UNDIP, Rejang Lebong (25/11) — Tim II Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro (UNDIP) melakukan pemetaan potensi dan tantangan sektor pertanian di Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu dalam agenda kunjungan lapangan baru-baru ini. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan UNDIP menghadirkan dampak langsung bagi masyarakat.
Dalam rangkaian kunjungan lapangan tersebut, tim mendatangi enam Satuan Pemukiman (SP) Taktoi, Taba Tinggi, Belumai II, Kasie Kasubun, Bukit Merbau, dan Karang Baru yang selama bertahun-tahun menjadi sentra produksi komoditas unggulan masyarakat lokal, seperti kopi robusta, karet, sawit, padi, serta durian lokal khas wilayah tersebut. Setiap desa menunjukkan karakteristik dan kekuatan yang berbeda, menggambarkan keragaman potensi agraris yang dapat terus dikembangkan untuk mendorong ekonomi masyarakat.
Kopi robusta masih menjadi komoditas utama yang mendominasi hampir seluruh desa. Di SP Taba Tinggi, masyarakat mulai menerapkan teknik sambung kopi melalui pendampingan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Padang Ulak Tanding. Langkah ini dinilai sebagai inovasi penting untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kopi lokal, terlebih Rejang Lebong dikenal sebagai salah satu penghasil kopi robusta berkualitas di Indonesia.

Selain kopi, komoditas karet juga masih diusahakan secara luas. Namun, ketidakstabilan harga dan ketergantungan pada kondisi cuaca mendorong sebagian petani mulai melirik sawit sebagai alternatif yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi. Di SP Belumai II, masyarakat memadukan budidaya kopi, karet, dan padi, sementara pemerintah setempat tengah menyiapkan program percetakan sawah rakyat sebagai tindak lanjut arahan Presiden Prabowo untuk memperkuat produksi beras melalui pemanfaatan lahan potensial.
SP Kasie Kasubun memiliki keunggulan tersendiri dengan varietas durian lokal yang kerap menjuarai festival buah di Padang Ulak Tanding dan dipasarkan hingga luar Pulau Sumatera. Meski demikian, durian tersebut belum memiliki nama khas yang dapat menguatkan identitas daerah dan menambah nilai jualnya. Sementara itu, SP Karang Baru menghadapi kendala kesuburan tanah yang diduga mengandung kapur, sehingga mempengaruhi produktivitas tanaman. Masyarakat setempat membutuhkan analisis tanah dan pendampingan teknis lanjutan agar dapat menentukan komoditas yang paling sesuai.
Di tengah besarnya potensi yang dimiliki wilayah ini, infrastruktur pertanian masih menjadi tantangan utama. Banyak jalan usaha tani dan jalan menuju kebun berada dalam kondisi rusak berat. Di beberapa titik seperti SP Bukit Merbau dan SP Taktoi, kendaraan roda empat tidak dapat melintas dan hanya sepeda motor berantai yang mampu melewati medan berlumpur saat musim hujan. Kondisi ini tidak hanya menyulitkan distribusi hasil panen, tetapi juga menghambat kegiatan penyuluhan dan pendampingan pertanian.

Akses terhadap pupuk bersubsidi juga menjadi persoalan krusial. Banyak petani belum tergabung dalam kelompok tani sehingga tidak terdaftar di SIMLUHTAN, yang merupakan syarat utama memperoleh pupuk subsidi. Beberapa warga juga belum tercatat di Dukcapil, sehingga tidak dapat melampirkan identitas KTP dan KK sebagai dokumen pendukung. Di sisi lain, pupuk non-subsidi dinilai terlalu mahal, membuat sebagian petani hanya memupuk sekali setahun atau bahkan tidak sama sekali, yang berdampak pada turunnya produktivitas kebun.
BPP Padang Ulak Tanding menjelaskan bahwa layanan pendampingan saat ini mencakup dua kecamatan, yakni Padang Ulak Tanding dan Binduriang. Beban kerja yang besar membuat penyuluhan belum dapat dilakukan secara optimal, sehingga dibutuhkan penataan ulang dan dukungan kelembagaan agar pendampingan lebih efektif dan merata.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan struktural dan teknis, masyarakat di enam SP tetap menunjukkan semangat luar biasa. Mereka terus berusaha memperbaiki kualitas tanaman, memelihara kebun, dan membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak. Tim II Ekspedisi Patriot UNDIP menyimpulkan bahwa peningkatan mutu infrastruktur pertanian, perbaikan akses pupuk, serta pendampingan berkelanjutan berpotensi mendorong komoditas kopi robusta, padi, hingga durian lokal menjadi motor penggerak ekonomi baru Padang Ulak Tanding.
Melalui kegiatan ini, UNDIP menegaskan komitmennya untuk hadir lebih dekat dengan masyarakat dan berkontribusi pada pembangunan daerah melalui riset terapan, pemberdayaan, dan penguatan sektor agraris. Semangat UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat dan mendukung program Diktisaintek Berdampak terus diwujudkan melalui kerja nyata yang membawa manfaat bagi masyarakat luas. (Komunikasi Publik/UNDIP/ Tim 1 Ekspedisi Patriot Rejang Lebong Ed. DHW)








