Prof. Heru Susanto: Ilmuwan UNDIP Masuk 2% Teratas Dunia, Bawa Riset Membran & Polimer untuk Kehidupan

UNDIP, Semarang (05/10) – Universitas Diponegoro senantiasa meneguhkan kiprahnya sebagai kampus yang bermartabat dan bermanfaat melalui karya gemilang para civitas academicanya. Salah satu sosok yang mencerminkan semangat itu adalah Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T., Guru Besar Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik sekaligus Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan. Namanya berulang kali tercatat dalam daftar 2% ilmuwan teratas dunia versi Stanford University dan Elsevier (2021–2025). Pencapaian tersebut tidak hanya mengukuhkan reputasinya di kancah global, tetapi juga menunjukkan komitmen UNDIP dalam menghadirkan riset yang berdampak bagi masyarakat.

Pada wawancara eksklusif bersama UNDIP Podcast, Prof. Heru membagikan kisah perjalanannya menekuni dunia penelitian dengan penuh dedikasi tinggi dan konsistensi. Ketertarikannya pada riset membran dan polimer berawal sejak pendidikan magister (S2) di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan berlanjut hingga meraih doktoral di Jerman.

“Membran itu ibarat saringan, tapi kemampuannya jauh lebih kompleks di mana berbentuk selaput tipis atau filter yang dapat memisahkan suatu komponen bukan hanya berdasarkan ukuran, melainkan juga muatan dan kecepatan difusi di dalam suatu larutan,” ujarnya dalam podcast.

Pandangan ini diwujudkan dalam berbagai riset di Membrane Research Center (Y-MERCY) UNDIP, Prof. Heru bersama timnya meneliti preparasi hingga aplikasi membran. Tak hanya berbasis polimer, riset mulai merambah ke material non-polimer seperti keramik hingga fly ash (abu terbang). Penelitian tersebut diarahkan untuk menciptakan membran yang handal dengan kinerja tinggi saat digunakan pada beragam aplikasi lintas sektor industri.

Hasil riset Prof. Heru telah diaplikasikan pada berbagai sektor dan berdampak luas. Di sektor lingkungan, ia mengembangkan teknologi membran membantu pengolahan air bersih, pengolahan limbah, hingga proyek desalinasi air laut yang digarap bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dari dunia medis, penelitiannya turut berkontribusi pada pengembangan ginjal buatan untuk membantu pasien yang membutuhkan terapi cuci darah.

Sementara dalam bidang energi, tim riset yang ia pimpin berkontribusi dalam pengembangan produksi bioetanol, biodiesel, bahkan teknologi reverse electrodialysis yang mampu memanen energi dari pertemuan air laut dan sungai. Dengan demikian, penelitiannya menjadi lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat.

Di balik capaian tersebut, Prof. Heru menyadari masih banyak tantangan yang harus dihadapi dunia penelitian di Indonesia. Menurutnya, atmosfer riset di tanah air masih perlu banyak diperkuat. “Kita masih tertinggal dibandingkan Tiongkok, Jepang, atau Eropa dan Amerika Serikat. Keterbatasan infrastruktur dan rendahnya etos kerja, serta jam kerja peneliti yang relatif sedikit menjadi kendala serius dalam meningkatkan produktivitas penelitian,” ungkapnya. “Kalau ingin bersaing di level global, kita harus berani bekerja lebih keras dan lebih fokus,” katanya dalam podcast.

Bagi Prof. Heru, riset bukanlah pilihan antara kuantitas publikasi atau manfaat aplikasi, melainkan sebuah kesatuan. “Riset bisa publishable untuk pengembangan ilmu, atau applicable untuk masyarakat. Keduanya bisa berjalan sinergi, publikasi ilmiah yang baik pada akhirnya bisa menjadi solusi nyata” tegasnya.

Salah satu karya masterpiece yang ia banggakan adalah pengembangan membran ultrafiltrasi anti-fouling, yang dirancang agar tidak mudah mengalami buntu ketika digunakan untuk penyaringan air. Teknologi ini tidak hanya unggul sebagai kajian saintifik yang cukup tinggi dan kompleks tetapi juga sangat relevan dengan kebutuhan industri air bersih di Indonesia. Hasil riset tersebut telah banyak dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi dan menjadi rujukan global.

Karya lainnya yang menarik adalah nanofiltrasi limbah batik. Inovasi ini tidak hanya menurunkan kadar pencemar, tetapi juga mampu memulihkan warna dari limbah. Hasilnya, teknologi tersebut tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi. Riset ini membuktikan bahwa inovasi dapat menghadirkan keberlanjutan ekonomi sekaligus kebermanfaatan ekologis dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Menutup sesi podcast, Prof. Heru memberikan pesan inspiratif kepada generasi muda peneliti untuk berfokus pada bidang riset yang sesuai passion dan memiliki prospek ke depan. Ia membagi penelitian ke dalam dua kategori utama yaitu penelitian dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dan penelitian terapan untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. “Keduanya tidak perlu dipertentangkan, yang penting penelitian dijalankan secara efektif dan menghasilkan luaran yang bernilai,” pesannya.

Kiprah Prof. Heru mencerminkan semangat Diktisaintek Berdampak yang menjadikan sains dan teknologi sebagai kekuatan penggerak pembangunan yang berdaya guna bagi masyarakat dan lingkungan. Riset yang dilakukan di kampus bukan sekadar aktivitas akademik, melainkan kontribusi nyata terhadap kemajuan bangsa.

Lebih dari itu, riset membran dan polimer Prof. Heru juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) ke-9, yakni Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Teknologi yang dikembangkannya mendukung industri berkelanjutan, pengelolaan limbah ramah lingkungan, serta pembangunan infrastruktur inovatif yang mendorong kesejahteraan masyarakat.

Melalui dedikasi dan pandangan visionernya, Prof. Heru membuktikan bahwa UNDIP sebagai kampus yang bermartabat di dunia ilmu pengetahuan sekaligus bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas. Riset yang ia jalankan bukan hanya menginspirasi, melainkan juga menjembatani mimpi Indonesia menuju masa depan yang lebih mandiri, inklusif, dan berdaya saing global. (Komunikasi Publik/UNDIP/DHW & Rona)

Share this :