupakan langkah nyata ‘UNDIP Bermartabat dan Bermanfaat’ serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) #14 Life Below Water, #13 Climate Action, dan #3 Good Health and Well-being. (Komunikasi Publik/UNDIP/Titis)

Share this :