UNDIP, Semarang (24/07) – Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui Komisi A Dewan Profesor menyelenggarakan webinar bertajuk “Dari Kampus untuk Nusantara: Kedaulatan Bangsa Lewat Pendidikan dan Riset Berbasis Kearifan Lokal” pada Rabu, 24 Juli 2025. Kegiatan ini menghadirkan para pakar dari UNDIP dan Universitas Airlangga (UNAIR) untuk mendiskusikan peran pendidikan tinggi dalam memperkuat kedaulatan bangsa melalui pendekatan kearifan lokal.
Ketua Dewan Profesor Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA, dalam pengantar diskusinya menyoroti terkait materi yang akan didiskusikan pada hari ini, yaitu terkait ekonomi, lingkungan, dan kesehatan yang masing-masing disampaikan oleh ketiga pembicara yang berbeda. Ketua Komisi A Dewan Profesor Prof. Dr. Delianis Pringgenies, M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan bahwa webinar ini menjadi ruang diskusi dan refleksi bersama, khususnya antara UNDIP dan UNAIR, untuk menjawab tantangan bangsa melalui riset berbasis lokal.
Webinar yang dipandu oleh moderator Prof. Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum, S.Si., M.Si. ini menghadirkan 3 narasumber yaitu Prof. Faisal, S.E., M.Si., Ph.D. (Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP); Prof. Dr. Agoes Soegianto, Ir., DEA. (Guru Besar dan Dosen Teknik Lingkungan UNAIR); dan Prof. Dr. dr. Tri Indah Winarni, M.Si.Med., PA. (Guru Besar dan anggota Dewan Profesor UNDIP).
Pada sesi pertama Prof. Faisal membahas mengenai risk governance membantu perguruan tinggi hadapi risiko dan tingkatkan tata kelola meski tantangan budaya dan SDM tetap ada. Beliau memaparkan tantangan dan peluang implementasi good governance di institusi pendidikan tinggi.
Dengan membangun budaya sadar risiko dan mengimplementasikan tata kelola risiko secara sistematis, perguruan tinggi diharapkan dapat semakin mempercepat pencapaian tujuannya dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat. Implementasi tata kelola risiko pada perguruan tinggi merupakan sebuah keharusan untuk membangun budaya sadar risiko untuk mengakselerasi pencapaian pengelolaan universitas yang baik.
Acara dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Prof. Agoes Soegianto yang membahas mengenai pemanfaatan teknologi tepat guna hasil riset kampus untuk mengelola dan melestarikan lingkungan berbasis nilai-nilai lokal. Beliau menawarkan solusi berbasis kearifan lokal untuk mengatasi krisis ekologi dan energi. Sebagai pusat ilmu pengetahuan, universitas memiliki posisi strategis untuk mendorong konservasi melalui berbagai jalur.
Pendidikan dan literasi lingkungan menjadi fondasi utama dengan mengintegrasikan isu-isu lingkungan ke dalam kurikulum dan menyelenggarakan kampanye hijau. Konservasi sumber daya alam memerlukan sinergi antara perguruan tinggi di bidang pendidikan, riset, pengabdian, kebijakan untuk pemerintah dan industri melalui riset dan inovasi di mana mahasiswa akan menjadi ujung tombak bagi masa depan lingkungan.
Materi terakhir disampaikan oleh Prof. Tri Indah Winarni yang membahas mengenai kesehatan yang berfokus pada inovasi dalam penanganan autisme berbasis konteks lokal. Dalam paparan materinya yang berjudul “Terobosan dalam Penelitian Autisme: Dari Aspek Genetika hingga Inovasi Intervensi” ini menjelaskan bahwa deteksi dini autisme menjadi krusial untuk mencegah gejala yang memburuk.
Dalam upaya penanganan autisme, UBM-ERC bernovasi untuk mewujudkannya dalam bentuk rompi terapi berpemberat dengan stimulasi getaran yang telah mendapatkan paten. Terobosan ini memberikan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang autisme.
Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif yang dipandu oleh Prof. Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum, S.Si., M.Si. selaku moderator yang kemudian ditutup dengan sesi foto bersama dan closing statement oleh Prof. Dr. Delianis Pringgenies, M.Sc.. “Semangat ini sejalan dengan visi kita bersama menjadikan kampus sebagai agen perubahan sosial yang menghubungkan ilmu pengetahuan global dengan kebutuhan dan kearifan lokal”, ujar Prof. Dr. Delianis Pringgenies, M.Sc.
Pendidikan tinggi dan riset tidak hanya berbicara soal teknologi atau angka tetapi juga berbicara nilai-nilai, budaya, dan keberpihakan kepada masyarakat. (UNDIP/Komunikasi Publik/Rona)