Di saat pandemi seperti ini apalagi mau memasuki New Normal tuh sebenenya banyak banget loh hal-hal yang banyak perlu dilakukan. Apalagi mungkin banyak waktu luang dan gabut (gada kerjaan).
Seperti mencoba mengembangkan softskill, diantaranya pemprograman, bikin vlog, menulis, dan lainnya.
Atau juga mengikuti magang atau menjadi freelancer agar dapat mendapatkan penghasilan tambahan.
Sebenernya masih banyak lagi hal-hal yang mungkin bisa dilakukan, itu juga tergantung hal apa yang kalian sukai. Kalo dari saya sendiri lebih suka mempelajari hal-hal yang bisa menambahkan income atau penghasilan, serta belajar hal yang baru seperti Financial Planning, Investasi, dan Bisnis. Walaupun saya program studinya Elektronika, tapi saya perlu mempelajari itu untuk bekal disaat sudah bekerja nanti.
Jadi, kenapa harus belajar Financial Planning sih?
Sebenernya banyak alasan kenapa saya belajar Financial Planning, dan kalian juga mungkin wajib belajar ini juga. Saya sendiri pernah membuat artikel yang berjudul “Kenapa Financial Planning Itu Penting?” . Sebenenarnya disitu mungkin masih sepenggal alasan kenapa saya belajar tersebut.
Jadi kenapa sih, kita itu harus mungkin wajib belajar Financial Planning itu dikarenakan kita gak tau kedepannya itu kita akan bagaimana untuk Financialnya. Dikarenakan menurut data yang pernah kubaca dan dipelajari, masalah Financial itu sangat mempengaruhi psikologis diri kita sendiri, karena Financial kita bisa stress, banyak pikiran dan lainnya. Sampai-sampai kita jadi agak malas melakukan pekerjaan karena ada tekanan Financial.
Di Artikel saya yang berjudul “Hanya 1 dari 10 orang di Indonesia Aware Dana Pensiun”. Juga sekilas membahas tentang Financial Stress dari data yang saya dapat.
Jadi Financial Planning itu harus dipelajari biar kita bisa mencapai Financial Freedom. Yang dimana Financial Freedom itu adalah suatu hal yang bisa membuat kita gak risau dan ga galau tentang masalah-masalah Financial, intinya seperti sudah ada dana darurat gitu disaat ada kejadian mendadak serta punya tabungan disaat kita ingin ini itu banyak sekali hehehe.
Apalagi kalo kita udah nikah, punya anak, dan anak kita mau kuliah yang biaya kuliah aja udah gede untuk sekarang ini. Kita punya kesiapan dana untuk biaya kuliah anak kita nantinya. Itulah kenapa harus belajar Financial Planning.
Dari belajar Financial Planning juga ada beberapa lagi manfaat yang akan kita dapatkan, seperti kita punya Grand Design untuk kedepannya kaya gimana dan lainnya.
Kata Emily G Stroud sih gini.
“If You Take Control of Your Finances Today, Then You Won’t Be A Victim of Them Tomorrow and Don’t Think of Saving Money as A punishment. Think of Saving Money asA Lifestlye Change and A Means To Freedom”
Kenapa Harus Belajar Investasi Juga?
Investasi merupakan salah satu tahapan atau pempelajaran dalam Financial Planning, dari Financial Planning sendiri kita dituntut untuk rajin menabung untuk Financial Freedom. Intinya jangan boros gitu.
Tapi kalo hanya menabung, misal dalam celengan atau disimpan di Bank. itu kemungkinan nilainya tak akan sama dengan jangka waktu yang akan datang. maksud nilai disini adalah harga barang sekarang tidak sama dengan harga barang yang akan datang. Itu dinamakan dengan nama Inflasi.
Investasi sendiri merupakan salah satu cara menabung, tapi bedanya menabung dalam investasi itu kita membeli suatu asset perusahaan atau surat utang atau lainnya, Yang nilainya bertumbuh dikarenakan adanya bunga atau capital gain. Sehingga kemungkinan kita tidak akan terjebak oleh Inflasi.
Untuk Intrument Investasi atau macamnya produk Investasi juga banyak. Yaitu ada : Saham, Reksadana, Obligasi/Surat Utang, Deposito, Emas, Tanah, P2P Lending, Forex/Valas, dan Cryptocurrents. Sebenernya masih banyak lagi, tetapi belum saya pelajari lebih lanjut seperti Venture Capital.
Untuk setiap produk Investasi sendiri memiliki Risknya masing-masing, ada yang rendah ada yang tinggi juga, dan itu mempengaruhi Return yang akan kita dapat juga. Sesuai prinsipnya yaitu High Risk High Return, Low Risk Low Return.
Menurut Robert Kiyoshi tentang Investasi sih.
“Don’t Work For Money, Make It Work For You”
Yaaa intinya sih biarkan Uang Yang Bekerja Untukmu gitu, tapi sebelum berinvestasi setidaknya kita sudah punya income atau mendapatkan income untuk berinvestasi.
Dilain kedua hal diatas juga ada hal-hal yang relate untuk dipelajari di Revolusi Industri 4.0, seperti Big Data, Data Science, Data Analyst, Machine Learning, Artificial Intelligent, dan Lainnya.
Nah disini ada yang menarik, Menurut Presiden kita Pak Joko Widodo atau mungkin para petinggi negara-negara lainnya berkata “Data is The New Oil” so, mungkin ini salah satu hal yang mungkin harus dipelajari. Dikarenakan kemungkinan besar banyak yang membutuhkan SDM yang memiliki softskill dibidang IT.
Kenapa Harus Belajar IT?
Btw, IT itu bukan film horror badut itu loh ya, IT atau Ilmu Teknologi atau gampangannya sih Pemprograman itu merupakan salah satu hal yang perlu dipelajari, ga harus bisa sih, setidaknya paham deh tentang Teknologi serta cara kerjanya. Banyak juga Ekonom atau Bisnisman yang paham betul tentang Teknologi sampe-sampe orang yang bisa mengaplikasikannya atau adopsi atau yang bisa pemprograman belum tentu paham.
Untuk Teknologi sendiri banyak cabangnya, antara lain : IoT (Internet of Thinks), Big Data, Data Science, BlockChain, Machine Learning, Artificial Intelligent, Fuzzy Logic, Quantum Processing, dan lainnya.
Semua cabang tersebut kemungkinan sangat dibutuhkan oleh perusahaan dimasa depan dan sangat dicari. Dikarenakan Revolusi Industri 4.0 mengedepankan segala sesuatu dilakukan secara automatisasi atau robot/system yang bekerja.
Jika suatu negara sudah menerapkan Revolusi Industri 4.0 maka negara tersebut akan melangkah ke fase Society 5.0. Yang dimana masyarakatnya sudah terdistrupsi oleh teknologi, sampai-sampai kecanduan oleh teknologi.
Tapi, dari sekian banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara automatisasi oleh robot atau system. Tapi masih banyak juga pekerjaan yang bisa dilakukan oleh kinerja otak kita yang secara manual.
Kurang lebih itu yang mungkin perlu kita harus lakukan disaat WFH sampai New Normal nanti, yang mungkin relate tentang kondisi masa kini dan kedepannya.
PENULIS : Dwi Aji Prasetyo (Mahasiswa UNDIP)