Empat Calon Guru Besar UNDIP Paparkan Gagasan Ilmiah Dorong Inovasi dan Keberlanjutan

UNDIP, Semarang (8/10) – Universitas Diponegoro (UNDIP) kembali menggelar presentasi makalah ilmiah 4 (empat) calon Guru Besar UNDIP yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Universitas Diponegoro pada Rabu, 8 Oktober 2025 pukul 13.00 WIB di Ruang Sidang Senat Akademik lantai 3 Gedung SA-MWA kampus UNDIP Tembalang.

Keempat calon Guru Besar yang berkesempatan mempresentasikan makalah ilmiahnya yaitu Dr. Eng. Gunawan Dwi Haryadi, S.T., M.T. dari Fakultas Teknik; Dr. Ir. Retno Hartati, M.Sc. dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Dr. Ir. Agung Dwiyanto, M.T. dari Fakultas Teknik; dan Dr. Dra. Sumariyah, M.Si. dari Fakultas Sains dan Matematika.

Pada presentasi makalah ilmiah yang pertama, Dr. Eng. Gunawan Dwi Haryadi, S.T., M.T. mempresentasikan makalah ilmiah dengan judul “Teknologi Friction Stir Welding untuk Manufaktur Hijau dan Transportasi Masa Depan”. Dalam paparannya, ia menyoroti inovasi teknologi pengelasan solid-state bernama Friction Stir Welding (FSW) yang menawarkan solusi atas keterbatasan pada metode pengelasan berbasis fusi.

Hasil sambungan yang dihasilkan melalui FSW lebih unggul dibanding pengelasan berbasis fusi dengan tetap memperhatikan lingkungan. Hal ini berdasarkan pada metode penyambungan yang tidak melibatkan pencairan logam sehingga tidak memerlukan energi termal sebesar proses leleh penuh yang mengakibatkan konsumsi energi dapat ditekan secara signifikan. Selain itu, metode penyambungan ini tidak menghasilkan asap, percikan api, maupun emisi gas berbahaya. Kualitas sambungan yang dihasilkan pun menghasilkan sambungan padat dan homogen dengan ikatan metalurgi yang kuat sehingga relatif bebas dari cacat las seperti porositas, retak panas, maupun undercut.

Presentasi kedua oleh Dr. Ir. Retno Hartati, M.Sc. memaparkan makalah ilmiah berjudul “Sea Ranching sebagai Strategi Konservasi Teripang: Perspektif Biologi Kelautan di Perairan Indonesia”. Penelitiannya berfokus pada strategi konservasi sea ranching yakni dengan melepas benih teripang ke habitat alami. Metode ini melibatkan penebaran dan pemeliharaan terkontrol di habitat alami.

Ia menjelaskan bahwa strategi konservasi ini merupakan budidaya yang sangat sederhana karena dilakukan di satu tempat, seperti keramba dasar (bottom-cage), keramba jaring tancap (sea-fence), atau kandang laut (sea-pen) dengan pengelolaan minimalis. Oleh karenanya, strategi sea ranching dipandang sebagai pendekatan yang efektif dalam mendukung konservasi teripang.

Dengan pemahaman yang baik tentang biologi, ekologi, dan kebutuhan habitat teripang, praktik ini dapat memulihkan populasi, menjaga keseimbangan ekosistem, mendukung keanekaragaman hayati laut, dan menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan yang menyebabkan kelangkaan teripang, seperti penangkapan berlebih, kerusakan habitat pesisir, pencemaran, dan perubahan iklim. Dengan begitu, konservasi teripang bukan sekadar upaya pelestarian spesies, tetapi juga strategi ekologi yang menyeluruh yang mampu memperkuat ketahanan ekosistem dan mendukung keberlanjutan jangka panjang.

Selanjutnya, presentasi ketiga oleh Dr. Ir. Agung Dwiyanto, M.T. mengangkat judul “Sketsa sebagai Medium Berpikir yang Dinamis dan Multifungsi dalam Proses Desain Arsitektur”. Agung menjelaskan bahwa sketsa memainkan peran penting dalam perancangan arsitektur, tidak hanya sebagai alat visualisasi awal tetapi juga sebagai media berpikir yang multifungsi dan dinamis.

Sifat multifungsi sketsa terbukti mempunyai peran sebagai sarana komunikasi internal dan eksternal dalam konteks pendidikan, praktik profesional, dan kolaborasi multidisiplin, serta sketsa membantu para desainer memproses ide dalam pikiran mereka sendiri dan dapat disampaikan kepada orang lain, yang merepresentasikan imajinasi desainer dengan realitas. Sebagai sifat dinamis, sketsa menjadi media kreatif dan eksperimental yang dapat direvisi, diperluas, dan ditransformasikan, tetapi tetap relevan terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi digital, karena kecepatan, fleksibilitas, dan adaptabilitasnya. Kombinasi antara sketsa dengan pendekatan reflektif, kolaboratif, dan berbasis teknologi akan semakin meningkatkan pemikiran dan menghasilkan desain yang kontekstual, imajinatif, berkelanjutan dan unggul.

Adapun presentasi keempat oleh Dr. Dra. Sumariyah, M.Si. membahas tentang “Inovasi Teknologi Elektrohidrodinamika Plasma Korona untuk Pengering Maju dan Pemercepat Perkecambahan Benih”. Penemuannya tersebut membuktikan bahwa teknologi elektrohidrodinamika (EHD) berbasis plasma korona merupakan inovasi yang menawarkan solusi strategis bagi pertanian modern. Melalui EHD, fenomena plasma korona dimanfaatkan untuk mengelola aliran ion, udara, dan energi listrik dalam skala terkontrol.

Dalam bidang pengeringan cerdas, aliran ion atau “angin listrik” efektif mengurangi kadar air tanpa membutuhkan energi besar serta bebas dari kebisingan getaran mekanik dan akustik. Hal ini menjadikan proses pengeringan lebih efisien, ramah lingkungan, serta mampu menjaga kualitas nutrisi dan struktur bahan pertanian maupun herbal. Sebagai penyedia bibit yang cepat berkecambah, EHD melalui paparan plasma korona pada benih terbukti meningkatkan viabilitas, mempercepat pemecahan dormansi, serta merangsang pertumbuhan awal melalui aktivasi membran biji dan suplai ion nitrogen reaktif. Hasilnya adalah benih yang lebih sehat, tahan penyakit, dan siap tanam dalam waktu singkat, mendukung produktivitas pertanian berbasis teknologi tinggi. Sistem generator aliran EHD juga dapat dikembangkan sebagai penyedia ion nitrogen dan pada akhirnya menjadi nitrat, yang merupakan bahan pupuk untuk penyubur tanaman ramah lingkungan bagi sistem pertanian modern, seperti hidroponik dan aeroponik, tanpa ketergantungan pada pupuk sintetis.

Keempat makalah ilmiah yang telah dipaparkan oleh para calon Guru Besar tersebut, memiliki kontribusi yang relevan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Topik-topik yang diangkat mencakup berbagai aspek penting, mulai dari SDGs 4 (Quality Education), SDGs 7 (Affordable and Clean Energy), SDGs 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure), SDGs 12 (Responsible Consumption and Production), hingga SDGs 14 (Life Below Water). Kontribusi inilah yang membuktikan bahwa calon Guru Besar memiliki komitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat, yang sejalan dengan tagline “UNDIP Bermartabat UNDIP Bermanfaat”. (Komunikasi Publik/UNDIP/Nabila)

Share this :