UNDIP, Tolitoli, Sulawesi Tengah (19/9) – Tim I Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro memulai langkahnya di Kawasan Transmigrasi Basidondo, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Program transmigrasi telah menjadi salah satu tonggak sejarah pembangunan Indonesia sejak awal kemerdekaan dengan tujuan memeratakan penduduk, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan membuka lahan-lahan baru sebagai pusat produksi.
Adapun susunan Tim 1 Ekspedisi Patriot di Kawasan Basidondo: Dzul Fahmi Afriyanto S.KM, M.K.M., Muhammad Zulfikar., Dasdo Wahyu Saragih S.PWK., Wahyu Amara mahfidarani S.P., Dheta Nafisah Hapsari (Komunikasi Publik/ UNDIP/ Tim Ekspedisi Patriot)
Di Sulawesi Tengah, program ini melahirkan Kawasan Transmigrasi Basidondo yang menaungi tiga kecamatan, yakni Basidondo, Lampasio, dan Ogodeide. Dari hamparan lahan yang dahulu asing, masyarakat transmigran menumbuhkan kampung baru, membangun kehidupan, serta merawat harapan di tanah perantauan. Namun, pembangunan di kawasan ini masih menyisakan banyak tantangan, khususnya pada aspek infrastruktur dasar, ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kawasan Transmigrasi Basidondo dihuni oleh beragam latar belakang etnis. Sebagian besar transmigran berasal dari suku Jawa, Bali, Sunda, dan Nusa Tenggara, dengan dominasi warga Jawa dan Bali. Mereka kemudian hidup berdampingan dengan masyarakat lokal yang berasal dari suku Bugis, Mandar, Dondo, Tolitoli, Kaili, Mori, Buol, dan Bajo.
Dari perjumpaan itu lahirlah kehidupan sosial yang semakin erat, di mana masyarakat saling bergandengan tangan dalam membangun kampung dan mengelola lahan untuk pengembangan perekonomian yang stabil dan berkelanjutan. Kini, perbedaan asal-usul bukan lagi sekat, melainkan kekuatan yang menyatukan satu sama lain, sejalan dengan jargon Kabupaten Tolitoli: “Salam Gotong Royong.”
Observasi infrastruktur dan kondisi sosial ekonomi masyarakat
Dalam misi pengabdian dan penelitian, Tim I Ekspedisi Patriot UNDIP turun langsung melakukan wawancara dan observasi infrastruktur serta kondisi sosial-ekonomi di Kawasan Transmigrasi Basidondo. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami denyut nadi kehidupan masyarakat, mulai dari kondisi jalan dan jembatan, akses air bersih, hingga pola mata pencaharian yang menjadi tumpuan hidup sehari-hari.
Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana masyarakat menjalani keseharian mereka dalam keterbatasan, baik dari aspek sosial budaya, kesehatan lingkungan, pendidikan, maupun potensi ekonomi yang masih terpendam. Dalam kegiatan turun langsung ke lapangan, Tim I menggandeng pemerintah desa, pemerintah kecamatan, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan serta potensi kawasan. Aspirasi masyarakat ditampung sebagai acuan partisipatif, bukan hanya sekadar mendengar keluhan, tetapi juga menindaklanjutinya secara konkret.
Hasil penelusuran tim menunjukkan masih banyak infrastruktur yang berada dalam kondisi sangat tidak layak. Mulai dari akses jalan yang rusak, jembatan gantung yang menjadi akses menuju permukiman dan kantong produksi pertanian kini sudah lapuk dan hampir roboh, hingga kebutuhan akan sarana prasarana masyarakat di kawasan transmigrasi yang belum tercukupi.
Meski berbahaya, masyarakat tetap harus melaluinya karena tidak ada jalan lain. Jembatan lain yang menghubungkan dua desa sekaligus pusat administrasi bahkan sudah putus, sehingga warga terpaksa memutar jalan dengan waktu tempuh hingga satu jam. Selain itu, akses air bersih dan listrik juga belum merata. Masih ada dusun di Kecamatan Basidondo yang belum tersentuh fasilitas dasar ini, sehingga menambah beban hidup masyarakat. Seorang warga dengan nada getir menuturkan, “Bagaimana ekonomi masyarakat bisa maju kalau akses jalannya saja untuk dilewati tidak bisa. Andaikan jembatan itu sudah terhubung, pasti para petani bisa dengan mudah membawa hasil panennya untuk dijual.”
Di sisi lain, data lapangan memperlihatkan bahwa mayoritas masyarakat menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan dengan komoditas unggulan seperti kakao, kelapa, cengkeh, jeruk, kopi, jagung, dan kelapa sawit. Namun, karena keterbatasan infrastruktur distribusi, hasil panen ini belum dapat memberikan nilai tambah maksimal.
Rekomendasi Tim Ekspedisi Patriot
Melihat kondisi ini, Tim Ekspedisi Patriot UNDIP kemudian merumuskan sejumlah rekomendasi. Pertama, perlunya pendanaan infrastruktur prioritas berupa perbaikan dan pengaspalan jalan, renovasi jembatan gantung utama, pembangunan kembali jembatan yang putus, serta percepatan distribusi fasilitas air bersih dan listrik ke dusun-dusun yang belum terjangkau.
Kedua, pemetaan dan penguatan komoditas unggulan melalui pendataan yang lebih detail dan peningkatan akses pasar, disertai pelatihan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan daya saing. Ketiga, dokumentasi menyeluruh terkait profesi utama masyarakat serta diversifikasi ekonomi dengan pelatihan keterampilan tambahan agar masyarakat memiliki peluang usaha baru di luar sektor pertanian.
Seorang pejabat Kecamatan Basidondo menyampaikan, “Kabupaten Tolitoli ini, khususnya Kawasan Transmigrasi Basidondo, berada pada wilayah strategis untuk pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah karena dekat dengan IKN, sehingga dapat menopang dan menjual hasil perkebunan dan pertanian.”
Ekspedisi ini menjadi bukti bahwa pembangunan kawasan transmigrasi tidak bisa hanya dipandang sebagai program pemerataan penduduk semata, melainkan sebagai tanggung jawab berkelanjutan yang harus ditopang dengan infrastruktur memadai, dukungan pada komoditas unggulan, serta diversifikasi mata pencaharian.
Upaya ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya pengentasan kemiskinan (SDG 1), peningkatan ketahanan pangan (SDG 2), pemenuhan akses air bersih dan energi (SDG 6 dan 7), pertumbuhan ekonomi dan perbaikan infrastruktur (SDG 8 dan 9), pembangunan permukiman berkelanjutan (SDG 11), serta penguatan kemitraan antara masyarakat, pemerintah, dan perguruan tinggi (SDG 17). Kegiatan ini juga sejalan dengan semangat UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat yang menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat Indonesia.
Harapannya, rekomendasi yang dihasilkan dapat menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pusat. Dengan langkah konkret, Kawasan Transmigrasi Basidondo bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi contoh keberhasilan pembangunan yang maju, berdampak, dan membanggakan Sulawesi Tengah. (Komunikasi Publik/ UNDIP/ Tim Ekspedisi Patriot/ Ed. Nurul)