UNDIP dan Technische Universität Berlin Luncurkan Produk SMUS Science Communication Project

UNDIP, Semarang (13/12) – Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik UNDIP, bekerja sama dengan Technische Universität Berlin, dalam jejaring Global Center of Spatial Methods for Urban Sustainability (SMUS) baru-baru ini meluncurkan produk SMUS Science Communication Project (SCP) dan diseminasi Policy Brief pada Rabu, 10 Desember 2025, bertempat di Gedung B, Fakultas Teknik UNDIP Kampus Tembalang Semarang.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik tentang konsep ec(h)otone, dinamika perubahan sosio-ekologis di pesisir Semarang-Demak, dan pentingnya solusi berbasis alam dan kolaborasi.

Acara ini terdiri dari dua agenda, yaitu: a. Diseminasi Policy Brief “Ec(h)otone sebagai Ruang Transisi: Tantangan dan Arah Pengelolaan Wilayah Pesisir di Kota Semarang dan Kabupaten Demak”; b. Pameran produk SCP “Ec(h)otones Co-creation: Bridging Natural and Built Environment in North Coast of Java, Indonesia (ECoast) – Production of an Ecotone Time Map” Adapun produk yang dipamerkan antara lain:

– Video Feature tentang konsep ec(h)otone dan dampaknya

– Ecotone Time Map yang menampilkan perubahan garis pantai dan penggunaan lahan

– Interactive Map yang memungkinkan pengunjung mengeksplorasi 6 titik fokus di Semarang dan Demak

– Virtual Reality (VR) Experience untuk merasakan langsung kondisi di lokasi studi

Turut hadir dalam acara ini pemangku kebijakan terkait, baik tingkat nasional maupun regional, antara lain Kementerian Pekerjaan Umum RI, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Tengah, dan perwakilan Pemerintah Kota Semarang.

Prof. Dr.Ing. Wiwandari Handayani, S.T., M.T., MPS, Ketua Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UNDIP, menyampaikan bahwa UNDIP menjadi bagian dari jejaring Global Center of SMUS, telah melakukan kajian mengenai karakteristik, dinamika, dan permasalahan di kawasan ec(h)otone pesisir Semarang dan Demak.

“Kita ketahui bersama, pesisir masih menjadi persoalan di Jawa Tengah, terutama Semarang-Demak. Itu menjadi case kita dengan SMUS dan Technische Universität Berlin. Melalui kolaborasi internasional ini, kami ingin menyoroti isu ec(h)otone di Kota Semarang dan Kabupaten Demak, yang merupakan daerah transisi, terdapat masalah pelik, banjir, rob dan banyak isu lingkungan ingin dipecahkan bersama. Kita juga kerja sama dengan BRIDA untuk menyusun rekomendasi kebijakan,” ucap Prof Wiwandari.

“Diharapkan, hasil riset ini dapat menjadi rekomendasi kebijakan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, khususnya di wilayah pesisir Semarang dan Demak, terutama membantu pelestarian lingkungan dan alam, serta membangun interkoneksi antara kabupaten dan kota di wilayah Pesisir Utara Jawa,” tambahnya.

Senada, pakar Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP, Prof. Dr.sc.agr. Iwan Rudiarto, S.T., M.Sc., mengungkapkan bahwa kawasan Pantura Jateng saat ini sedang mengalami berbagai bencana, termasuk banjir, rob, penurunan muka tanah dan meningkatnya kompleksitas persoalan lingkungan dan sosial ekonomi di pesisir utara Jawa Tengah. “Ternyata banyak wilayah daratan di Demak dan Kota Semarang yang telah mengalami degradasi, sehingga berubah menjadi wilayah perairan,” ungkap Prof. Iwan. Melalui kajian ini, UNDIP menyusun sejumlah rekomendasi kebijakan strategis, dengan fokus utama peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat dan penguatan infrastruktur di pesisir utara Jawa Tengah.

Sementara itu, Astrini Ayu Puspita, S.T., M.T., Tim SMUS UNDIP, memaparkan bahwa kawasan pesisir Semarang-Demak kini menghadapi berbagai permasalahan perkotaan yang kompleks (wicked urban problems), antara lain banjir rob, abrasi, penurunan muka tanah, kerusakan infrastruktur, dan penurunan kualitas hunian. Data menunjukkan bahwa laju abrasi mencapai 15 meter per tahun di kawasan urban. Selain itu, beberapa desa pesisir di Demak, seperti Timbulsloko dan Bedono, mengalami tenggelamnya permukiman secara bertahap akibat banjir rob yang berkepanjangan.

Kajian ini menghasilkan rekomendasi strategis, mencakup pembangunan hybrid sea wall, penyediaan air bersih, sistem sanitasi, serta peningkatan konektivitas kawasan. Dari sisi tata ruang, UNDIP menekankan pentingnya zonasi pesisir, sabuk hijau mangrove, dan kontrol terhadap alih fungsi lahan. Kegiatan ini merupakan wujud nyata semangat UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat di mana kehadiran perguruan tinggi menjadi bagian dari solusi bagi masyarakat dan membantu para pemangku kebijakan untuk melakukan perencanaan pembangunan pesisir yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 11 tentang komunitas dan kota berkelanjutan. (Komunikasi Publik/UNDIP/As3)

Share this :