DPWK FT UNDIP dan SMUS German Kolaborasi Pahami Problematika Masyarakat Kawasan (echotone) di Pesisir Demak

UNDIP, Semarang (8/10) – Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (UNDIP), bekerja sama dengan Technische Universität Berlin, menyelenggarakan kegiatan akademik bertajuk SMUS Campus Kick-Off: Blurring Boundaries – The Role of Ec(h)otones in Shaping Urban Sustainability. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program Multidisciplinary Learning Series dalam jejaring Global Center of Spatial Methods for Urban Sustainability (SMUS) yang diselenggarakan secara hybrid dan dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Diponegoro, serta mahasiswa dari universitas lain seperti Unissula dan USM.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Prof. Dr.-Ing. Wiwandari Handayani S.T., MPS, yang juga bertindak sebagai Penanggung Jawab Lokal (PIC) kegiatan. Pada kegiatan ini menekankan pentingnya pendekatan lintas disiplin dalam memahami dan merespons tantangan perkotaan, khususnya di wilayah pesisir. “SMUS diharapkan menjadi platform jejaring yang memfasilitasi dialog, kolaborasi riset, serta proses pengajaran dan pembelajaran mengenai praktik perencanaan perkotaan yang berkelanjutan,” jelasnya, sembari menambahkan informasi bahwa jejaring SMUS dapat diakses melalui laman www.gcsmus.org.

Mewakili Dekan Fakultas Teknik, Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Ir. Nita Aryanti, S.T., M.T., Ph.D., IPM menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, kegiatan ini akan memberikan manfaat nyata karena memperkuat kolaborasi multidisiplin antara akademisi, praktisi, mahasiswa, dan pemangku kepentingan terkait.

“Melalui kolaborasi, penelitian dan praktik pembangunan akan semakin berkembang. Kegiatan ini juga akan memperkaya perspektif penilaian sekaligus memperkuat kontribusi akademik dalam mewujudkan kota berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya. Ia menambahkan program ini dapat menjadi wadah bertukar pikiran melahirkan ide, gebrakan baru, serta kebijakan strategis.

Sebelum inti dimulai, Prof. Dr.sc.agr. Iwan Rudiarto memberikan paparan tentang konsep ecotone. Berdasarkan paparannya, ecotone didefinisikan sebagai kawasan peralihan antara dua ekosistem, yang memiliki isu-isu strategis dan karakteristik sosial-ekologis yang dinamis di dalamnya. Beliau juga menjelaskan bahwa Proyek Ecotone ini berfungsi sebagai wadah untuk kegiatan multidisiplin dan kolaborasi dari berbagai bidang. Penjelasan konseptual ini menjadi landasan fundamental bagi sesi diskusi panel yang mengikutinya. Sesi utama kegiatan berfokus pada paparan hasil observasi lapangan oleh kelompok peneliti mahasiswa mengenai kehidupan dan adaptasi masyarakat di kawasan pesisir Demak.

Tiga judul penelitian yang dipresentasikan yaitu Blue-Green Approach for Coastal Ecotone Area; Living At The Edge of Change: Sayung Ecotone Futures dan Ecotone Transformation in Coastal Cities. Ketiganya merupakan hasil laporan observasi tiga kelompok di kawasan pesisir Demak sebagai bagian dari rangkaian program. 

Prof. Dr. Walter Timo de Vries dari Technical University of Munich pada kesempatan ini memberikan masukan-masukan kepada tiga kelompok. “Saya memberikan apresiasi pada Kelompok 2 yang menyajikan data secara jelas dan komprehensif. Ketiga kelompok juga menyediakan visualisasi berupa video yang memberikan gambaran jelas tentang lokasi pesisir Demak.

Ia menilai presentasi yang ada telah menggambarkan problematika di kawasan ecotone Demak secara komprehensif. Penggambaran tersebut diperkuat dengan tayangan video visual mengenai adaptasi sehari-hari warga pesisir, seperti inovasi rumah apung dan pembangunan jembatan antar rumah untuk menghadapi tantangan lingkungan seperti abrasi dan kenaikan muka air laut.

Sementara, Anisa Fitria, Kepala Divisi Sains dan Teknologi Kedutaan Jerman Jakarta, menyampaikan ecotone dapat menjadi ruang pertemuan, pertukaran, dan adaptasi. “Kerja sama antara Indonesia dan Jerman akan terus berkembang untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di dunia. Kedutaan Jerman sangat menghargai kerja sama ini,” tuturnya. Pandangan lainnya datang dari Pramudita Mahyastuti dari GIZ Indonesia yang memaparkan bahwa program Pengelolaan Lanskap Darat dan Laut Terintegrasi di GIZ memiliki kaitan erat dengan konsep ecotone.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi forum akademik, tetapi juga katalisator untuk mendorong praktik perencanaan kota yang adaptif. Pendekatan multidisiplin dalam memahami ecotone sebagai ruang interaksi sosial-ekologis yang dinamis diharapkan dapat membuka peluang inovasi dalam merespons tantangan urbanisasi dan perubahan iklim, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDGs 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) dan SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim).

Kegiatan ini mencerminkan semangat “UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat” melalui kontribusi nyata bagi bangsa lewat ilmu, inovasi, dan integritas. Kegiatan SMUS Campus Kick-Off ditutup dengan diskusi interaktif dan sesi foto bersama sebagai simbol kolaborasi berkelanjutan antara dunia akademik Indonesia dan Jerman. (Komunikasi Publik/UNDIP/Riri)

Share this :