UNDIP, Semarang (23/12) – Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) menyelenggarakan Diseminasi Hasil Riset dan Rekomendasi Kebijakan Tim Ekspedisi Patriot 2025 pada Selasa 23 Desember 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, dengan lokasi luring di Gedung ICT Universitas Diponegoro Lantai 5 Semarang dan Hotel Gran Melia Jakarta. UNDIP sendiri merupakan 1 dari 7 Universitas di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk menjalankan program ini.
Diseminasi ini menjadi forum resmi penyampaian hasil riset lapangan dan rekomendasi kebijakan yang disusun Tim Ekspedisi Patriot sebagai bentuk kontribusi akademik UNDIP dalam mendukung transformasi kebijakan transmigrasi nasional. Kegiatan ini sekaligus menegaskan peran perguruan tinggi dalam menghadirkan kajian berbasis data, sains, dan teknologi untuk menjawab tantangan pembangunan kawasan transmigrasi.
Dalam forum ini, Tim Ekspedisi Patriot UNDIP memaparkan hasil riset secara tematik berdasarkan wilayah. Paparan mencakup kawasan transmigrasi di Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi, dengan fokus pada skema investasi, program Bakti Nusantara, serta evaluasi kawasan transmigrasi di masing-masing wilayah. Rangkaian paparan tersebut dilengkapi dengan refleksi metodologis dan simulasi skenario kebijakan untuk memetakan arah pengembangan kawasan transmigrasi berbasis potensi lokal, kesiapan infrastruktur, serta keterhubungan dengan sistem investasi dan pasar.
Rektor Universitas Diponegoro Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. menegaskan bahwa keterlibatan UNDIP dalam Ekspedisi Patriot merupakan bagian dari komitmen perguruan tinggi untuk memastikan kebijakan publik disusun berdasarkan kondisi riil di lapangan, bukan semata pendekatan administratif. “Kita sering kali membangun kebijakan secara Jakarta-sentris. Namun ketika kita melihat langsung kondisi di lapangan, kita menyadari bahwa persoalannya tidak sesederhana itu. Karena itu, apa yang kita bicarakan harus berbasis fakta, berbasis pada apa yang benar-benar kita lihat dan amati di lapangan,” ujar Prof. Suharnomo.

Ia menambahkan bahwa Ekspedisi Patriot mencerminkan peran perguruan tinggi yang tidak berhenti pada capaian akademik semata, tetapi juga menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat. “Perguruan tinggi harus mampu menjawab persoalan riil di masyarakat melalui riset dan inovasi yang aplikatif dan bermanfaat,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Transmigrasi Republik Indonesia Dr. M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, S.H., M.A. dalam sambutannya menyampaikan bahwa hasil Ekspedisi Patriot menegaskan adanya pergeseran paradigma transmigrasi secara fundamental. Menurutnya, transmigrasi tidak lagi dipahami sebagai perpindahan penduduk, melainkan sebagai strategi pembangunan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Dalam kesempatan ini Menteri Transmigrasi juga menyampaikan apresiasi kepada semua universitas yang terlibat dalam kegiatan Ekspedisi Patriot 2025 ini.
Relevansi transmigrasi hari ini telah bergeser secara mendasar. Transmigrasi bukan lagi sekadar perpindahan penduduk, tetapi upaya untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui peningkatan produktivitas lahan dan kapasitas manusia di kawasan transmigrasi. Saat ini, tantangan utama pembangunan kawasan transmigrasi bukan terletak pada keterbatasan potensi, melainkan pada pengelolaan yang belum terintegrasi dengan sistem investasi dan pasar. Oleh karena itu, pembangunan kawasan transmigrasi harus berbasis data, sains, dan teknologi, serta didukung kolaborasi lintas kementerian, dunia usaha, dan perguruan tinggi.
Menteri Transmigrasi juga menekankan pengelolaan kawasan transmigrasi ke depan harus meninggalkan pendekatan berbasis intuisi semata dan beralih pada pengambilan keputusan berbasis data, sains, dan teknologi. “Transmigrasi hari ini harus berbasis data, sains, dan teknologi. Hal ini, menurutnya, menjadi penting mengingat kompleksitas pengelolaan kawasan transmigrasi yang mencakup jutaan hektare wilayah dan jutaan penduduk lintas generasi. Dengan data yang kuat, kebijakan bisa dihitung, diaudit, dan dipercepat dampaknya bagi masyarakat,” ujar Menteri Transmigrasi.
Menteri Iftitah juga menyampaikan keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga riset dalam Ekspedisi Patriot memungkinkan pemerintah memperoleh basis data lapangan yang komprehensif dan terukur, sehingga kebijakan yang dirumuskan tidak hanya normatif, tetapi dapat dievaluasi, diaudit, dan dipercepat implementasinya.

Foto: Wakil Rektor Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Komunikasi Publik UNDIP Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., saat menerima Piagam Apresiasi dari Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia, Selasa (23/12) di Hotel Gran Melia Jakarta.
Sejalan dengan hal tersebut, Wakil Rektor Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Komunikasi Publik UNDIP Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., menekankan bahwa keterlibatan UNDIP dalam Ekspedisi Patriot juga dimaknai sebagai komitmen nilai dalam menghadirkan pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial melalui pembangunan kawasan transmigrasi. “UNDIP merasa terhormat dilibatkan dalam kerja brilian dan mulia Ekspedisi Patriot ini. Transmigrasi kini tidak lagi dimaknai sebagai pemindahan penduduk, tetapi sebagai upaya menghadirkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah terluar Indonesia. Ini sekaligus merupakan kerja nilai untuk menghadirkan pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh anak bangsa,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sinergi antara Kementerian Transmigrasi dan perguruan tinggi diharapkan mampu mempercepat kerja nyata dalam menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Koordinator Ekspedisi Patriot UNDIP Prof. Dr. -Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada 57 tim yang telah menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Laporan yang dipaparkan menunjukkan keragaman tipologi kawasan transmigrasi, sekaligus menghadirkan berbagai konsep dan alternatif solusi yang ditawarkan Universitas Diponegoro.
“Pengalaman lapangan Tim Ekspedisi Patriot memperlihatkan bahwa tidak ada satu solusi tunggal—one size does not fit all. Setiap kawasan membutuhkan pendekatan yang kontekstual, berbasis karakter lokal, dan berorientasi pada keberlanjutan. Semoga program ini dapat terus berlanjut, disertai langkah-langkah intervensi yang konkret untuk mendorong transformasi transmigrasi yang berkelanjutan dan berkeadilan”, tambahnya
Pada kesempatan ini, diserahkan piagam dan sertifikat apresiasi kepada tujuh perguruan tinggi yang terlibat dalam pelaksanaan Ekspedisi Patriot 2025 sebagai bentuk penghargaan dari Kementerian Transmigrasi atas kontribusi akademik, komitmen, serta keterlibatan aktif dalam kegiatan riset lapangan Ekspedisi Patriot 2025.
Melalui kegiatan diseminasi ini, Universitas Diponegoro berharap hasil riset dan rekomendasi kebijakan Ekspedisi Patriot 2025 dapat menjadi rujukan strategis dalam pengembangan kebijakan transmigrasi nasional yang lebih adaptif, terukur, dan berorientasi pada pemerataan kesejahteraan. (Komunikasi Publik/UNDIP/Hng. ed Nurul)








